16/3/1995 Â Â 19.30
Ketidaktampakan Tuhan di hadapan manusia karena persoalan keterbatasan dalam menggungkapkan makna keillahian-Nya, oleh penyair disejajarkan dengan sajaknya yang mengandung pengalaman pribadi itu tak akan sanggup dimengerti pembacanya.Â
Lantas, bagaimana dengan sajak-sajak Subagio Sastrowardoyo yang terkumpul dalam buku Hari dan Hara, Simphoni, Keroncong Motinggo, juga dalam buku Dan Kematian Makin Akrab diyakini penyair sebagai sajak-sajak yang bisa dimengerti sehingga disampaikan kepada pembacanya? Mungkin saja memang diyakini Subagio sebagai sajak yang bisa dimengerti.Â
Lalu, manakah yang dimaksud "sajak yang paling rahasia" itu? Subagio tidak menyampaikanya dengan jelas. Ia hanya menyampaikan sajaknya itu ditulis waktu "remang senja" dan hanya akan dibawa ke dalam kubur bersama jasad penyair.
Diksi "remang senja" sebagai kata benda yang menunju pada keterangan waktu, dapat mengarah pada dua pemahaman untuk kita. Pertama, "sajak yang paling rahasia" itu ditulis penyair saat usia mendekati waktu kematiannya (sudah sangat renta). Kedua, "sajak yang paling rahasia" itu benar-benar amat rahasia, amat samar-samar sebagaimana waktu "di remang senja" sehingga tidak mungkin disampaikan kepada pembacanya.Â
Diksi "sajak" dalam puisi berjudul "Rahasia", yang dimaksud Subagio mungkin saja bukanlah sajak yang tertulis secara tekstual di atas kertas. Namun, "sajak" yang masih tersimpan dalam "pengalaman dalam" penyair yang belum sempat dituliskankannya sehingga akan "kubawa ke kubur kalau aku terbujur mati". Di sini berarti, "sajak yang paling rahasia" itu adalah "sajak" yang hanya "ditulis" dalam batin Subagio yang selamanya akan tetap menjadi rahasia hingga kematian menjemputnya.
Sungguh, bermain-main dengan berbagai kemungkinan pemahaman atas sebuah puisi, bagi saya, teramat mengasyikan. Saya menikmati puisi "Rahasia" Subagio Sastrowardoyo menjadi aktivitas estetis untuk tidak terlalu larut dalam kecemasan yang berlebihan di tengah-tengah wabah yang belum usai ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H