Penyair dalam menuangkan sajak-sajaknya, tentu saja bermula dari pengalaman-pengalamanya, juga dari pikiran dan perasaannya. Semua yang tertuang dalam karya seorang penyair, bisa jadi merupakan ungkapan keseluruhan yang ada di dalam batinnya.Â
Bisa jadi pula, seorang penyair tidak seluruhnya menuangkan pikiran dan perasaannya dalam sebuah sajak. Dengan kata lain, seorang penyair membatasi diri untuk tidak mengungkapkan isi batinnya. Dia menghindar untuk tetap merahasiakannya. Seleksi atas pikiran dan batin penyair dilakukan dengan cara tidak menuliskan sajak dalam sosok pribadinya yang paling rahasia.
Benarkah ada sajak yang paling rahasia ditulis oleh penyair dan tidak dipublikasikannya kepada para pembaca karena khawatir rahasianya akan diketahui orang lain? Setidaknya memang ada, bila saya membaca baris-baris yang ditulis penyair Subagio Sastrowardoyo. Mari kita ikut membacanya:
RAHASIA
   Tuhan tak menampakkan diri karena tahu manusia tak mampu
mengungkap makna ilahi.
   Juga sajakku yang kusayangi,  yang  mengandung pengalaman
pribadi, tak bakal kubacakan kepada teman bahkan kekasih, karena
toh tak akan mengerti.
    Sajak yang paling rahasia kutulis di remang senja dan kubawa ke
kubur kalau aku terbujur mati