Mohon tunggu...
Muazzin
Muazzin Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat sosial

RAKYAT INDONESIA.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara PSI dan Koalisi?

14 Maret 2019   14:35 Diperbarui: 14 Maret 2019   14:45 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyikapi perhelatan politik tahun ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seringkali menggeparkan indonesia. Dengan berbagai statment ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang sering  menuia pro- kontra baik di internal koalisi jokowi maupun dialuar koalisi. 

Sebab itu saya ingin berbicara tentang Parati Solidaraitas Indonesia (PSI), yang disebut-sebut sebagai partai pemuda. Sebutan itu sudah melekat pada diri Partai solidaritas Indonesia (PSI). Oleh karena itu, sebagai partai kaula muda PSI harus menunjukkan pada bangsa dan negara ini, tentang bagaimana sebenarnya pemuda yang berpolitik. Gagasan-gagasan yang diamapaikan tentu harus mencerminkan pemuda itu sendiri.

Sebagai pemuda juga tergabung sebagai kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ingin berbicara tetang siakap profesionalitas partai dalam berpolitik. Menyampaikan suatu gagasan sebaiknya memilih kata dan kalimat yang tidak menuai kontradiktif dalam menyuarakan ideologi partai. Memilih bahasa yang tepat, dalam menyampaikan gagasan harus menjadi perhatian penting. Harapanya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak berhenti untuk menyampaikan gagasan yang edukatif, tapi dengan cara yang edukatif pula.

Panggung politik sangat sensitif untuk itu sebelum menyampaikan gagasan, ada baiknya mengkosep apa yang akan disampaikan di muka umum, sehingga gagasan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat secara umum. Berkaca dari pidato ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie di medan yang menuai pro-kontra dan banyak kritikan dari internal koalisi indonesia Kerja (KIK), Yang artinya apa yang sebenarnya disampaikan oleh ketua umum PSI baik sekali, akan tetapi penting untuk memperhatikan cara dan bahasa penyampaianya.

Tidak hanya itu, banyak hal yang harus disampaikan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam mengaplikasikan Ideologi parati yang berkomitmen melawan korupsi dan intoleransi. yaitu gaggasan yang lebih substansial, tidak melulu terkait perda syariah, poligami, penutupan rumah ibadah dan lain-lain. Apa yang saya sebuatka itu tidak bisa digeneralkan, sehingga banyak masyarakat menyebut bahwa PSI hanya mencari sensasi semata. menyinggung masalah poligami jika dikaji lebih mendalam bahwa PSI sama halnya dengan intoleransi. mengenai pendidikan juga harus menjadi sorotan PSI dan menyampaikn gagasan-gagasan tentang pendidikan.

Saya berharap PSI tidak lagi terfokus pada hal-hal yang bersifat sensasional, namun lebih pada suatu gagasan yang bersifat subtansi. sehingga PSI mampu menjadi pemersatu, bukan lagi memperkeruh suasana, terutama diinternal Koalisi. Kita harus menyadari bahwa kita Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah partai baru yang belum banyak berbuat terhadap masyarakat. Untuk itu kita harus lebiha banyak berbuat daripada banyak bicara. Membela kaum minoritas tanpa harus menyakiti perasaan kaum mayoritas. Tentu banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyadarkan masyarakat  tentang indahnya toleransi. Oleh karena itu saya sebagai kader ingin melihat gagasan-gagasan yang disampaikan PSI dengan cara dan bahasa yang edukatif.

Karena bangsa kita bangsa yang mengedepankan  moralitas. Moralitas menjadi salah satu identitas kita yang harus dirawat. Ideologi yang mulia yang kita perjugankan jangan samapai tidak dapat diterima oleh masyarakat dikarenakan, cara kita menyampaikan tidak tepat. Gagasan yang baik adalah gagasan yang secara makna dapat diterima masyrakat tanpai menuai perdebatan. Kritikan yang baik, tidak dengan cara menyakiti siapa yang kita kritik, akan tetapi kritikan yang kita samapaikan dapat diterima, baik secara penyampaian atau isi dari apa yang kita samapaikan. Terimaksih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun