Mohon tunggu...
MUBASARA WURSITA SARI
MUBASARA WURSITA SARI Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa ppg prajabatan

Saya merupakan Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2024 Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Permainan Tradisional sebagai Media Pelestarian Budaya di SDN Sekaran 02

22 September 2024   20:10 Diperbarui: 22 September 2024   20:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
siswa kelas 4-6 sedang bermain permainan bentengan dan gobak sodor dalam kegiatan festival (Dokpri)

Implementasi permainan tradisional sebagai media pelestarian budaya di SD Negeri Sekaran 02

Sekaran, 9 September 2024 -- Seiring dengan perkembangan zaman, peradaban budaya terus mengalami perubahan. Globalisasi menjadi faktor pergesernya budaya Indonesia. Hal ini membuat banyak budaya Indonesia terkalahkan oleh pengaruh globalisasi. Menurut Suryawan (2018), salah satu dampak negatifnya adalah budaya luar dapat dengan mudah masuk ke masyarakat melalui teknologi sehingga budaya Indonesia sendiri dilupakkan oleh generasi muda terutama anak- anak. Kondisi nyata yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yaitu, para generasi muda mulai menggemari permainan online melalui gawai mereka.

Permainan online banyak digemari kalangan anak --anak karena tampilan gambar yang menarik dan beraneka ragam. Permainan online memberikan berbagai dampak seperti, dampak positif maupun dampak negatifnya. Menurut Utami et al (2023) banyak anak-anak terdampak dari permainan online  seperti kehilangan kendali, mengabaikan tugas, melalaikan tanggung jawab dan kecanduan (Utami et al., 2023). Kemudian, dampak lain kurang flexible dan kurang menariknya permainan tradisional menyebabkan dampak terhadap pergeseran minat terhadap permainan tradisional kepada permainan online. Oleh karena itu,  perkembangan teknologi dan globalisasi telah menyebabkan pergeseran minat generasi muda dari permainan tradisional ke permainan online, yang berdampak negatif seperti kecanduan dan penurunan tanggung jawab, sehingga upaya pelestarian budaya Indonesia melalui permainan tradisional menjadi semakin penting.

Siswa mengikuti dan terlibat dalam proses pembuatan permainan tradisional (Dokpri)
Siswa mengikuti dan terlibat dalam proses pembuatan permainan tradisional (Dokpri)

Menanggapi masalah tersebut, Kelompok B Rombel 6 dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dalam Project Kepemimpinan PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2024 melaksanakan kegiatan bertajuk "Implementasi Permainan Tradisional sebagai Media Pelestarian Budaya di SD Negeri Sekaran 02". Kegiatan ini dipandu oleh dosen pembimbing, Dr. Trimurtini, M.Pd., dengan ketua tim Mohammad Rizki Utomo, dan anggota tim lainnya: Miswati, Mu'Linatul Hurriyah, Meyrita Syndi Anugraheni, Misbakhul Munir, Mughni Ma'Mun, Muh Hendriansyah Setiyanto, Miftahun Nafiul Ummah, Miatun Warohmah, Misshael Stievant Chrys, dan Mubasara Wursita Sari. Kegiatan ini berlangsung dari 1 Agustus hingga 9 September 2024, dengan fokus kepada siswa kelas 4 hingga 6. Pemilihan peserta didasarkan pada survei yang menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden lebih sering bermain game online di waktu luang mereka.

Siswa sedang bermain permainan engklek dalam kegiatan festival (Dokpri)
Siswa sedang bermain permainan engklek dalam kegiatan festival (Dokpri)

Rangkaian kegiatan diawali dengan sosialisasi permainan tradisional pada 1 Agustus 2024. Dalam sosialisasi ini, siswa diperkenalkan dengan berbagai permainan tradisional seperti bakiak kelapa, bakiak kelompok, engklek, bentengan, congklak, dan gobak sodor. Para siswa juga diajarkan mengenai sejarah, cara bermain, cara membuat permainan tradisional dan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut, seperti kerja sama dan sportivitas. Menurut Farhaeni, salah satu aspek dalam keberhasilan pelestarian budaya yaitu masyarakat sadar akan nilai dan pentingnya suatu budaya yang melahirkan kesadaran untuk melestarikan budaya tersebut (Farhaeni & Martini, 2023). Kemudian, suatu budaya harusnya tidak hanya dipelihara, tetapi juga digunakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar budaya itu tetap hidup (Asti Widiastuti et al., 2023). Oleh karena itu, sosialisasi ini bertujuan membangun kesadaran siswa tentang pentingnya melestarikan permainan tradisional.

Kegiatan pertama, sosialisasi permainan tradisional (Dokpri)
Kegiatan pertama, sosialisasi permainan tradisional (Dokpri)

Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan pembiasaan bermain permainan tradisional setiap istirahat sekolah. Siswa didorong untuk memainkan permainan yang telah diperkenalkan dengan alat-alat yang disediakan secara bertanggung jawab. Beberapa anggota kelompok yang menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Sekaran 02 turut serta mendampingi dan memfasilitasi siswa yang belum memahami cara bermain. Selain itu, setiap hari Jumat diadakan sesi khusus untuk memperdalam pemahaman siswa tentang satu permainan tradisional secara mendetail, dengan harapan siswa mendapatkan pengalaman yang kaya.

Kegiatan pembiasaan setiap waktu istirahat dan pendampingan (Dokpri)
Kegiatan pembiasaan setiap waktu istirahat dan pendampingan (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun