Roti selalu menjadi bagian dari kata benda yang tak terpisahkan dalam Alkitab, bahkan diimplementasikan sebagai benda yang penting dalam ekaristi. Namun ada makna penting yang perlu diambil bilamana ingin menggunakan roti sebagai katalis dari aksi dalam menjalankan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Roti merupakan makanan yang kaya akan karbohidrat dan menjadi makanan yang sering dijumpai dalam berbagai kisah dalam Alkitab. Layaknya nasi, roti selain dimanfaatkan sebagai sumber energi manusia untuk beraktivitas juga dimaknai sebagai hal yang menyangkut mengenai simbolisme manusia terhadap kehidupan. Dalam sisi Alkitab, roti mendapat tempat yang cukup banyak dan memiliki pemaknaan yang positif yang bisa saja kita ambil untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dalam Alkitab, kita bisa menemui kata "roti" hampir di setiap bagian, dengan kata benda sebenarnya atau sebagai bagian dari perumpaan. Kehadirannya tak lepas dari budaya tempat Alkitab tersebut ditulis dan berkembang pada awalnya dimana roti sebagai makanan yang umum dijumpai dan sering dipergunakan dalam perjamuan-perjamuan.Â
Namun hal itu tidak semata-mata menjadikan roti sebagai makanan wajib atau halal, namun kehadiran "roti" dalam Alkitab membawa kita bahwa benda-benda yang dihadirkan baik dalam kehidupan biasa maupun untuk keperluan ritual hadir sebagai lambang tersendiri.
Penulis akan menghadirkan beberapa istilah "roti" yang terlacak dan mungkin bisa kalian lacak ulang. Pertama, adalah istilah "roti tak beragi" yang ada di dalam kitab Keluaran yang bermakna bahwa ragi sebagai lambang 'kebusukan' sehingga perlu dipisahkan dari roti. Kedua, ada istilah "roti sebagai sajian kepada Tuhan" yang bisa ditemukan dalam kisah Salomo dalam kitab Raja-Raja. Istilah yang paling populer bila menyangkut roti adalah istilah "Roti Hidup" yang pasti punya sangkut-paut dengan Perjamuan Terakhir Yesus bersama dengan murid-muridnya.
Dalam Injil Yohanes (6:11) Yesus mengibaratkan roti yang Ia pecah-pecahkan dan dibagikan kepada murid-muridnya sebagai "tubuh" yang ia bagi. Roti tersebut ibarat dirinya yang hadir dan mengisi tubuh bagi orang yang percaya akan diriNya melalui roti tersebut.Â
Namun untuk lebih jelasnya, pembagian tersebut lebih mirip seperti "mewariskan" kepada orang terdekatnya (dalam hal ini adalah murid-muridnya). Setelah membagikan roti, anggur, dan beberapa peringatan dalam perjamuan tersebut, Yesus tentu akan menghadapi satu hal yang perlu ia jalani yaitu menjalani penderitaan demi manusia-manusia yang Ia kasihi.
Berpindah ke kisah perjanjian lama, terutama kisah Nabi Musa yang menuju tanah perjanjian yang tergambar dalam kitab Keluaran (16: 4-32). Selepas mereka lolos dari kejaran Firaun, raja Mesir, tibalah mereka di Padang Gurun Sin yang seperti yang kita ketahui adalah tempat yang cukup gersang sehingga perlu perbekalan yang mencukupi untuk bisa melewatinya.Â
Namun apa daya, perbekalan seadanya membuat orang-orang Israel mulai mengeluh kepada Musa dan Harun. Namun Tuhan tidak meninggalkan orang-orang Israel dan memberikan roti yang tergeletak di sepanjang perjalanan menuju Tanah Kanaan.
Lambang kekuatan dalam roti yang diberikan Tuhan kepada orang-orang Israel yang mengeluh menunjukkan bahwa ada kuasa Allah yang mampu membuat mereka mampu melewati gurun. Roti yang selalu hadir setiap hari kecuali pada hari sabat menjadi sumber kekuatan yang datang dari Allah.Â