Mohon tunggu...
Mubarok
Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Saya berprofesi sebagai seorang guru swasta di sebuah pondok pesantren di daerah Banyuwangi Jawa Timur

Hobi saya berolahraga dan menulis. Menulis adalah bagian dari kesibukan saya untuk mengisi waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Desain Pembelajaran Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlatut Thalabah

5 Juli 2022   00:40 Diperbarui: 5 Juli 2022   01:01 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan utama pendidikan adalah dalam rangka untuk membentuk pribadi muslim yang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Untuk mendalami agama  Islam yang benar, maka perlu merujuk pada lembaga pendidikan  yang terbukti mampu bertahan ratusan tahun dan mampu mencetak kader terbaik. 

Salah satunya adalah pondok pesantren. Pondok pesantren menerapkan pembelajaran kitab kuning klasik untuk menggali keilmuan dari referensi ulama yang kepakarannya diakui dunia. Kitab-kitab kuning ini bukan hanya dikaji di Indonesia tetapi menjadi kajian rutin universitas  dunia. 

Mulai dari universitas Al Azhar Kairo dan universitas  Islam yang lainnya.  Menuliskan penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif, deduktif dan induktif berdasarkan data literatur, wawancara, dokumentasi serta observasi. Dalam hal ini penulis menggunakan model desain pembelajaran menganalisis Dick and Carey dan membandingkannya dengan desain pembelajaran Gagne. 

Dalam model pembelajaran Dick and Carey terdapat 10 langkah sistematis pendidikan. Di antaranya adalah 1) identifikasi tujuan umum pembelajaran, 2)  menganalisis pembelajaran, 3) melakukan analisis terhadap peserta didik, 4)  merumuskan tujuan pendidikan, 5)  melakukan pengembangan instrumen evaluasi, 6) melakukan pengembangan strategi pembelajaran, 7)  mengembangkan materi pembelajaran, 8) evaluasi formatif, 9) melakukan refleksi pada program pembelajaran, 10)  evaluasi sumatif.

Pembelajaran membaca kitab kuning di pondok pesantren Roudlatut Thalabah  menggunakan desain pembelajaran dan temuan dan hasil analisis Dick and Carey. Namun, penulis juga membandingkannya dengan temuan Gagne.

Pendahuluan

Pendidikan  sangat penting dalam kehidupan manusia terutama seorang muslim. Pendidikan Islam akan selalu sesuai dengan zaman, situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya.  Bahkan, pendidikan  bukan hanya menjadi pedoman seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari didunia ini tetapi akan menuntunnya selamat hingga menuju akhirat. 

Pendidikan bukan hanya mementingkan kecerdasan dan kepintaran semata tetapi lebih dari itu, pendidikan mengembangkan potensi manusia. 

Mulai dari potensi jasmaniah dan rohaniah yang mereka miliki. Sehingga potensi jasmaniah dan rohaniah yang seimbang ini mampu melahirkan seorang manusia yang cerdas, humanis, harmonis dan mampu hidup berdampingan dengan orang lain tanpa rasa rendah diri. 

Lebih dari itu, mereka akan mampu menjadi seorang pelopor menuju kemajuan dan kesejahteraan. Tujuan pendidikan yang mulia ini hanya bisa tercapai bila merealisasikan rencana pendidikan yang lengkap. Mulai dari peserta didik, pendidik, manajemen pembelajaran, sarana prasarana, fasilitas manajemen kelembagaan, kebijakan pemerintah serta kurikulum.1

Secara umum pendidikan  selalu merujuk pada lembaga  yang dikelola dalam waktu lama dan terbukti eksis dan mampu melahirkan ahli ilmu, ustaz, kyai yang punya kredibilitas tinggi. Secara khusus lembaga pendidikan Islam di Indonesia adalah pondok pesantren, sekolah formal, perguruan tinggi, TPQ dan madrasah diniyah.2 

Lembaga pendidikan diniyah berada di bawah naungan pondok pesantren Roudlatut Thalabah, maka pengelola MADIN (Madrasah Diniyah) bertekad untuk menciptakan siswa-siswi dan peserta didik yang mampu membaca dan memahami kitab kuning. Tujuan utamanya adalah agar mereka mampu memahami, mengamalkan, melaksanakan dan mengajarkan apa yang mereka ketahui saat pulang dari pesantren.

Metode Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini bersifat kualitatif yaitu sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif tertulis.  Data yang bersumber dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3  Lebih dalam lagi, artikel yang penulis sajikan ini merupakan penulisan analisis deskriptif menggunakan data hasil literatur, observasi dan dokumentasi. 

Dalam artikel ini penulis membahas tentang analisis kebutuhan peserta didik dan desain pembelajaran mempelajari kitab kuning di pondok pesantren Roudlatut Tholabah. Data-data tersebut kemudian kami analisis untuk memperoleh deskripsi yang komprehensif tentang analisis kebutuhan peserta didik yang telah menerapkan proses pembelajaran kitab kuning  dengan dosen pembelajaran tersebut.

Kajian Teori

Kajian teori ini kami mulai dari madrasah diniyah. Di mana aktivitas pembelajaran peserta didik lebih banyak dikelola oleh madrasah diniyah.

Madrasah Diniyah

Madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan yang terus-menerus memberikan pendidikan, pengajaran kepada santri yang tak masuk dalam jalur pendidikan formal.  Umumnya materi pendidikan dasar yang diajarkan di madrasah diniyah meliputi; ulumul qur'an, tafsir alquran, ulumul hadits, nahwu shorof mantiq, balaghoh, bahasa arab, falaq dan masih banyak cabang ilmu agama yang lainnya.4 Pada prinsipnya ada 3 jenjang pendidikan pada madrasah diniyyah. Yaitu jenjang pendidikan pertama disebut madrasah diniyah ula. Tingkat menengah disebut madrasah diniyah wustho dan tingkat atas dikenal sebagai madrasah diniyah ulya.

Ada 2 prinsip dasar yang melandasi berdirinya madrasah diniyah yaitu dasar yuridis dan dasar religius. Dasar religius bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Sedangkan dasar yuridis berasal dari perundang-undangan negara, baik undang-undang langsung atau tak langsung.  Dasar religius berdirinya madrasah berdasarkan firman Allah subhanahu wa taala dalam Al Quran yang berbunyi:

 Artinya "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (QS. At Taubah: 122).

Dasar yuridis pembentukan madrasah diniyah berdasarkan, a) Pancasila, b) Undang-undang dasar 1945, c) SK (Surat Keputusan) bersama 3 menteri; menteri dalam negeri, menteri pendidikan dan menteri agama tahun 1975, d) undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), e) dan undang-undang RI nomor 18 tahun 2019 tentang pesantren. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban. Madrasah diniyah merupakan bagian penting dari pendidikan keagamaan yang telah mampu membuktikan peranannya dalam rangka membentuk manusia yang berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki akhlak yang mulia.

Dengan demikian madrasah diniyah secara historis dan filosofis merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.5

Membaca Kitab Kuning

membaca adalah kegiatan mengeja dan melafalkan apa yang tertulis.6 Sebagai bentuk interpretasi simbol-simbol tertulis atau menangkap makna dari serangkaian simbol-simbol tersebut.7 Dalam pendidikan pondok pesantren, kitab kuning menjadi sumber pelajaran utama sehari-hari. Kitab kuning terkenal dengan istilah kitab gundul, kitab klasik dan kitab kuno. Pada umumnya kitab kuning merupakan karya ulama terdahulu yang mereka karang dalam waktu tertentu.

Kitab-kitab tersebut pada umumnya adalah karya para ulama terdahulu yang dikarang dalam rentang waktu yang sangat jauh dan tidak diberi harakat atau syakal.8 Sedangkan kitab kuning menurut undang-undang RI nomor 18 adalah kitab yang berbahasa arab atau kitab yang berbahasa lainnya yang menjadi rujukan tradisi keilmuan  di pesantren. Saat seorang santri belajar kitab kuning, maka mereka memiliki sanad keilmuan (mata rantai) yang bersambung ke atas hingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. 

Bila seseorang ingin mendalami agama secara mendalam, maka mereka perlu mempelajari kitab kuning secara intensif di pondok pesantren. Mempelajari kitab-kitab kuning yang ada di pondok pesantren bukan berarti menjauhi Al-Quran Dan Al-Hadits. 

Tetapi mempelajari kitab kuning berarti mempelajari Al-Quran Dan Al-Hadits melalui pemahaman para ulama yang ahli di bidangnya masing-masing. Jadi memahami Al Quran dan Al Hadist tidak bisa langsung dari Al Quran atau hadis. Apalagi, hanya membaca terjemahannya. 

Tetapi memahami  Al-Quran Dan Al-Hadits dari pemahaman para ulama yang punya kredibilitas. Terutama melalui karya mereka berupa kitab kuning. Kitab kuning memaparkan informasi-informasi tersebut karena kitab kuning dikarang oleh para ulama yang keilmuannya tak diragukan lagi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.9

Model Desain Pembelajaran  Dick And Carey

Nama lengkapnya adalah Walter Dick. Dia adalah lulusan Penn State University, Princeton, Amerika Serikat. Dia penerima  gelar Ph.D pada bidang psikologi pendidikan. Dia juga pernah belajar kepada Robert Gagne. Dia sangat terpengaruh oleh karya Gagne  yang berjudul "The Condition Of Learning"  yang terbit tahun 1965. Pada tahun berikutnya dia juga menulis buku psikologi dengan judul "the systematic design of Instruction". 

Buku ini terbit tahun 1978 bersamaan dengan lulusnya seorang mahasiswa pasca sarjana yang sangat jenius bernama Lou Carey. Dalam proses menganalisis dan menulis, Carey dibantu serang yang ahli dibidang teknologi pendidikan bernama  James Carey.  Mereka mengembangkan model desain pembelajaran yang dikenal dengan "model system approach".  Hasil pengembangan dan penelitian mereka terangkum dalam buku yang berjudul "the systematic design of instruction". Seiring dengan berjalannya waktu, model yang mereka kembangkan ini dikenal dengan model Dick and Carey.10

Dalam metode pembelajaran Dick and Carey ini, ada 10 langkah model desain pembelajaran.  Di antaranya adalah 1) melakukan identifikasi tujuan umum pembelajaran, 2) lakukan analisis pembelajaran, 3)  lakukan analisis terhadap peserta didik dan konteks pembelajaran, 4)  merumuskan tujuan performansi, 5)  melakukan pengembangan instrumen penilaian, 6) mengembangkan strategi pembelajaran, 7)  mengembangkan materi pembelajaran, 8) melaksanakan evaluasi, 9) melakukan revisi terhadap program pembelajaran, 10)  lakukan evaluasi sumatif.11

Gustafon dan Branch berpendapat bahwa kesepuluh desain pembelajaran ini merupakan prosedur yang dicancang khusus untuk mendesain program pembelajaran. Langkah satu terkait erat dengan langkah berikutnya. Model pembelajarannya bersifat terperinci dan mencerminkan model pembelajaran yang fundamental. Sehingga model ini bisa diterapkan dalam dunia bisnis, industri, pemerintahan dan pelatihan. Model ini juga cocok diterapkan dalam pembelajaran berbasis ICT.12 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 109-110.

Pembahasan

Pembahasan ini membahas tentang desain pembelajaran membaca kitab kuning dengan desain pembelajaran Dick and Carey di pesantren Roudlatut Thalabah

Menetapkan tujuan adalah langkah awal sebelum mendesain pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Roudlatut Thalabah. Langkah berikutnya menganalisis peserta didik dan merancang bagaimana bentuk kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memudahkan proses pembelajaran kitab kuning, maka pondok pesantren Roudlatut Thalabah menggunakan desain pembelajaran Dick and Carey.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model Dick and Cafey adalah sebagai berukut:

Mengidentifikasi Tujuan Pembelajran

Sebagai pakar psikologi pendidikan, maka Dick and Carey berpendapat bahwa menetapkan tujuan pembelajaran adalah langkah awal untuk mendesain program pembelajaran yang baik. Dalam langkah ini seorang desainer perlu menentukan kompetensi atau kemampuan apa yang harus dimiliki peserta didik setelah menempuh proses pendidikan.13 ibid 101. Tahap berikutnya adalah menemukan tujuan umum pembelajaran. Desainer perlu menganalisis tujuan pembelajaran dengan mengenali keterampilan (skill) bawahan dan langkah prosedural bawahan yang harus diikuti oleh peserta didik.14

Ada beberapa tujuan pembelajaran membaca kitab kuning di pondok pesantren Roudlatut Thalabah. Di antaranya adalah 1) mampu membaca dan memahami kitab kuning dengan baik dan benar, 2) Paham struktur kalimat dan tata bahasa yang ada dalam kitab kuning, 3) mampu menjelaskan isi dan pesan yang ada dalam kitab kuning pada orang lain, 4) mampu membuat kalimat dalam bahasa arab sesuai dntgan kaidah gramatikanya.   

Melakukan Analisis Pembelajaran

Setelah melakukan proses identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menganalisis proses pembelajaran. Langkah ini adalah prosedur untuk menentukan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh peserta didik agar mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran. 

Secara umum mereka harus menguasai 3 kompetensi dasar. Yaitu, pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif)15 Ibid. Dalam aspek kognitif mereka harus mampu mengenal huruf hijaiyah dengan baik dan benar, mampu membaca teks bahasa arab, memahami nahwu shorof dasar sebagai ilmu tata bahasa arab, mampu menghafal kaidah dan kosa kata bahasa Arab. Dalam aspek afektif, mereka perlu memiliki tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, kejujuran, gotong-royong dan disiplin. Sedangkan aspek psikomotorik, mereka mampu menyusun sendiri kalimat dalam bahasa arab. Baik kalimat dalam bentuk lisan atau tulisan.

Menganalisis Peserta Didik Dalam Konteks Pembelajaran

Bukan hanya melakukan analisis terhadap pembelajaran, kita juga perlu menganalisis peserta didik dan karakteristiknya. Proses analisis ini meliputi gaya belajar, seberapa besar kemampuan yang peserta didik miliki dan bagaimana sikap belajar mereka. Bukan hanya menganalisis peserta didik dan karakteristiknya, seorang desainer pembelajaran perlu melakukan analisis terhadap konteks pembelajaran. Aktivitas ini meliputi; 1) analisis terhadap kondisi keterampilan peserta didik, 2) dan tugas mereka dalam menerapkan dan keterampilan yang mereka pelajari.16

Seorang desainer pembelajaran perlu melakukan analisa terhadap karakteristik peserta didik secara mendalam. Salah satunya dengan menggali apa kebutuhan mereka. James A. Pershing dan Hee Kap Lee mengutip pendapat Kaufman and english bahwa kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang ada pada saat ini.17 Dalam merancang program pembelajaran membaca kitab kuning ini desainer pembelajaran menginginkan peserta didik memiliki kemampuan membaca kitab kuning yang neningkat dari waktu ke waktu. 

Bukan hanya mampu membaca, mereka perlu mampu memahami isi yang terkandung di dalam kitab kuning tersebut, sehingga mereka akan terlatih membaca kitab kuning, mereka menguasai gramatika bahasa arab dengan baik, menghafal banyak kata dalam bahasa arab, maka mereka memiliki bekal yang kuat untuk memahami Al Quran dan Al Hadist secara benar.  Diharapkan mereka mampu melaksanakan dan mengamalkan apa yang mereka pahami ini dan mampu mengajarkannya kepada orang lain yang membutuhkannya.

Faktanya, ada banyak kondisi yang terjadi pada peserta didik. Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, ada beberapa peserta didik yang 1) mampu membaca kalimat bahasa Arab yang ada dalam kitab kuning dengan baik, benar dan lancar, 2) kurang lancar membacanya, 3) belum mampu membaca sama sekali. 

Penulis juga menemukan beberapa peserta didik yang menguasai bahasa Arab dan gramatikanya dengan baik. Perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya saja, 1) latar belakang keluarga, 2) lingkungan tempat tinggal, 3) pendidikan, 4) tingkat kecerdasan, 5) semangat dan motivasi belajar, 6) gaya belajar dan lain sebagainya.

Perbedaan ini adalah tantangan pendidik dan desainer pendidikan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, efisien dan kondusif. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

Merumuskan Tujuan Performansi

Dick and Carey mengajukan pendapat tentang tujuan performansi. Menurut keduanya, tujuan performansi ada 3 sesuai dengan tingkatannya. Yaitu, 1) tingkat awal. Pada tingkatan awal ini, ada beberapa indikator yang bisa jadi pedoman. Di antaranya, mereka perlu memahami kalam, definisi kalam, pembagian kalam, tanda-tanda kalam, marfuatul asma, mansubatul asma dan makhfudhotul asma, definisi fiil, pembagian fiil dan tanda-tanda kalimah fiil. 

Mereka juga perlu memahami ilmu shorof dasar. Yaitu tasrif istilah dan tasrif lughowi. Lebih dari itu, mereka juga perlu mampu menghafal kitab Jurumiyah dan amstilatut tashrifiyah. Mereka juga perlu memahami fiqih dasar. Fiqih dasar ini biasanya berupa kitab fiqih wadhih. Mereka mampu membaca kalimat arab polos tanpa harokat. 2) Tingkat menengah. 

Ada beberapa indikator yang bisa Anda gunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik yang ada pada tingkat menengah. Di antara Indikatornya adalah; a) mereka mampu memahami ilmu nahwu tingkat menengah. Kitab yang dipakai pada tingkat menengah ini adalah Al Imrity. Pada prinsipnya, kitab ini merupakan pengembangan dari kitab nahwu dasar sebelumnya. 

Mereka juga perlu mampu memahami faidah wajan yang ada dalam tasrif istilah tughowi. Mampu menghafal nadham imrity dan qawaidul i'lal. b) mampu membaca dan memahami kitab fathul qorib. Mereka juga perlu membaca dan memahami   lafaz dan makna dari lafaz yang dia baca. 3) tingkat atas. Pada tingkatan atas ini, mereka perlu mamahami materi nahwu, shorof dan balaghoh.

Pada tingkatan ini, mereka juga perlu  mampu membaca, menghafal dan memahami Al Fiyah ibnu Malik, fathul mu'in dan jauharul maknun. Mereka bukan hanya mampu membaca kitab kuning kosongan tanpa harakat dan makna, mereka juga perlu mampu mengurai kedudukan i'rob, tahu asal kata dan i'lalnya. Lebih dalam lagi, mereka perlu mampu menjelaskan pemahamannya tentang isi kitab ini kepada orang lain.

Mengembangkan Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Instrumen penilaian ini dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pendidik perlu menetapkan jenis penilaian yang akan dikembangkannya. 

Mengembangkan instrumen penilaian ini dalam rangka untuk membuat barometer keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.18 Instrumen penilaian bisa berupa tes atau non tes. Tes bisa diberikan pada peserta didik berupa tes tertulis, atau lisan. Bisa juga berupa tes membuat sesuatu. Misalnya saja, penugasan proyek dan membuat hasta karya. 

Penilaian non tes bisa berupa motivasi, minat, sikap, presentasi, tanya jawab dan penilaian diri.19 Aji, "Model Pembelajaran Dick & Carrey dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.", 123.  Umumnya alat penilaian kemampuan mereka membaca kitab kuning adalah, 1) kelancaran membaca, 2) ketepatan harokat, 3) ketepatan memberi makna, 4) intonasi membaca, 5) kemampuan mengurai lafaz dan asal kata, 6) kemampuan menyampaikan pemahamannya  atas materi dan isi kitab kepada orang lain.

Mengembangkan Strategi Pembelajaran

5 tahapan di atas adalah tahapan fundamental untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Selanjutnya, desainer pendidikan perlu menentukan strategi yang akan dia gunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, tertib dan mencapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. Strategi pembelajaran yang diambil bisa berupa metode atau media pembelajaran. Metode pembelajaran bisa berupa metode drilling, ceramah, demonstrasi, hafalan, bandongan, cooperative learning, problem solving, presentasi, sorogan, tanya jawab dan metode yang lainnya.  

Umumnya media yang digunakan adalah kitab kuning dan papan tulis (board marker). Demi kesederhanaan penyampaian materi, maka tak menggunakan media ICT. Salah satunya karena belum tersedia fasilitas yang memadai. program pembelajaran terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler memiliki beberapa perangkat pembelajaran. 

Mulai dari daftar kitab kuning, kurikulum pembelajaran, nama pelajaran dan jadwal pelajaran sehari-hari selama 1 tahun. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan non diniyah murni. Yaitu kegiatan takror, lalaran (membaca nadham bersama), menambal makna kitab yang kosong, muhadharoh (pidato) dan musyawarah untuk melatih kemampuan komunikasi peserta didik.

Mengembangkan Dan Memilih Materi Pembelajaran

Lembaga pendidikan menghadirkan kurikulum dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan peserta didik terkait dengan pelajaran yang mereka butuhkan. Maka mereka perlu menguasai materi ini sebagai kompetensi dasar.  Materi pembelajaran merupakan bahan dasar untuk membentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka dalam jangka panjang. 

Semua dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan  dasar peserta didik. Metode pembelajaran berupa media pembelajaran merupakan sarana yang paling efektif untuk menyampaikan materi secara efektif dan efisien.  Dalam proses pembelajaran ini perlu menghadirkan evaluasi. Evaluasi mempunyai peran penting dalam rangka memasukkan dan mengadakan perbaikan-perbaikan bahan ajar yang akan dikembangkan di lembaga pendidikan.19

Materi pembelajaran di pesantren bukan hanya Nahwu dan Shorof saja. Namun, ada beberapa materi keilmuan Islam yang disampaikan secara intensif. Di antaranya adalah Al Quran, Al Hadis,  tauhid, aqidah, akhlak, fiqih, Ushul fiqih dan Sejarah.  Dari setiap materi pelajaran ini disampaikan pada setiap jenjang. Kitab yang diajarkan berbeda-beda sesuai dengan tingkat jenjangnya. 

Jenjang dasar menggunakan materi pelajaran yang mudah, singkat, jelas dan padat. Semakin ke atas jenjangnya, maka semakin sulit pembahasannya. Bukan berarti sulit yang sesungguhnya. Tetapi materi pembelajaran kelas tingkat di atasnya lebih luas,  jelas dan gamblang. Bila pada materi kelas sebelumnya kurang memperhatikan dan tidak memahami, maka mereka akan kesulitan memahami materi pada kelas tingkat di atasnya. Materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik adalah. 1)  tingkat awal. 

Pada cabang ilmu tauhid menggunakan kitab Aqidatul Awam.  Pelajaran nahwu menggunakan kitab Matan Al Jurumiyah. Bidang shorof menggunakan kitab Al amtsilatut tashrifiyah. Bidang ilmu tajwid menggunakan kitab Hidayatus shibyan Tanwirul Qori dan Fathur Rahman.  

Bidang fiqih menggunakan kitab al mabadi al fiqhiyah.  Bidang akhlak menggunakan kitab Akhlak Lil Banin. Bidang sejarah menggunakan kitab Khulasoh Nurul Yaqin. 2)  tingkat menengah. Pada tingkat menengah ini menggunakan kitab kifayatul Awam. Bidang nahwu Al imriti. Bidang shorof menggunakan kita Al maqsud. Bidang hadis menggunakan kitab musthalah al-hadis. Bidang Ushul fiqih menggunakan kitab syarah Al waraqat. Bidang fiqih menggunakan kitab Fathul Qorib. 

Bidang akhlak menggunakan kitab Kifayatul Atqiya. Bidang sejarah menggunakan kitab Nurul Yakin. 3)  tingkat atas. Dalam bidang nahwu menggunakan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Bidang Balaghah menggunakan kitab Jauharul maknun. Bidang Ushul fiqih menggunakan kitab Al faraidul bahiyyah. Bidang fiqih menggunakan kitab Fathul Mu'in. Bidang akhlak dengan kitab Ihya Ulumuddin. Sejarah menggunakan kitab Sirah Nabawiyah. Pelajaran ini disampaikan kepada peserta didik setiap hari selain hari Jumat. Hari Jumat merupakan hari libur bagi mayoritas pesantren.

Mendesain Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran di pondok pesantren. Tanpa adanya evaluasi, maka pengelola Pendidikan tak bisa tahu apa kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Evaluasi formatif merupakan kegiatan untuk melakukan penilaian tentang materi yang disampaikan oleh guru, pendidik dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan.20 

Manfaat utama melakukan evaluasi adalah dalam rangka untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan proses pembelajaran. Bukan hanya itu, evaluasi ini dalam rangka untuk mencari hambatan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Proses evaluasi ini dalam rangka untuk memperbaiki proses pembelajaran. 

Proses evaluasi bisa dilakukan secara berkala. Biasanya dilaksanakan pada pertengahan pembelajaran dan akhir pembelajaran.21 Dalam praktiknya, proses evaluasi ini di lingkungan Pesantren dikenal dengan istilah Thamrin. Dalam Thamrin juga melakukan evaluasi terhadap catatan peserta didik pada kitab, seberapa penuh catatan mereka. Peserta didik yang tidak mencatat secara lengkap dianggap tidak memenuhi syarat untuk mengikuti evaluasi Thamrin.

Kesimpulan

Tujuan utama pelaksanaan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk karakter, kepribadian individu muslim secara utuh sesuai dengan nilai ajaran agama Islam yang luhur dan mulia. Untuk memperoleh pendidikan Islam yang komprehensif dan lengkap, maka perlu merujuk pada lembaga pendidikan yang otoritatif. Dalam hal ini diwakili oleh pondok pesantren. Pondok pesantren memiliki lembaga khusus yang menaungi pendidikan, yaitu lembaga diniyah. 

Pengelola pendidikan diniyah melaksanakan proses pembelajaran secara terstruktur, sistematis sesuai dengan perencanaan. Para lulusan pesantren mampu menguasai pelajaran dan kitab kuning dengan baik. Untuk mampu menguasai pembelajaran Pesantren secara lengkap, maka perlu mampu memahami kitab kuning. 

Yaitu pelajaran yang menggunakan teks bahasa Arab tanpa harokat tanpa arti. Kata kunci untuk mampu menguasai kitab kuning adalah memahami ilmu Nahwu dan Shorof sebagai gramatika bahasa Arab. Maka tanpa pemahaman nahwudan shorof yang mendalam, peserta didik akan kesulitan untuk memahami pembelajaran agama Islam di pondok pesantren.

Pondok pesantren Roudlatut Tholabah merupakan lembaga pendidikan yang berada di desa Setail kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Pondok pesantren Roudlatut Tholabah ini telah menghasilkan ribuan lulusan  yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di tanah Jawa. Mereka pulang ke daerahnya masing-masing untuk mengabdi kepada masyarakat dan menyebarkan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya. Salah satu pembelajaran di pesantren ini adalah pengajaran kitab kuning yang sangat intensif. Umumnya pesantren menggunakan metode klasikal ala pesantren Salaf. 

Dalam praktiknya, model pembelajaran membaca kitab kuning sesuai dengan desain model pembelajaran Dick and  Carey. Semuanya melalui proses yang sistematis dan prosedural. Sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu membaca kitab kuning sesuai dengan tujuan dan harapan.

Referensi Bacaan

1 Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan  Di Indonesia (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2009), 96-97.

2 Nasir Ridwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal; Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 79.

3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

4 Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurkholis Madjid Terhadap Pendidikan  Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 79.

5 Pedoman Penyelenggaraan Dan Pembinaan Madrasah Diniyah, 63-64.

6 Alwi Hasan, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005), 83.

7 Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan (Semarang: IKIP Malang Press, 1995), 34. 

8 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah-Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta: direktorat jenderal kelembagaan agama , 2003), 32

9 Tim Kodifikasi LBM PPL 2012, Buku Materi Sorogan Ula Dan Wustho (kediri: LBM Ponpes Lirboyo, 2013), 5.

10 Diki Firmansyah, Model Desain Pembelajaran Dick & Carey (Garut: STKIP Garut, 2015), 2.

11 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 100.

 12 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 109-110.

13 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 101.

14 Aji, "Model Pembelajaran Dick & Carrey dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.", 122.

15 Aji, "Model Pembelajaran Dick & Carrey dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.", 122.

16 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 102-103.

17 Anne Marie Armstrong, Instructional Design in the Real World: A View from the Trenches (Hershey: Information Science Publishing, 2014), 4.

18 Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 103.

19 Aji, "Model Pembelajaran Dick & Carrey dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.", 124.

20 Suharsimi Arikunto dan Safruddin Abdul Jabbar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 26.

21 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya (Jogjakarta: Bumi Aksara, 2008), 58.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun