Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prosa 9

28 Juni 2022   13:40 Diperbarui: 28 Juni 2022   13:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: rasa ngilu

cukup sekali lelaki itu mencatatkan sukmanya sejak pertama melihat bulan yang melintas di siang sebuah sudut kota kelahirannya. siapa pun tak sanggup menjawabnya ketika lelaki itu bertanya ada bulan tiba-tiba menyinari pelupuknya. selalu saja mengira itu hanya mimpi belaka atau hanya bulan mainan semata. masih juga belum mau percaya meski sinar yang hinggap di pelupuknya ternyata membuat garis-garis rindu di sepanjang jalan yang dilaluinya pada sore sepulang dari percakapan pertama. "mengapa juga kucipta sua bila pada tubuhnya ada garis lelaki yang lebih dulu".

waktu yang menyilangkan seribu ragu dan lelaki itu tak sepenuhnya tahu wajah bulan yang dirindu. "tak sepenuhnya kau tahu perihal lelaki yang kukenal lebih dulu." saat malam tiba tepat di tengah-tengah waktu, lelaki itu menyalin satu demi satu rasa ngilu. esoknya, lewat spiker sebuah masjid, tersebar kabar lelaki itu mati bersama baris-baris puisi.

slawi,  mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun