[caption id="attachment_341175" align="alignnone" width="448" caption="Inilah buku Merajut Karya di Kelas Literasi karya para mahasiswa PPPG"][/caption]
Oleh MUCH. KHOIRI
Akhirnya, setelah tujuh kali pertemuan, karya kelas literasi yang kami bimbing dan dampingi menrbitkan sebuah buku—yang berjudul Merajut Karya di Kelas Literasi (Kumpulan Opini, Cerpen, dan Puisi) (2014), dieditori oleh Eko Prasetyo dan M. Anwar Djaelani.
Buku ini terdiri atas tiga bagian—opini kelas literasi, cerpen kelas literasi, dan puisi kelas literasi. Bagian pertama memuat sebelas artikel opini, bagian kedua dua belas cerpen, dan bagian ketiga satu puisi panjang. Semuanya buah karya para peserta selama tujuh kali pertemuan itu—dengan berbagai kendala yang muncul sepanjang proses.
Mengingat para penulisnya para (calon) guru, topik-topik yang diangkat dalam karya opini mereka cukup beragam. Ada yang mengajak memahami (kembali) paradigma pembelajaran, dari mengajar menuju mendidik. Ada yang menulis tentang profesionalitas guru dan peran guru PPG. Ada pula yang mengkritisi kurikulum 2013, dengan topiknya ‘kurikulum 2013, pacaran, dan keseriusan kita”.
Selain itu, bagian pertama juga menampilkan ulasan bagaimana pidato berbahasa Inggris sang presiden (Jokowi), bagaimana memperbaiki ujian nasional, membincang karakter di pendidikan kita, bagaimana menjadi pendidik profesional dengan berbekal kepemimpinan inspiratif—juga mengkritisi aksi selfie di tanah suci. Tulisan yang sejatinya bersumber dari jiwa-jiwa pendidik, sebuah kepedulian makna-makna.
Sementara itu, tema kelas fiksi (cerpen) terutama adalah tentang ibu. Kami kumpulkan dua belas cerpen yang ditulis oleh delapan peserta. Akmal menulis empat cerpen, yakni “Ziarah”, “Sisa Luka yang Dingin”, “Surat dari Monster Kecil”, dan “Ibuku Ratih”. Elisa Yuni Anggraini menulis “Sup Terakhir Mama”, Triningtyas menulis “Ibu, Tak Akan Kuucapkan Ah di Depanmu”, Era Hari Hakiki “Sepenggah Kisah untuk Ibu”, dan Adlin Yunia Sari “My Lady Ranger”. Lebih jauh, Neni Mei Susanti menorehkan “Maafkan Aku, Ibu”, Ratri Seto K. Utami “Mara Itu Tetap tak Semanis Madu”, dan Moch. Azmy “Kayuh Sepeda”.
Untuk bagian ketiga, ada sebuah puisi panjang karya Riza Roiyanti yang bertajuk “Untaian Kata untukmu, Nak.” Mengapa hanya sebuah puisi? Karena kami tidak mewajibkan peserta menghasilkan karya puisi. Meski demikian, tidak segan-segan kami memberikan layanan kepada peserta yang melakukan konsultasi dan diskusi tentang karya puisi yang dihasilkannya. Di samping itu, para peserta begitu sibuk melaksanakan program “magang” di institusi lain—yang menyita begitu banyak tenaga dan waktu mereka, sehingga meski diundang pun, mereka tidak sempat mengumpulkan puisi dalam toleransi waktu yang ditentukan.
Tulisan-tulisan di dalam buku ini, dalam bentuknya yang sekarang, enak dibaca dan perlu, terutama bagi (calon) pendidik yang juga ikut menggerakkan literasi. Mereka telah berusaha untuk mengamalkan konsep literasi itu sendiri—membaca teks dan nonteks (kehidupan) secara komprehensif dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan teks.
Tentu saja, para penulis perlu diapresiasi yang tinggi. Ini mengingat, mereka begitu banyak kendala yang dihadapi—melaksanakan tugas PPL, melakukan penelitian PTK, dan menyiapkan diri untuk menempuh ujian kinerja—namun tetap bersemangat untuk mengumpulkan karya tulis mereka untuk buku ini. Tanpa kekuatan komitmen, mustahil mereka ikut menyumbangkan karya tulis mereka.
Dalam hal ini, catatan direktur PPPG Unesa, dalam kata pengantarnya, sangat menarik: “Menciptakan generasi literat merupakan jembatan menuju masyarakat makmur yang kritis dan peduli. Mereka, anak-anak muda itu, akan menjadi tumpuan pengembangan budaya literasi di PPPG. Mereka calon guru yang akan menjadi guru-guru profesional yang cinta literasi. Mereka akan menularkan kecintaan itu pada anak didik. Mereka akan membuat setiap anak suka membaca dan menulis.”
Gresik, 14/12/2014.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI