Namun menjadi urusan yang berbeda bila menangani mental tim yang berlaga pada kompetisi yang lebih bergengsi dan berbeda. Mereka terlalu lama perkasa di kandang dan menikmati hegemoni kuat akan kejayaan Barcelona di Catalonia. Mereka tidak seperti tahun 2011 dimana begitu leluasa dalam bermain sehingga tidak terlalu terkunci dengan gaya main lawan.Â
Gaya main Barcelona pada saat itu masih mengandalkan "tiki-taka" yang tentunya turut melibatkan kesadaran antar pemain dan daya tahan dalam mengolah bola selama pertandingan berlangsung. Sangat berbeda dengan sekarang yang justru tidak terjadi setiap saat.
Tugas Ernesto Valverde kini cuma dua yaitu menjaga mental pemain sebagai tim penuh kebanggaan di dunia dan memberikan kesempatan para pemain muda untuk tampil di kondisi genting.Â
Hal ini penting untuk mengingatkan para pemain tersebut --terutama Suarez dan Messi- bahwa meskipun mereka adalah pemain terpenting di skuad Blaugrana, namun penting untuk menjaga komitmen serta merelakan kesempatan mereka agar kondisi tim tetap terjaga meski ditekan beban seperti lolos ke final Liga Champions.Â
Kebanggaan perlu ditinggikan, bukan kesombongan, sementara kebanggaan yang perlu dijuruskan adalah kebanggaan bahwa setiap anggota tim itu penting dan bukan sebagai junior-senior semata.
Dalam bertahun-tahun kedepan, Barcelona pun mau tidak mau harus mengikuti arus klub lain yang harus merendah untuk meroket. Untuk itu Barcelona perlu membumi untuk sekedar mengingat akan makna bangkit dari kegagalan. Langkah yang bagus bagi Valverde, Suarez, Messi dan seluruh punggawa Barcelona untuk tidak bersantai saja sebagai penguasa domestik saja.
Referensi :
Suarez anggap tim Barca seperti 'kanak-kanak'
Kondisi tim Barca pasca gagal di UCL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H