Mohon tunggu...
Muchamad Muchlisin
Muchamad Muchlisin Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Hati Menjawab Kebahagiaan Hidup

26 Mei 2016   14:37 Diperbarui: 26 Mei 2016   14:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Peran hati terhadap seluruh anggota badan ibarat raja terhadap perajuritnya. Semua bekerja atas dasar peritahnya. Hati adalah raja, seluruh tubuh adalah pelaksana seluruh titahnya. Hati sangat senteral perannya dalam kehidupan manusia, maka jika hati baik keseluruhan kehidupannya akan baik. Hati juga bisa hidup dan bisa mati, hati dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, hati yang sehat, hati yang mati dan hati yang mati. Hati yang sehat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari  setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat, ketidak  jelasan yag menyeleweng dari kebenaran.

Hati yang mati adalah hati yang tidak menggenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya. Hati model ini selalu berjalan bersama dengan hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia tidak peduli dengan keridhaan dan kemurkaan Allah. Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan memenuhi hawa nafsu.

 Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Padanya kecintan, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.

Demikianlah, hati yang  pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadlu’, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat dengan keselamatan dan kadang-kadang dekat dengan kebinasaan.

Hati memiliki keadaan yang berbeda-beda pada setiap manusia, dalam kehidupannya. Manusia terkadang hidup dengan harta yang banyak dan segala yang diinginkan terpenuhi, akan tetapi tidak merasa bahagiaan, dan timbul perasaan gelisah. Sedangkan ada contoh kehidupan dimasyarakat, suatu keluarga yang hidup sederhana tetapi hidupnya nyaman dan tidak merasa gelisah. Kegelisahan dan ketidak nyamanan kehidupan sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi hati, bagaimana hati iti menyikapai keadaan, walaupun segala kebutuhan terpenuhi kalau hati sakit, pasti hidupnya tidak nyaman.

Hati yang sakit sering timbul karena kesombongan, rasa iri dan tidak bersyukur atas apa yang dimiliki. Kondisi seperti ini diibaratkan seperti orang sakit, orang sakit yang makan  bubur ayam, orang sakit tersebut tidak akan merasakan nikmatnya makan bubur ayam karena tubuhnya yang sakit. Begitu juga dengan hati, walau seseorang hidup dengan kemewahan kalau hatinya banyak kesombongan, iri dan tidak bersyukur maka hidupnya menjadi hampa tanpa makna.   

Kehidupan ini, kita harus memainkan hati dengan sebaiknya, jangan sampai yang menjadi pusat pengaturan seluruh anggota tubuh ini rusak. Hati merupakan cerminan kepribadian kita sehari-hari, jadi kalau keperibadian kita baik dalam kesehariannya maka sudah pasti hati kita baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun