Setiap orang harus meninggalkan dusta dan perbuatan buruk. Dia yang berjalan pada jalan itu harus dituntun pada petunjuk yang benar. Orang itu juga harus berangsur-angsur terus menyingkirkan kelemahan-kelemahannya. Sebab sebagaimana sebuah tulisan tidak mungkin sempurna tanpa diperiksa berulang-ulang, demikian juga moral pun tidak dapat sempurna kecuali orang itu terus menyingkirkan kelemahan-kelemahan, membuang jauh-jauh Hoaks dalam dirinya.
Insan adalah semacam hewan yang dia hanya dapat tetap di jalan yang benar jika dia terus mensucikan dirinya setiap waktu. Jika hal-hal itu tidak dilakukan, dia dapat menyimpang kapan saja."
Hoaks salah satu perbuatan insan yang merugikan. Ingatlah, Qolbu insan merupakan tamsil (cerminan) rumah Allah, dan rumah Allah tidak dapat menyatu di satu tempat dengan rumah insan. Selama manusia secara penuh belum membersihkan Qolbunya, maka selama itu pula hubungan dengan Allah Ta'ala tidak akan dapat terbentuk. Hoaks merupakan dusta yang sangat mengerikan sebab akan menjerumuskan insan dalam kehancuran dan kegagalan.
Sehingga Rasulullah saw telah bersabda :
"Bukanlah dari kami (orang Islam), siapa yang suka menipu (Hoaks)".
Untuk sesaat dan untuk sementara waktu mungkin saja Insan mendapatkan manfaat dari Hoaks alias dustanya, Namun pada hakikatnya dengan melakukan kedustaan Qolbu insan menjadi gelap dan dari dalam digerogoti. Demi satu kedustaan dia terpaksa mengarang banyak sekali kedustaan lainnya. Sebab dia harus membalut kedustaan itu dengan warna kebenaran.
Demikianlah dari dalam potensi-potensi akhlak dan ruhaninya menjadi rubuh. Sampai-sampai dia menjadi demikian berani dan nekadnya sehingga diapun berdusta kepada Allah swt, kepada Utusan Allah swt dan berdusta kepada insan lainnya. Akhirnya disii Allah swt dia menjadi orang yang aniaya dan pada pandangan insan ia menjadi orang yang tidak layak didengar.
Mari kita simak firman Allah Swt, yakni ;
"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah swt atau mendustakan Tanda-tanda-Nya ? Sesungguhnya orang-orang aniaya itu tidak akan berhasil" {QS. Al-An'am, 6 : 22}.
Jadi siapakah yang dapat lebih aniaya dari orang yang mengadakan dusta dan kebohongan atas nama Allah swt. Ingatlah baik-baik dusta adalah sebuah petaka sangat buruk yang membinasakan Insan.
Dampak berbahaya dari kedustaan apa lagi, kecuali manusia tersebut menjadi layak menerima hukuman atas sikap mendustakan para Rasul Alah Ta'ala dan Ayat-ayat-Nya (Tanda-tanda-Nya)? Oleh karena itu mutlak bagi kita supaya menerapkan sifat Shiddiq (jujur/benar).