Mohon tunggu...
Mubarok
Mubarok Mohon Tunggu... Lecturer, Mahasiswa Juga

LAHIR DAN BESAR DARI KELUARGA SEDERHANA, MENCOBA MENJADI MANUSIA YANG BERMANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Coordinated Management Of Meaning

13 Desember 2012   03:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:45 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HENDRA tak bisa menyembunyikan ketegangannya. Wajar, inilah kali pertama dia ketemu dengan calon mertuanya. ”Nak Hendra kerja di mana,” tanya calon mertuanya. Sarjana Ekonomi itu sedikit gugup, meski sudah memperkirakan akan ditanya soal itu. ”Ehm, saya sedang merintis bisnis telekomunikasi, Pak. Saya membuka kios seluler.”

” Omsetnya udah sampai berapa?” Hendra diam sejenak, menyiapkan jawaban yang paling tepat. ”Sekarang ini sih belum terlalu banyak, tapi proyeksi saya bulan-bulan mendatang insya Allah akan lumayan, karena saya sudah mendapat mitra kerja yang menguntungkan.” Hendra mencoba mengalihkan pembicaraan, karena dia merasa belum ada yang bisa dibanggakan dari usahanya. ”O ya, sini masuk kelurahan mana ya Pak?”

Seiring dengan menjamurnya berbagai tayangan infotainment di televisi, maka kehidupan keluarga dan berbagai peristiwa yang semula tersembunyi di ruang-ruang privat seseorang kini semakin terbuka dan dapat diketahui oleh siapa saja. Tidak hanya para artis, selebritis dan public figure yang kehidupan pribadinya menjadi komoditas tontonan di layar kaca. Kini masyarakat umum yang tidak dikenal pun bisa menayangkan kehidupan dan masalah pribadinya melalui berbagai tayangan berbungkus reality show di televisi..

Salah satu menu infotainment maupun reality show yang sering menjadi incaran wartawan adalah masalah keluarga. Perceraian pasangan selebritis, pertengkaran antara ibu dan anak, dan sebagainya sering mengkambinghitamkan komunikasi yang tidak lancar sebagai pokok penyebab permasalahan mereka.

Teori coordinated management of meaning berusaha membuat kehidupan menjadi lebih baik melalui penataan kehidupan komunikasinya, seperti yang dilakukan Hendra pada contoh di atas
Latar Belakang Teori
Teori ini dikemukakan oleh W. Barnett dan Vernon Cronen. Mereka menyatakan bahwa “quality of our personal lives and of our social worlds is directly related to the quality of communication in which we engage. Asumsi ini dikembangkan berdasarkan pandangan mereka yang menganggap bahwa percakapan adalah basic material yang membentuk dunia sosial. Teori mereka, yaitu coordinated management of meaning, didasarkan pada pernyataan bahwa persons-in-conversations co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the worlds they create.

Pearce dan Cronen menghadirkan CMM sebagai sebuah teori praktis yang ditujukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Tidak seperti ahli teori objektivis lainnya, mereka tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.
Esensi Teori
Para pengguna CMM menyebut diri mereka sebagai social constructionist karena mereka berpegang pada asumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial itu bukanlah sesuatu yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan, dibangun, atau dikonstruksi. Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the worlds they created.
Beberapa prinsip :
The experience of persons-in-conversation is the primary social process of human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa “communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or important only when it is done poorly or breaks down.” Menurutnya, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka.

2. The way people communicate is often more important than the content of what they say. Cara seseorang berkomunikasi sering lebih penting dari pada isi pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran yang besar dalam proses konstruksi sosial. Terkait dengan hal ini, bahasa disebut Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah ditemukan dalam penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.

3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan.

4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran tunggal.

Para teoritisi CMM membedakan stories lived dan stories told. Stories lived adalah co-constructed actions yang kita jalani bersama orang lain. Stories told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived. Koordinasi (coordination) berperan pada saat kita menyesuaikan stories lived kita dengan stories lived orang lain sebagai cara untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Kita mencoba menginterpretasikan others stories sehingga mencapai sebuah coherence –management of meaning. Kedua istilah, coordination dan coherence tersebut menjelaskan alasan kenapa Pearce dan Cronen menamakan teori mereka sebagai coordinated management of meaning. Sebagai ahli teori praktis, mereka ingin membantu orang-orang untuk menginterpretasi apa yang dikatakan dan mengkoordinasikan apa mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.

CMM bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Salah satu cara yang disarankan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis dipandang sebagai sebuah cara untuk menjelaskan bagaimana persons-in-conversation dapat mencapai the meshing of stories lived. Bagi Pearce, hubungan interpersonal yang difokuskan pada komunikasi dialogis akan membuatnya berbeda dari sekedar debat, diskusi, atau ceramah. Komunikasi dialogis berarti berbicara dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk mendengarkan, dan mendengarkan dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk berbicara. Jadi dalam komunikasi dialogis, tidak ada satu pihak bersikap acuh terhadap pembicaraan orang lain atau sebaliknya yang mendominasi dan menghambat orang lain untuk berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun