Mohon tunggu...
Akhmad Nushoir Mubaroki
Akhmad Nushoir Mubaroki Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014 Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bocah ganteng ini berasal dari kota terpencil di daerah Nganjuk, tepatnya Kertosono. Bocah ini juga memiliki rumah dunia maya di www.mubaroki.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Makanan Sejuta di Anyer

7 September 2014   07:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:24 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410024149117091993

Beberapa hari yang lalu memang santer terdengar kabar di jejaring sosial facebook, bahwa ada seorang wanita yang membeli makanan di restoran di daerah Pantai Anyer yang habis sejuta  rupiah, padahal makanan yang dipesannya bukan kategori makanan mewah.

Dalam kwitansi yang di foto dan diunggah oleh seorang pengguna facebook atas nama Dewi Kabisat Andriyani itu, tertulis beberapa menu makanan yang di pesannya, diantaranya ikan bakar, cumi saos tiram, cah kangkung, baso sapi, nasi putih, lalap sambal, dan satu es teh manis.

[caption id="attachment_341379" align="aligncenter" width="300" caption="Nota Pembelian © Facebook"][/caption]

Bayangkan salah satu harganya itu sungguh diluar dugaan. Satu teh manis, dikwitansi itu dibandrol seharga delapan puluh ribu rupiah. Padahal harga normal secangkir teh manis itu paling mahal tiga ribu rupiah, biasanya tak sampai tiga ribu rupiah.

Peristiwa ini terjadi bagi saya antara kesempatan untuk mengambil keuntungan yang berlipat-lipat dan suata cara warga untuk bisa bersaing dengan pengusaha lainnya.

Sebelum membahas mengenai hal diatas, mari kita kenal terlebih dahulu, apa sebenarnya ‘Anyer’ itu?

Anyar atau anyer merupkan sebuah nama kecamatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Kecamatan Anyer terkenal dengan obyek wisata pantainya. (Wikipedia.org)

Mungkin diantara kita lebih mengenal sebutan Anyer ketika hari raya Idul Fitri datang. Karena di daerah Anyer ini terdapat jalan yang panjangnya kurang lebih 1000 km dan terbentang sepanjang pantai utara jawa sampai dengan Panarukan.

Jalan itu yang sering dan terkenal dengan jalur pantai utara Anyer – Panarukan. Jalan utama yang sering dilewati para pemudik untuk pulang ke kampong halamannya di pulau Jawa.

Baik kembali ke topik Fenomena Makanan Sejuta di Anyer. Menurut pendapat saya ada berbagai faktor yang membuat makanan di daerah Pantai Anyer ini menjadi selangit. Dengan perbandingan kualitas makanan yang di sajikan.

Saya pernah melihat sebuah acara investigasi menggunakan kamera tersembunyi di salah satu stasiun televisi nasional, mengenai fenomena tingginya harga makanan di warung kaki lima yang konsepnya hampir sama dengan peristiwa di Anyer ini.

Bahkan acara itu juga meliput dan mewawancari beberapa lapak pedagang warung di daerah Anyer. Kebanyakan mereka beralasan mengapa warungnya mematok harga tinggi di setiap menu yang disajikannya, jawabannya hanya satu dan seragam, karena warung disekitar sini (Anyer) sudah menaikkan harga makanannya.

Bagi saya itu sebuah alasan klasik, yang di dalamnya terdapat berjuta makna dan kemungkinan. Memang di beberapa tempat pariwisata di Indonesia, harga makanan maupun cindera mata pasti berharga lebih dari harga pasaran.

Dalam opini saya mengenai harga yang luar biasa di daerah Pantai Anyer ini, ada sebuah kemungkinan mungkin, pertama harga bahan dasar atau bahan baku disana memang mahal dan mendapatkannya memang sulit ataupun tenaga kerja disana sebagai juru masak dan juru jaga kedai sangat sulit didapatkan, sehingga pemilik warung menargetkan harga tinggi karena kerja kerasnya yang besar. Tapi bagi saya ini sangat tidak mungkin terjadi.

Kedua, para pemilik rumah makan di Anyer memanfaatkan kesempatan banyaknya pelancong yang datang maupun hanya melewati dan singgah sebentar di Pantai Anyer. Karena para pelancong kebanyakan belum mengetahui situasi, kondisi, bahkan harga makanan yang wajar di daerah itu. Dan kebanyakan para pelancong karena butuh dan adanya hanya tempat itu, maka dengan terpaksa para pelancong singgah ke tempat warung makan itu.

Peristiwa itulah yang dimanfaatkan oleh para pemilik rumah makan untuk maraup untung sebanyak-banyaknya.

Ketiga, karena adanya persaingan tidak sehat antara pengusaha dan pemilik rumah makan bahkan antar pemilik rumah makan.

Bisa terjadi, sebab daerah pantai pasti banyak hotel, villa, cottage, wisma, maupun penginapan lainnya. Terjadilah persaingan untuk memperebutkan lahan usaha, sehingga menimbulkan harga tanah dan pajak bangunan yang tinggi.

Selain persaingan dengan para pengusahan penginapan, persaingan juga bisa terjadi antar pemilik rumah makan. Mengapa? Karena banyaknya rumah makan yang ada, sehingga para pelancong atau pelanggan makanan pasti akan menyebar ke beberapa rumah makan lainnya.

Sehingga, pendapatan antar pemilik rumah makan akan sedikti dan tidak sesuai target. Apalagi pengunjungnya jika sepi.

Untuk menutupi pajak dan kebutuhan lainnya, sehingga para pemilik rumah makan, meninggikan harga makanannya kepada setiap pengunjung rumah makannya.

Saya berharap praktek seperti ini bisa segera diakhiri, sebab jika terus terjadi, lambat laun akan memburuk pariwisata di kawasan Anyer.

Selain memperburuk citra pariwisata Anyer, kalau memang harga makanan tak sebanding dengan kualitasnya, para pemilik rumah makan tersebut secara tak sadar sudah merugikan para saudaranya sendiri, saudara sebangsa dan setanah air.


“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS. An-Nisa’/4:29)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun