Kala matahari mulai terbit dari ufuk timur, aku ingin menceritkan sebuah deskripsi kecil untuk menggambarkan, sekelumit hingar bingar dunia yang aku lihat saat ini. Jika aku terus pendam dalam hati, maka kegundahan itu belum tentu aku bisa selesaikn.
Pada kesempatan kali ini saya akan mendeskripsikan, luapan hati untuk remaja sekarang (2017). Remaja memang tak akan habis untuk dibicarakan, termasuk dalam pergaulan sehari-hari mereka. Dari mulai bangun pagi hingga mau tidur lagi, remaja psti ada saja kehebohan yang dilakukan. Seharusnya dengan tingkah laku remaja yang selalu membuat heboh, barang tentu sudah menjadi asupan relaita masyarakat yang dianggap wajar.
Bagaimana tidak, desas-desus yang ada dimasyarakat pasti arahnya e remaja semua, bahkan istilah-istilah yang lucu dan menggelitik juga melekat pada remaja. Ada istilah cabe-cabean, penggunaan untuk gadis-gadis kecil yang masih ABG yang suka naik motor matic dengan boncengn tiga. Kalangan supporter yang sering baku hantam dengan supporter lainnya juga anak-anak usia remaja. Belum lagi yang suka bikin kerusuhan dimalam takbir keliling 1 syawal juga kebanyakan remaja. Mereka sangat rentan sekali dengan dengan hal-hal yang berbau negatif.
 Minuman yang sangat terlarang, atau sering disebut MIRAS (minuman keras), kalangan remaja juga sangat dekat. Tak aneh ketika aku mengunjungi sebuah desaku sendiri, ketika ada satu show dangdut pasti gerombolan sekelumit remaja selaian joged didepan panggung, mereka pasti ada yang melakukan pesta miras terlebih dahulu, mereka bilang tidak gaul kalau remaja tidak berani melakukan hal-hal seperti itu. Semestinya kegelisahanku antara remaja dan MIRAS tidak cukup sampai disitu namun ada yang lebih memprihatinkan dari hal yang ditimbulkan ketika remaja menenggak MIRAS.
Sudah barang tentu, hal yang ditimbulkan dari remaja menenggak MIRAS adalah munculnya sifat yang diluar batas manusia. Atau istilahnya dalam bahasa jawa menjadi "kendel". Menjdi kendel atau berani setelah mengkonsusmi MIRAS sangatlah mungkin. Karena itu merupakan minuman dengan campuran alkohol dengan dosis yang tinggi, ditambah dengan ramuan atau campuran bahan-bahan yang lain. Orang-orang mengatakan itu minuman "oplosan". Ketika sudah berani diluar batas kewajaran serta otak tidak terkendali maka sangat rentan terjadi perkelahian. Para sobat tahu bahwa MIRAS ini melemahkan saraf otak, itu yang membuat peminumnya menjadi tidak terkendali. Lanjut terkait dampak remaja mengkonsumsi MIRAS yang berujung pada rentannya perkelahian, merupakaan satu dampak negatif yang perlu dihindari. Bagaimana tidak, ketika sudah tidak terkendali, barang tentu ketika joged didepan panggung terkena sedikit senggolan atau gesekan verbal maupun non verbal pastilah terjadi perkelahian.
Suguhan yang wajar ketika ada show dangdut terjadi perkelahian, bagaimana tidak, ketika sudah mengkonsumsi miras, lantas tidak terkendali dan setelah itu terjadi gesekan kecil saja, maka ujung-ujungnya pasti terjadi perkelahian yang membuat penonon lainnya terganggu. Dan tidak tanggung-tanggung, perkelahian ini melibatkan banyak orang serta ada senjata tajam yang muncul disela-sela perkelahian.
Tulisan ini merupakan fakta dari teman saya yang menikah dengan desa sebelah sebut saja desa PGG, yang katanya didesanya show dangdut mulai dilarang karena sering terjadi perkelahin. Teman saya menyebutkan bahwa yang sring membuat keonaran dalam setiap acara pertunjukan remaja-remaja yang seusia SMP. Lebih tragisnya ketika mau bertamu malam di rumah cewek di desa tersebut tapi pulangnya larut malam, melewati jam sembilan malam, maka seketika akan dihadang dipinggir jalan. Keributan lagi yang ditimbulkan adalah ketika takbir keliling, dimana malam yang penuh dengan "fitri" malah diisi dengan menenggak miras serta puncaknya tawuran antar pemuda, khususnya para remaja. Teman saya menceritakan kejadian itu dengan melihat dari belakang rumah, dimana lokasi tawuran adalah dekat makan. Yang membuat teman saya terbahak-bahak adalah gaya tawurannya ada yang berucap "ayo maju, mati gak popo" artinya maju saja, mati tidak apa-apa. Namun yang terjadi hanya maju dan mundur para anggota team tawuran.
Saya semakin yakin, jika pada malam takbir keliling para remajanya tidak minum air keras, maka ini tidak akan terjadi, semua akan berjalan normal, dan sesual dengan misi utama, memakmurkan dan memperbanyak dimalam yang penur berkah dengan melafadzkan kalimat Allah, Allahu akbar.
Tidak cukup sampai disitu, remaja juga sagat dekat yang namanya motor. Dimana para remaja lagi senang-senangnya menggunakan sepeda motor, tanpa perlu tahu koridor batas yang sesuai, maka mereka sering menggunakan sepeda motor dengan seenaknya saja atau ugal-ugalan. Jelas secara rosedur para remaja belum cukup umur uttuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM), karena umur mereka masih belum cukup 17 tahun. Secara psikologis, remaja merupakan anak yang suka mencooba hl-hal baru tanpa memperhitungkan untung ruginya. Hal inilah yang membuat remaja sering ugal-ugalan dijalan tanpa menggunakan aturan yang berlaku, dalam bahasa jawa disebut "sakpenake udele dewe".
Gaya bermotor anak-anak remaja sangatlah khas, dan mudah ditebah. Dimana aturan keselamatan berkendara sudah pasti dilanggar. Mulai dari pasang knalpot yang terbuka alias "grong", tidak memakai helm, yang lebih parah modif motor sesuka hati, tidak ada lamu sein lah, lampu depan dibuang, bahkan lampu belakang, serta standar keselamatan yang lainnya pasti tidak dihiraukan.
Lengkap sudah kegiatan remaja masa kini, ditambah remaja yang gaul katanya harus berani nongkroh atau klitih, budaya nongkrong sebenarnya tidak salah apabila tidak melebihi porsinya. Bagaimana tidak, bukan remaja kalau nongkrongny tidak sampai larut malam, minimal pulang jam dua belas malam lah. Tanpa memikirkan besoknya sekolah, mempunyai tugas yang utama sebagai pelajar. Bagaimana mau belajar, jika malamnya begadang sampai larut. Toh ujung-ujungnya sampai sekolah dengan keadaan yang kurang tidur pastilah ngantuk. Otomatis tidak semangat belajar. Mau jadi apa pelajar indonesia sendiri tidak bisa fokus belajar.
Setelah MIRAS, motor sekarang saya mempunyai lanjutan berupa rokok, remaja sangat dekat dengan yang namanya rokok, semestinya ini deskripsi di awal, karena sebelum keMIRAS pastilah remaja mengkonsumsi rokok. Mereka sebenarnya hanya belum tahu, banyak mencobanya dan terkena hasutan kata-kata tidak gaul. Inilah yang menyebabkan mereka mencoba makhluk yang bernama rokok.
Semakin dilarang merokok, maka remaja semakin semangat mencuri-curi kondisi agar bisa menghisap rokok, oleh karena itu di usia yang masih berusaha mencoba dan mencoba, perlu dilakukan usaha preventif dari dalam internal keluarga serta kondisi lingkungan. Rokok selain membuat boros uang, juga kita tahu mengganggu kesehatan. Entah kenapa remaja kita lebih dekt dengan kegiatan-kegiatan negatifnya. Sekolah misalnya ketika usia SMP sudah dilarang, maka masih saja mereka merokok diluar sekolah, bahkan mencuri-curi waktu. Terkesan ketika sudah merokok mereka sangatlah bangga dan terkesan gaul. Yang mana semestinya itu tidak perlu karena yang perlu dibanggakan adalah akhlak serta prestasi yang positif.
Diakhir saya ingin mengclosing bahwa perilaku remaja yang saya deskripsikan janganlah digeneralisir, ini hanya pengalaman penulis. Perlu diketahui bahwa masih banyak pelajar indonesia yang semangat ke arah yang positif, mulai dari ngaji, sekolah, mondok dan masih banyak lagi.
Jika orang tua menjumpai yang seperti itu, maka segera waspada, pakai kontrol, bentengi derta edukasi pergaulan sosial yang positif harus ditanamkan sejak dini. Bagaimanapun posisi oraang tua sangatlah vital untuk mengendalikan laju pertumbuhan pergaulan sosial remaja. Kalau remajanya cerdas, nanti jika sudah dewasa dan sudah mempunyai anak pula bisa memdidik anaknya yang positif lagi. Jadi setiap generasi positif, akan mendidik anak menjadi yang lebih positif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H