ilmu yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak merupakan istilah dari animasi atau lebih akrab disebut, film animasi. Cerita pertama film animasi yakni muncul dari kertas berlembar-lembar gambar kemudian diputar sehingga menimbulkan efek gambar bergerak.Â
Majuanya teknologi Jepang membuat film animasi 2 Dimensi (2D) bahkan lebih sering bermuculan film animasi 3 Dimensi (3D). Film animasi berasal dari dua unsur, yaitu film yang berakar pada dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Hal yang harus diketahui di dalam animasi yaitu masalah teknik animasi dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan tekni k ani masi.Â
Perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di Eropa, di Amerika sampai negara-negara di Asia, terutama di Jepang, film kartun berkembang cukup pesat. Animasi tidak hanya bersifat menghibur tetapi biasanya terdapat pesan-pesan moral yang bagus, banyak pelajaran-pelajaran kehidupan yang bisa diambil, banyak juga mengisnpirasi ketika menonton film animasi baik itu dari gaya berbusana maupun karakter dari tokoh film animasi tersebut.Â
Bisa kita liat dari acara Jepang Festival yang biasa diadakan di Indonesia, mereka menggunakan Cosplay (Costum Player). Mereka dengan bangga memakai costum seperti tokoh fil animasi favorit mereka, dan bahkan ada juga yang meniru dari karakter film animasi misalnya tokoh favoritnya punya sifat pantang menyerah, kemudian sifatnya itu ditiru oleh fans tokoh tersebut. Sebagai contoh kasus yakni Pada awal tahun 2008, di Semarang, seorang anak yang berusia 10 tahun Revino Siahaya, meninggal dunia dengan cara bunuh diri.Â
Menurut informasi hal itu ia lakukan karena meniru gaya dalam film kartun Naruto. Namun berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, tidak ada indikasi pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi kasus ini menimbulkan keresahan masyarakat yang mengatakan bahwa film animasi tersebut mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku anak(Fajriati, 2008).Â
Berdasarakan kutipan kasus di atas maka perlu adanya pengawasan terhdap remaja di Indonesia juga stasiun televisi agar lebih teliti lagi dalam menyiarkan tontonan. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain.Â
Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio, atau komputer.Â
Indonesia sudah mulai tercampur tangan luar negeri, salah satu contoh faktor pengaruh teradap remaja di Indonesia adalah film animasi. Tayangan televisi bergenre anak dan mempunyai presentasi paling besar dibandingkan tayangan anak lainnya. Ironisnya, tidak sedikit film animasi yang ditayangkan mengandung muatan negatif seperti kekerasan, mistik dan seks. Menurut Wayne Danielson, dapat disimpulkan sedikit anak lebih rawan daripada orang dewasa ketika menonton kekerasan.Â
Anak memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk meniru apa yang dilihat dan kemungkinan untuk meniru adegan kekerasan yang ada pada televisi.Â
Adanya pengawasan orang tua dalam aktivitas anaknya sangatlah penting karena salah satu orang terdekat bisa mengaetahui aktivasnya meskipun tidak sepenuhnya. Begitu juga film animasi menjadi hal wajar bagi anak-anak untuk mengisi waktu luang. Film animasi mempengaruhi tingkah laku anak dari jenis film animasi yang ditonton anak.Â
Orang tua selaku pendidik utama mendampingi serta memberi pengertian-pengertian berbagai film animasi yang disajikan di televisi. Untuk itu penulis ingin mengungkap seberapa penting film animasi bagi anak-anak dalam keluarga, serta sejauh mana orang tua memahami film animasi anak.Â