Menghapus akar dari buahnya adalah kriminal, meskipun semua orang faham bahwa akar mangga akan berbuah mangga. Bahwa orang Ponorogo perantauan berhak atas reyog sebagai budaya warisan leluhurnya.
Saya jadi teringat cerita kawan soal papernya yang dinyatakan memiliki kadar jiplakan 60 persen ketika mengajukan kepangkatan akademik. Saat dicek, sebagian besar jiplakan yang muncul adalah dari karyanya sendiri yang diunggah di salah satu website kumpulan artikel. Ia ternyata terjebak self plagiarism. Atau mencontek karya sendiri. Istilah baru dalam contek-mencontek.
Lain lagi cerita dari dosen saya, karya tulisnya dalam bentuk buku, yang adalah jerih payahnya berbulan-bulan, tiba-tiba terbit bukan atas namanya. Tapi atas nama atasannya. Tanpa ada kredit sedikitpun. Tidak pula ucapan terimakasih. Sakit, tapi ia memilih diam dan mengikhlaskan.
Mungkin, itu yang dirasakan pembakar studio KyoAni. Sayangnya, emosinya dibiarkan meledak. Lalu hancur. Berkeping-keping. Kasihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H