Mohon tunggu...
KKN Labruk kidul 2
KKN Labruk kidul 2 Mohon Tunggu... Wiraswasta - IAISyarifuddin

Hallo, kritik dan saran sangat dianjurkan ya😇

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ramai Diperbincangkan Netizen, Kenapa dengan Logo Halal yang Baru?

14 Maret 2022   21:33 Diperbarui: 14 Maret 2022   21:45 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Desain label halal di perbaharui yang pada awalnya berbentuk lingkaran menjadi berbentuk limas seperti lurik gunungan pada wayang kulit, apa sebenarnya makna yang tersirat dalam logo terbaru itu?

 Sedangkan motif Surjan yang juga mencerminkan pakaian takwa juga mengandung makna-makna filosofi yang cukup dalam.
Dibagian leher baju surjan sendiri memiliki kancing tiga pasang yang menggambarkan rukun iman. Selain, itu motif surjan/lurik yang sejajar satu sama lain juga mengandung makna sebagai pemberi batas yang jelas.


"Bentuk Label Halal Indonesia terdiri atas dua objek, yaitu bentuk Gunungan dan motif Surjan atau Lurik Gunungan pada wayang kulit yang berbentuk limas, lancip ke atas. Ini melambangkan kehidupan manusia," terang Aqil Irham.
Sedangkan bentuk gunungan itu disusun sedemikian membentuk limas berupa kaligrafi huruf arab yang terdiri huruf a, Lam Alif, dan Lam dalam satu rangkaian sehingga membentuk kata Halal.


"Hal itu sejalan dengan tujuan penyelenggaraan Jaminan Produk Halal di Indonesia untuk menghadirkan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk," imbuh Aqil Irham.


Namun, sejak awal mula munculnya label halal baru, tidak sedikit masyarakat yang mengkritik label ini. Label tidak nampak jelas membentuk kata halal dalam bahasa arab termasuk salah satu hal yang ramai dikritik dan menjadi perdebatan masyarakat Indonesia.
Tak sedikit juga yang berpendapat bahwa label baru ini hanya mencerminkan kearifan lokal saja (jawa), bukan kearifan nasional.


Salah satu yang mengkritik adalah Pendakwah sekaligus Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas.


"Karena yang namanya budaya bangsa itu bukan hanya budaya Jawa, sehingga kehadiran dari logo tersebut menurut saya menjadi terkesan tidak arif. Karena di situ tidak tercerminkan apa yang dimaksud dengan keindonesiaan yang kita junjung tinggi," tutup Anwar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun