Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Sajak-sajak yang Paling Rahasia

9 Februari 2022   16:35 Diperbarui: 9 Februari 2022   16:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

16/3/1995     19.30

Ketidaktampakan Tuhan di hadapan manusia karena persoalan keterbatasan dalam menggungkapkan makna keillahian-Nya, oleh penyair disejajarkan dengan sajaknya yang mengandung pengalaman pribadi itu tak akan sanggup dimengerti pembacanya. 

Lantas, bagaimana dengan sajak-sajak Subagio Sastrowardoyo yang terkumpul dalam buku Hari dan Hara, Simphoni, Keroncong Motinggo, juga dalam buku Dan Kematian Makin Akrab diyakini penyair sebagai sajak-sajak yang bisa dimengerti sehingga disampaikan kepada pembacanya? Mungkin saja memang diyakini Subagio sebagai sajak yang bisa dimengerti. 

Lalu, manakah yang dimaksud "sajak yang paling rahasia" itu? Subagio tidak menyampaikanya dengan jelas. Ia hanya menyampaikan sajaknya itu ditulis waktu "remang senja" dan hanya akan dibawa ke dalam kubur bersama jasad penyair.

Diksi "remang senja" sebagai kata benda yang menunju pada keterangan waktu, dapat mengarah pada dua pemahaman untuk kita. Pertama, "sajak yang paling rahasia" itu ditulis penyair saat usia mendekati waktu kematiannya (sudah sangat renta). Kedua, "sajak yang paling rahasia" itu benar-benar amat rahasia, amat samar-samar sebagaimana waktu "di remang senja" sehingga tidak mungkin disampaikan kepada pembacanya. 

Diksi "sajak" dalam puisi berjudul "Rahasia", yang dimaksud Subagio mungkin saja bukanlah sajak yang tertulis secara tekstual di atas kertas. Namun, "sajak" yang masih tersimpan dalam "pengalaman dalam" penyair yang belum sempat dituliskankannya sehingga akan "kubawa ke kubur kalau aku terbujur mati". Di sini berarti, "sajak yang paling rahasia" itu adalah "sajak" yang hanya "ditulis" dalam batin Subagio yang selamanya akan tetap menjadi rahasia hingga kematian menjemputnya.

Sungguh, bermain-main dengan berbagai kemungkinan pemahaman atas sebuah puisi, bagi saya, teramat mengasyikan. Saya menikmati puisi "Rahasia" Subagio Sastrowardoyo menjadi aktivitas estetis untuk tidak terlalu larut dalam kecemasan yang berlebihan di tengah-tengah wabah yang belum usai ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun