Ada apa dibalik kalimat kids jaman now?, tersebar luas di tengah masyarakat lintas generasi. mulai dari generasi anak-anak, remaja, dewas dan orang tua. apakah ini terjadi secara alamiah ataukah ini sengaja disebarkan pada publik, yang menjadikan masyarakat lupa akan kasus-kasus yang terjadi di bangsa ini "pengalihan isu". saya pun tidak tahu, yang saya tahu bahwa tren sepert ini dinamis, dan semua yang terjadi tidak secara alamiah, akan tetapi banyak yang dibentuk sebagai suatau upaya pembungkaman. benarkah begitu?, sayapun tidak tahu, karena anda punya penilaian tersendiri, atas apa yang terjadi hari ini.
Mahasiswa bagian dari elemen masyarakata juga terlibat dengan tren kids jaman now. Apakah itu salah, yang jelas tidak, karena ikut tren apapun, itu pilihan. Bisa dibilang lebih dari 50% mahasiswa pengguna smartphon, yang dapat dengan mudah dan cepat untuk dapat mengetahui apa yang terjadi hari ini. sebagai mahasiswa kids jaman now, suatu keberuntungan yang dapat menjadi peluang untuk mengenal dunia dan ilmu lebih luas. Dengan adanya teknologi canggih, sebenarnya mempermudah mahasiswa untuk mengakses pengetahuan. Itsss.. lagi- lagi itu pilihan. Memilih kemajuan teknologi itu sebagai suatu peluang untuk dapat mengakses dan mempermudah serta mengurangi pengeluaran untuk beli buku ataukah itu dipilih sebagai jurang yang menjadikan mahasiswa terlena dan terjerumus.
Ah... tau, yang penting hati senang. Saya kan mahasiswa kids jaman now. Wikk... luar biasa sekali, jika anda menjawab memilih terlena dengan kemajuan teknologi itu. Berkutat pada medsos, game dan tontonan senonoh, tanpa memikirkan untuk digunakan sebagai tambahan refrensi. menjadikan otak beku dan minim kreatifitas serta inovasi. Alih-alih ketika lulus kuliah, menjadi pengangguran, lalu menyalahkan pemerintah. Wow.. luar biasa sekali... jika itu tidak ingin terjadi pada diri kita. Mari kita evaluasi diri, apa yang kita lakukan selama kuliah.Â
Menuntut ilmukah atau menuntut angka yang  tertera di IPK?, melakukan pengemabangan diri dengan melakukan riserchkah atau ngikut-ngikut saja?. Mengembangkan diri dan mengabdi pada masyarakata ataukah mengabdi pada game dan tidur?. Anda pilih yang mana? Itu pilihan dan anda bebas  memilih. Bahkan diluar dari apa yang dipaparkan itu anda bebas memilihnya.
 Rhenald Kasali mengatakan bahawa setiap orang memiliki kendaraan yang kita sebut dengan self  (diri). Dan dalam diri itu terdapat mentalitas atau jiwa pembawa diri itu. Demikian kata Rhenald Kasali, manusia ini memiliki kendaraan (diri), yang mana kendaraan yang masih kencang dan energic untuk melaju itu ada pada mahasiswa. Dan sangat beruntung sekali pemuda yang dapat gelar mahasiswa dapat mengunakan kendaraanya dengan bengkel otak yang penuh dengan nuansa akademis. Coba kita lihat di luar sana banyak sekali kendaraan yang masih energic namun ditak dapat menservis ilmu pengetahuanya dibangku kuliah. Anda mahasiswa beruntung bukan?
DRIVER PERUBAHAN
Ada apa dengan driver perubahan. Bukankah tadi membahas mahasiswa generasi kidsjaman now. Penasarankan?, Ok baiklah, saya pernah membaca tulisn Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudl Self Driving. Ia mengatakan bahwa driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan "pasenger" . anda  tinggal memilih, ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan?. Tidak heran jika Rhenald Kasali mampu menulis buku itu dan kalau saya amati, ia berangkat dari pengalamanya sendiri. Saya juga tahu Rhenald Kasali lebih dahulu merasakan asinya garam dan merasakan micin. Sehingga ia, mampu menulis buku itu dengan sederhana, tapi menginspirasi.
Baiklah, saya ingin menjelaskan apa yang saya maksud dengan "Driver Perubahan", tidak jauh beda dengan apa yang disampaikan oleh Rhenald Kasali. Bahwa manusia memiliki kekuatan pada diri untuk mengendalikan kendaranya. Kendaran yang ada pada diri kita. Kendaranya adalah self mesin-mesinya adalah apa yang ada pada self itu sendiri. Salah satunya adalah otak. Otak yang ada pada diri mahasiswa dapat digunakan untuk berpikir dalam memilih, ingin menjadi driver atau pansenger?. Tentu anda selaku mahasiswa yang memiliki kepintaran dan kecerdasaan menjawab memilih menjadi driver. Itsss.. maksud saya bukan sebagai driver gojek, crab, bus truk dan lain-lain loh iya. Driverdisini yang gunakan sebagi istilah.
Lalu mahsiswa sebagai driver atau pengendali, pemegang arah kemana tujuan dari kendaran ini, tentu harus mengecek kendaranya terlebih dahulu, apalagi ketika ingin mengendarainya  ketempat yang jauh. Kendaraan (diri) diperiksa apakanh memungkinkan untuk berjalan ke tempat jauh, jika tidak memungkinkan apa saja yang harus dipenuhi, bahan bakar (pengetahuan dan pengalaman) ataukah bagin kendaraan yang lain (skill, kreatifitas, inovasi, serta ide cemerlang). Kok gitu sih.. iya karena anda sebagai mahasiswa "driver peruubahan", jika anda belum mampu men-driver kendaran (diri) anda bagaimana anda men-driver orang lain. lalu apa yang harus dilakukan sebagi mahasiswa "driver perubahan",.Â
Nah ini pertanyaan yang bagus. Jadi terlebih dahulu kita harus mampu men-driver kendaraan (diri) kita terlebih dahulu. Men-driver dari kemasalan (mager bahasa now nya), kaku, berpikir sempit, dan lain-lain, menjadi perubahan diri yang lebih baik, yaitu dengan menambah bacaan, menjalin relasi, banyak berdiskusi, menambah pengalaman, produktif, kreatif dan banyak hal lainya. Kok banyak sekali.. iya untuk men-driver pereubahan diri anda saja sebagi mahasiswa sudah ngeluh-ngeluh, apalagi menjadi driverorang lain dan bangsa ini.
Uh... saya harus berjuang dong?.. iyalah. Masak masih mau malas-malasan. Katanya anda itu mahasiswa yang memiliki cita-cita tinggi. Kalau punya cita-cita jangan nagging-nanggung, masak iya mau bercita-cita sebagi passenger. Loh salah kah..? bercita-cita demikian.. iya gak salah saya kan cuma bilang jangan nangung-nanggung., kalau bercita-cita, karena bangsa ini butuh orang yang bercita-cita sebagi Driver itu. Kok bisa... iya kalau saja semua orang, lebih-lebih mahasiswa memiliki cita-cita sebagai passenger atau memiliki mentalitas penumpang, serta pengikut, nanti Bangsa ini dijajah, ditipu daya lagi oleh orang-orang asing yang memiliki mental driver. Ooohh... gitu iyaa..?, iya.. jadi anda sebagi mahasiswa memilih menjadi "driver perubahan" atau "passenger". Jawabanya ada pada diri anda. Opss hamper lupa.. tentu melakukan driverperubahan berawal dari "drive your self", selanjutnya anda sebagi mahasiswa mampu "drive your people", setelah itu sebagai "drive your nation".
Begitulah yang harus kita kembangkan dan bagi pada orang lain. karena kalau seseorang tidak bisa men- drivediri sendiri, bagaimana ia bisa men-drive orang lain. dan itu berarti tak ada kepemimpinan, tak ada yang men- drive bangsa ini. jadi Indonesia memiliki jutaan mahasiswa yang memiliki mental "driver perubahan", kalu demikian mampukah mahasiswa mengaplikasikanya pada diri sendiri, orang lain dan Bangsa ini. Saya yakin, mahasiwa pasti bisa. Asal ada keinginan yang kuat dan usaha untuk menjadi seorang "Driver Perubahan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H