Setelah MIRAS, motor sekarang saya mempunyai lanjutan berupa rokok, remaja sangat dekat dengan yang namanya rokok, semestinya ini deskripsi di awal, karena sebelum keMIRAS pastilah remaja mengkonsumsi rokok. Mereka sebenarnya hanya belum tahu, banyak mencobanya dan terkena hasutan kata-kata tidak gaul. Inilah yang menyebabkan mereka mencoba makhluk yang bernama rokok.
Semakin dilarang merokok, maka remaja semakin semangat mencuri-curi kondisi agar bisa menghisap rokok, oleh karena itu di usia yang masih berusaha mencoba dan mencoba, perlu dilakukan usaha preventif dari dalam internal keluarga serta kondisi lingkungan. Rokok selain membuat boros uang, juga kita tahu mengganggu kesehatan. Entah kenapa remaja kita lebih dekt dengan kegiatan-kegiatan negatifnya. Sekolah misalnya ketika usia SMP sudah dilarang, maka masih saja mereka merokok diluar sekolah, bahkan mencuri-curi waktu. Terkesan ketika sudah merokok mereka sangatlah bangga dan terkesan gaul. Yang mana semestinya itu tidak perlu karena yang perlu dibanggakan adalah akhlak serta prestasi yang positif.
Diakhir saya ingin mengclosing bahwa perilaku remaja yang saya deskripsikan janganlah digeneralisir, ini hanya pengalaman penulis. Perlu diketahui bahwa masih banyak pelajar indonesia yang semangat ke arah yang positif, mulai dari ngaji, sekolah, mondok dan masih banyak lagi.
Jika orang tua menjumpai yang seperti itu, maka segera waspada, pakai kontrol, bentengi derta edukasi pergaulan sosial yang positif harus ditanamkan sejak dini. Bagaimanapun posisi oraang tua sangatlah vital untuk mengendalikan laju pertumbuhan pergaulan sosial remaja. Kalau remajanya cerdas, nanti jika sudah dewasa dan sudah mempunyai anak pula bisa memdidik anaknya yang positif lagi. Jadi setiap generasi positif, akan mendidik anak menjadi yang lebih positif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H