Mohon tunggu...
Muarrifuzzulfa
Muarrifuzzulfa Mohon Tunggu... Perawat - Pekerja profesional di rumah sakit Jerman

Kesederhanaan. Suka membaca buku, mendengar, bertukar pikiran dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Butir Emas di Padang Pasir (Reflection on Technology, Death, and Relationships)

29 Juni 2024   16:12 Diperbarui: 11 Juli 2024   12:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butir Emas di Padang Pasir

oleh : Mu'arrifuzzulfa

Banjir Informasi

            Saya masih ingat ketika awal-awal Facebook menjadi trend di masyarakt dunia. Semua ingin mencari teman kenalan baru di Facebook. Banyak orang yang mengungkapkan dan mencurahkan isi hati dan pikirannya di beranda facebook. Hal yang diinginkan dari seorang yang menulis di beranda facebook adalah agar diberi feedback atau like dan komentar oleh orang lain. Jika mereka mendapatkan feedback maka mereka akan merasa bahagia. Dengan mengungkapkan perasaan atau pikirannya, seakan-akan orang itu orang yang bijak, mereka menulis tentang sebuah nasehat, tetapi belum tentu realitanya mereka bersikap seperti apa yang mereka tulis di beranda.

            Dengan sangat cepatnya teknologi berkembang, muncullah beberapa media sosial seperti Instagram, Twiter dll. Media ini mempunyai dampak positif diantaranya adalah terbuka luasnya wawasan-wawasan baru yang dapat kita konsumsi. Disisi lain sayangnya kita berada dalam kondisi "banjir informasi". Informasi ini tanpa hentinya mendatangi kita setiap detiknya.

            Hal ini seperti halnya ketika kita pergi ke tempat perbelanjaan. Ada orang yang membawa uang cash secukupnya karena dia hanya ingin membeli seseuatu. Ada juga orang yang hanya membawa kartu kredit yang didalamnya dia mempunyai banyak uang, tetapi dia tidak mempunyai tujuan apa yang ingin dia beli. Disisi lain, tempat perbelanjaan itu menyediakan sangat banyak pilihan untuk di beli. Orang yang sadar dan mempunyai tujuan untuk membeli sesuatu maka dia akan dengan bijak membeli apa yang dia ingin beli dengan uang yang dia siapkan. Meskipun dia melirik-lirik banyak sekali hal yang bagus untuk dibeli, tetapi dia sadar dengan tujuan awalnya, yaitu membeli sesuatu yang ia butuhkan. Sedangkan orang yang membawa kartu kredit dan tidak mengatahui tujuan apa yang akan dia beli, maka dia akan terjebak dalam ketidaksadaran dia sendiri. Dia melihat kanan kiri, banyak sekali yang dia ingin beli. Dia dapat membeli apapun yang dia inginkan karena dia mempunyai uang yang banyak. Dia membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan, tetapi dia membeli barang-barang tersebut karena keinginan. Pikiran dan kesadaran dia "termanipulasi" oleh tawaran-tawaran barang yang dijual di tempat perbelanjaan itu.

            Hal ini terjadi persis seperti apa yang kita alami pada masa ini. Semua media sosial memberikan kita sangat banyak informasi yang bagus. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui, apakah ini yang kita butuhkan? Bahkan persekian miliseken kita pun dapat menentukan apakah kita suka informasi ini atau tidak hanya dengan menggerakkan jempol kita pada layar handphone kita. Barang-barang yang ditawarkan di tempat perbelanjaan itu adalah seperti informasi pada media sosial dan penjualnya yang memberi saran barang apa yang cocok untuk kita beli adalah algoritma pada media sosial. Algoritma memanipulasi tindakkan kita. Seperti penjual yang memanipulasi kita untuk membeli barang mereka. Jika kita tidak sadar maka kita akan membeli sesuai "keinginan" kita dan bukan "kebutuhan" kita. Begitu juga algoritma, algoritma memanipulasi kita untuk mengkonsumsi apa yang mereka tawarkan. Jika kita tidak sadar, maka kita akan mengkonsumsi media sosial sesuai apa yang algoritma tawarkan dan bukan apa yang kita butuhkan. Semua ini tergantung bagaimana kita sadar dan memahami apa yang disebut "self-control".

            Menurut penelitian pada tahun 2011 yang diangkat di The New York Times, kita menerima informasi lebih banyak lima kali kalau dibandingkan pada tahun 1986 atau setara dengan 174 surat kabar. Sedangkan platform youtube memproduksi 5.999 jam video baru perjamnya yang baru diposting.1 Banjirnya inforamasi ini juga terjadi di beberapa bidang keilmuan, seperti dalam pengetahuan medis. Pada tahun 1950 waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan pengetahuan medis adalah 50 tahun; pada tahun 1980, 7 tahun; dan pada tahun 2010, hanya cukup membutuhkan 3,5 tahun.2

            Dengan sangat banyaknya informasi yang ada, terkadang kita merasa capek sendiri dan ini juga berdampak kepada emosianal kita. Self-control mungkin adalah salah satu metode yang sangat dibutuhkan di zaman sekarang. Merenung, merefleksi, tenang adalah kegiatan bagaimana kita bisa belajar mengenai self-control. Terlalu fokus dan konsentrasi kepada semua informasi yang diberikan oleh internet menjadikan lupa apa sebenarnya yang kita butuhkan. Semakin banyak pilihan maka semakin bingung apa yang kita mau pilih dan ketika kita bingung kita mempunyai potensi masuk ke dalam ketidaksadaran yang termanipulatif, sedangkan self-control hanya muncul jika kita sadar terhadap semua fenomena yang kita alami.

Mencatat ketika banjir informasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun