Ketika manusia memahami bahwa akal itu bersifat terbatas, maka ia tidak akan pernah mencoba-coba untuk mengambil sesuatu yang berada diluar jangkauan akalnya. Manusia tidak akan pernah mencoba-coba untuk membuat sebuah aturan atau hokum yang sempurna dan dianggap dapat mengatur system kehidupan manusia seluruhnya.
Akal manusia akan tunduk kepada apa yang telah diwahyukan Allah dalam Al-Quran yang telah dibawa oleh manusia agung Rasulullah Muhammad SAW. Apa yang diketahui manusia pertama kali hingga sekarang adalah karena adanya informasi sebelumnya. Dengan kata lain, ada sesuatu yang telah memberi tahu manusia tentang segala sesuatu, yang kemudian sesuatu tersebut disampaikan kembali kepada manusia lain dan begitu seterusnya.
Seseorang dapat menggunakan akalnya untuk berpikir disebabkan adanya empat hal yaitu; fakta, otak yang normal, panca indera, dan informasi sebelumnya. Dengan adanya empat hal ini maka akal manusia dapat berjalan dengan normal, jika salah satu saja hilang maka manusia tidak akan dapat menggunakan akalnya untuk berpikir.
Manusia yang telah memahami hal tersebut, tentu akan menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Berdasarkan pada ayat Al-Qur’an diatas, Allah telah memberitahukan kepada manusia bahwa tugas manusia hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya tanpa kecuali dan pilih-pilih.
Imam Syafii berkata:
“ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf (baligh) adalah berpikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal ghaib dari pengamatannya dengan indera dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini merupakan suatu kewajiban dalam bidang usluhuddin”. (Fikhul Akbar : Imam Syafi’i).
Dengan begitu jelaslah bahwa Islam sangat mendorong ummatnta agar selalu berpikir dan tidak menjadi seorang yang buta ilmu. Sebab dengan melalui proses berpikirlah keimanan tersebut dapat diaraih. Seorang tidak akan mungkin dapat mencapai keimanan yang benar tanpa berpikir tentang eksistensi Allah, sebagaimana telah dijelaskan diatas.
Dengan berpikir seorang muslim akan mampu mengetahui dengan jelas tentang tugas dan kewajibannya diatas bumi ini. Ia akan mampu menjalani kehidupan dialam dunia ini tanpa rasa pesimis, bahkan sebaliknya ia akan sangat optimis. Hal ini dikarenakan ia telah mengetahui dakan tujuan hidup dan keinginannya di dunia ini.
Berbeda dengan paham yang telah memandulkan Tuhan dalam eksistensi ataupun kekuasaan-Nya. Orang yang memiliki pemahaman seperti ini, akan lebih cepat pesimis dan frustasi dan ia pun dalam menjalani proses kehidupan jika terbentur oleh sebuah masalah yang berat, dengan mudah ia akan putus asa hingga bnuh diri.
Hal ini dikarenakan ia tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, cara pandang yang keliru dalam menjalani kehidupan. Jika ia sukses dalam hidup tersebut maka sesungguhnya hal tersebut bersifat temporal dan semu. Bahkan ia berada dalam putaran roda yang terus berputar tanpa henti dan akhir, hidupnya dipenuhi dengan kesibukan yang hingga akhirnya ia akan jatuh dan susah untuk bangun lagi.
Banyak sekali contoh didepan mata kita semua, bagaiamna orang dengan sangat mudah untuk bunuh diri setelah mencapai kesuksesan dunia. Kehidupan dunia yang ia cari dengan susah payah, justru membuatnya ia lelah dan tidak bahagia. Hal ini disebabkan mereka tidak mengetahui dengan jelas apa tujuan hidupnya dialam dunia ini.