Mohon tunggu...
Muchamad Fadli Hasan
Muchamad Fadli Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Manusia biasa yang suka badminton dan hewan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Edukatif! Mahasiswa Peternakan KKN Undip Tim 1 2022/2023 Mengenalkan Penyakit Lumpy Skin Disease

2 Februari 2023   22:05 Diperbarui: 12 Februari 2023   19:35 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wonogiri (26/1) Mahasiswa Peternakan KKN Undip Tim 1 2022/2023 melakukan edukasi terkait penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) "Penyebab, Gejala dan Cara Pencegahannya" di Desa Sambiroto, Kabupaten Wonogiri. Hampir seluruh masyarakat desa sambiroto memiliki ternak ruminansia seperti sapi dan kambing sebagai sambilan. 

Kurangnya pengetahuan akan kebersihan kandang yang merupakan salah satu aspek terpenting untuk pemeliharaan ternak menjadi hal yang krusial karena penyakit akan mudah masuk. Selain itu keadaan kandang yang tidak bersih akan mengganggu aspek keestetikan suatu kandang. Penyakit yang mudah menyerang ke ternak ruminansia khususnya sapi antara lain antrax, sapi gila, PMK dan LSD. 

Lumpy skin disease atau penyakit kulit berbenjol merupakan salah satu penyakit viral atau penyakit yang disebabkan oleh virus lebih tepatnya virus genus Capripox dan famili Poxviridae. LSD pertama kali ditemukan di Zambia pada tahun 1929 lalu tersebar ke negara timur tengah sampai pada tahun 1989. Penyakit ini mampu menulari sesama ternak  namun tidak menular ke manusia. Penularan penyakit ini berawal dari agen pembawa seperti lalat, nyamuk dan caplak. 

Anak sapi atau pedet dapat tertular melalui air susu sang induk. Ternak yang sudah tertular penyakit ini memiliki beberapa karakteristik seperti muncul nodul di permukaan kulit, turunnya nafsu makan, fertilitas yang jelek dll. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini salah satunya adalah dampak ekonomi, tentu ternak yang sudah tertular penyakit LSD akan mengalami penurunan produktivitas sehingga harga jual juga ikut turun. 

Risiko dari LSD ini dapat diperkecil dengan melakukan beberapa metode pengendalian apabila ada wabah LSD seperti selalu melakukan karantina terhadap ternak yang baru saja dibeli, menghindari penggunaan ladang penggembalaan secara bersamaan, mengaplikasikan aspek biosecurity, desinfeksi peralatan kandang. 

Namun jika sudah terjangkit LSD maka dapat melakukan disposal sanitari atau memusnahkan hewan-hewan dan produk yang terkontaminasi serta dekontaminasi peralatan kandang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun