Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Aku Kawin Denganmu: Mencumbu "Rembulan Tembaga"

25 Desember 2022   14:44 Diperbarui: 25 Desember 2022   14:50 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

(4)

Upaya aku-lirik yang ingin membawa perempuan dalam dunia perkawinan, pada puisi yang berjudul "Ikhwal Perkawinan", ternyata tidaklah begitu mudah dilakukan. Hal ini karena justru yang terjadi adalah "cinta berserakan di seluruh tubuh tanpa pupuk dan pemantik/lalu sama-sama menikmati alam sepi yang gersang, hidup tanpa/makna, berjalan dan tumbuh berhenti dan diam." Satu-satunya alasan bagi aku-lirik adalah suratan Tuhan (takdir) yang membawanya pada satu keyakinan, bahwa "cintaku telah menemu ibu dari anak-anakku." Di sini kita bisa melihat cara penyair menyikapi dunia perkawinan semata-mata sebagai kehendak Tuhan.

Romantisme layaknya manusia yang kasmaran dalam puisi Mi'roj memang sengaja ditiadakan. Sinyalemen seperti ini seakan diperkuat oleh baris-baris puisi yang berjudul "Kentrung Perkawinan". Mi'roj menulis: "Ketika jiwa kehilangan irama gelombang mimpi/dan sepi terus saja mengapung dalam gelap/Angin terasa hambar tanpa embun dan panas/menyulut atmosfir kehampaan/membawa ke segala penjuru/mencari kekasih jiwa sigaraning nyawa/yang tersembunyi." Baris-baris puisi ini jelas menunjukan kembali adanya latar psikologis aku-lirik yang memang berada dalam jiwa yang sepi, hambar, dan hampa. Perasaan semacam ini jelas akan terasa karena jiwa itu sendiri telah hilang. Pemakaian diksi "kabar dari langit" dan  "di alam keniscayaan",  lagi-lagi menujukkan bahwa takdir lah yang membuat aku-lirik menemukan kekasihnya. Peletakan takdir sebagai sebab utama terbentuknya dunia perkawinan yang membuat Mi'roj cenderung melihat hubungan laki-laki dan perempuan sebagai representasi dari religiusitas. Mi'roj tidak mendudukan hubungan laki-laki dan perempuan dalam kerangka nafsu birahi yang seringkali terjadi di antara lawan jenis. Perhatikanlah kata-kata yang digunakan Mi'roj, "Hati kita berbunga bersama ribuan malaikat/membawa rahmat dan berkah." Lebih jelas lagi bila kita membaca baris-baris dari puisi yang berjudul "Sajen Perkawinan". Perhatikan kutipan puisi berikut ini.

Tetapi iman dan cinta padaNya adalah

hakekat percintaan kita

Cipta karsa keindahannya

Cinta bukan untuk dinodai

sebelum ada perjanjian dan ikatan

atas nama Tuhan

Cinta dan kasih sayang akan merawat kekasih kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun