Mohon tunggu...
Muarrifuzzulfa
Muarrifuzzulfa Mohon Tunggu... Perawat - Pekerja profesional di rumah sakit Jerman

Kesederhanaan. Suka membaca buku, mendengar, bertukar pikiran dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ramadan dan Kesehatan (Refleksi atas fenomena di Jerman)

3 Maret 2024   16:35 Diperbarui: 29 Juni 2024   13:44 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Bagaimana bisa tidak makan dan minum dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang? Jika ramadhan menurut orang non muslim Jerman atau mayoritas dari mereka memiliki definisi bahwa puasa Ramadan adalah ketika seorang muslim tidak makan dari beberapa menit sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam (memang mayoritas mengetahuinya hanya sebatas ini saja), maka pernyataan bahwa puasa Ramadan dapat meningkatkan kebahagiaan itu sangat abstrak. Karena perasaan bahagia hanyalah dapat dinikmati oleh orang yang merasakan kebahagiaan. Seperti halnya orang yang suka dengan lawan jenis, perasaan itu sulit untuk dijelaskan kecuali hanya orang yang sedang merasakan rasa suka terhadap lawan jenis tersebut, begitu juga dengan puasa. Kebahagian dalam puasa hanya dapat dirasakan bagi mereka yang melakukan puasa.

            Lalu apa yang menyebabkan orang yang berpuasa itu merasakan kebahagiaan? Bukannya "dipaksa untuk tidak makan dan tidak minum" itu mengekang manusia dari kebutuhan dasarnya?. Menurut saya ada beberapa faktor yang secara pribadi saya rasakan bagaimana kebahagiaan saya meningkat. Pertama adalah kebiasaan buka bersama di masjid dan sholat tarawih. Ada beberapa masjid di tempat saya tinggal yang mengadakan buka bersama setiap hari. Kalau saya ada waktu longgar dan tidak ada halangan, pasti saya menyempatkan buka bersama sekalian tarawih di Masjid. Meskipun masyarakat muslim di Jerman termasuk masyarakat minoritas, tetapi kebersaan kaum muslim disini sangat kuat. Dalam satu masjid kita akan bertemu dengan banyak orang muslim dari berbagai belahan dunia, dari negara yang secara ekonomi kaya sampai yang miskin, dari benua Afrika, negara-negara Arab, Amerika dll, tetapi malah jarang dari negara asia atau terkhususnya Indonesia. Saya merasakan bahwa disitulah saya menemukan apa itu Islam sebenarnya, tidak memandang dari mana dia berasal, apa warna kulitnya, bahasa apa yang mereka pakai, dari ras golongan apa mereka datang. Islam adalah Islam. Semuanya terbuka satu sama lain dan mereka menganggap saudara satu sama lain, yaitu saudara se Islam. Itulah mungkin saya dapat merasakan, memahami dan memaknai sabda rosulullah saw, "Muslim adalah saudara muslim lainnya". Momen-monen ketika duduk bersama di Masjid secara rapi dengan saudara-saudara dari belahan dunia menunggu tibanya adzan magrib inilah suatu momen yang tidak dapat didapatkan diluar bulan Ramadan. Semuanya sangat senang dan sabar menunggu momen berbuka. Tidak ada yang tidak bahagia pada saat itu.

            Seorang peneliti dari Ankara yaitu Zeynep B. Ugur melakukan penelitian dengan mengajukan hipotesis apakah puasa Ramadan mempunyai efek terhadap kebahagiaan seseorang. Penelitian ini dilakukan kepada 287 partisipan. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi menjadi 5 gelombang. Yang pertama dilakukan sebelum ramadan, yang kedua, tiga dan empat dilakukan ketika bulan ramadan. Yang kelima dilakukan setelah bulan ramadan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa bulan ramadhan seseorang merasakan kebahagian yang lebih dibandingkan masa sebelum dan sesudah puasa ramadan. Terdapat catatan menarik dari penelitian ini adalah bahwa bersosialisasi ketika bulan ramadhan memiliki skor kebahagiaan yang lebih tinggi secara statistik daripada sampel pra-Ramadan.(7) Penelitian lain yang juga menyimpulkan bahwa puasa memiliki dampak positif terhadap kebahagian suatu masyarakat.(8)

            Dari pengamatan dan pengalaman saya berbuka puasa dan tarawih berjamaah di masjid selama bulan puasa, saya merasakan sebuah persatuan dan kebahagian yang meningkat dikarenakan kita adalah kaum muslim yang merupakan saudara satu sama lain, tidak memandang dari mana seseorang tersebut berasal, ras dll. Kebersaamaan diantara kaum muslimin, merasakan nikmatnya seceguk air putih dan tiga buah biji kurma disamping mereka semua adalah perantau dan imigran yang harus meninggalkan negara mereka masing-masing dan harus sendiri hidup di negara yang mana muslim adalah minoritas, menjadikan kekeluargaan seorang muslim ini menjadi sangat kuat. Terdapat perasaan kangen untuk bersosialisasi bersama dan menjalankan ibadah bersama-sama. Tidak dapat dibayangkan bagaimana mereka bersasama-sama menuju ke masjid hanya untuk merasakan berbuka bersama dengan saudara mereka disamping cuaca diluar sangat dingin terkadang 5C bahkan samapi minus. Jamaah tarawih selalu penuh meskipun sholat selesai jam 23.00 malam dan banyak dari mereka yang hari besoknya harus bangun pagi dan bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah kabahagiaan yang dirasakan oleh para jamaah ketika mereka berbondong-bondong datang ke masjid untuk saling bertemu saudara mereka seiman dan saling bersosialisasi dengan sesama mereka.

Ramadan dan Kesehatan

            Dari beberapa uraian diatas, kita dapat mengambil intisari bahwa kita sebagai muslim hanya diwajibkan untuk menjelaskan mengenai apa itu Islam kepada mereka nonmuslim dengen tema-tema yang nyaman bagi mereka. Dalam konteks ini, orang Jerman nonmuslim membutuhkan penjelasan tentang Islam melalui puasa Ramadan dengan penjelasan akal, salah satunya adalah dengan membawakan beberapa hasil penelitian yang bersangkutan dengan puasa. Anggapan awal mereka bahwa puasa Ramadan itu tidak baik untuk dilaksanakan dikarenakan tidak baik untuk kesehatan sudah dijelaskan dengan berbagai penelitian yang mengatakan bahwa puasa Ramadan sangat baik untuk dilakukan dan memiliki efek positif untuk kesehatan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa puasa memiliki hubungan yang erat dan positif terhadap kesehatan manusia.

* Tulisan ini ditulis selama bulan Ramadan 1444/April 2023 di perpustakaan Württembergische Landesbibliothek Stuttgart, Jerman.

Referensi :

1. Cheah, S. H., Ch'Ng, S. L, Husain, R., Duncan, M. T.(1990). Effects of fasting during Ramadan on urinary excretion in Malaysian  Muslims. British Journal of Nutrition , 63, 329-337.

2. Leiper JB., Molla, AM.,  Molla, AM.(2003). Effects on health of fluid restriction during fasting in Ramadan. European Journal of Clinical Nutrition  57, Suppl 2, S30--S38

3. AlJafar, R., Themeli, M. Z., Zaman, S., Akbar, Sharmin., Lhoste, V., Khamliche, A., Elliott, P., Tsilidis, K. K., Dehghan, A. Effect of Religious Fasting in Ramadan  on Blood Pressure: Results From  LORANS (London Ramadan Study) and a Meta- Analysis. Journal of American Heart Association. 2021;10:e021560.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun