Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Perselisihan

5 Maret 2019   19:24 Diperbarui: 5 Maret 2019   19:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by CloudVisual on Unsplash

Kritik itu membangun, itu kalau anda berpikiran positif. Bagi manusia yang mudah tersinggung, kritik adalah hal yang destruktif dan mengancam. Hal yang pasti adalah dengan mengkritik kita dan dia mendapat perhatian tentang suatu topik, dan terciptalah perselisihan.

Terlihat sekali di diskusi kecil, forum besar hingga adu kecepatan mengetik di media sosial demi mendapatkan tempat sebagai "pewahyu kebenaran" sangat terjadi dimana-mana. Untuk menunjukkan adanya hal tersebut, cukup satu hal yang kamu lakukan, yaitu, berselisihlah. Semakin banyak berselisih, kita dapat menemukan kebenaran dimanapun itu, sungguh suatu hal yang mudah mendapat kebenaran.

Menurut Thomas Hobbes, kita ini adalah homo homini lupus yang artinya adalah "serigala bagi manusia lainnya". Jangan terlalu menyamakannya dengan kanibal, karena kita harus berpikir apa yang dimakan/ditaklukkan oleh "serigala" ini. Bisa saja kekuasaan, harta hingga kebenaran dimana "serigala" ini akan kenyang atau bangga setelah lawannya mengakui kebenaran yang disebutkannya.

Berselisih itu wajar, terpecah itu sudah resiko dan sepakat itu adalah mukjizat dari Tuhan. Dengan segala keegoisan yang ada kita yang sudah berselisih pasti akan melakukan segalanya agar kita tidak rendah dimata lawan berselisih kita. Mengambil resiko di setiap celah dalam berselisih adalah keberanian dalam menegakkan opininya.

Apa yang terjadi selama kita berselisih adalah titik tertinggi kemampuan kita berpikir. Berpikir cepat, tangkas dan tepat adalah taring kita untuk mengoyak fakta dan opini lawan. Jika kita bisa maka kita sudah satu tahap dalam mengonfirmasi perkataan kita menjadi kebenaran, itulah yang disebut dengan belajar.

Hidup dalam berselisih harus siap untuk belajar, tidak peduli usiamu atau gendermu. Selisih itu adalah hal yang paling toleran di dunia, karena tidak  terlebih dahulu mempertanyakan agamamu, sukumu, usiamu, sudah punya pacar atau belum apalagi kapan nimang cucu dan sebagainya. Jika sudah punya opini yang kontra dengan lawan bicara, maka selamat, kamu sudah masuk kedalam ruang yang bernama "perselisihan".

Di era informasi, perselisihan terkadang sangat lucu untuk dilihat karena menurut saya mereka memperselisihkan hal yang saya rasa unik untuk dijadikan topik berselisih. Bahkan ada lombanya segala, kebanyakan menggunakan konteks "lomba debat". Ini adalah hal yang baik, karena dengan modal ngoceh  saja, kita sudah dapat prestasi dan mungkin saja bonus uang atau jaminan jabatan.

Percaya atau tidak dibalik perselisihan yang dilombakan ataupun tidak, kita bisa menjadi lebih dekat dengan orang lain. Kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan lawan bicara kita hanya dari cara mereka mendebat kita. Hal ini membuat berselisih menjadi alternatif yang unik selain berkenalan biasa atau curhat untuk saling mengenal satu sama lain. Jika kalian sudah punya jodoh --tidak seperti saya- berselisihlah hingga kalian lebih dekat dengan pasanganmu.

Indah sekali bukan perselisihan itu ? sebagai pelaku kita bisa berpikir, belajar, berkompetisi bahkan mendekatkan hubungan; sebagai penonton kita bisa mendapatkan hal serupa kecuali berkompetisi, tapi bonusnya adalah hiburan. Sungguh indah terbayang jika kita terlibat perselisihan.

Orang awan bilang perselisihan adalah jalan termudah menuju rusaknya sebuah hubungan, ya... tepat sekali. Untuk itu, selisih itu haruslah bertujuan, apakah untuk mencari solusi, menetapkan kebenaran, menjatuhkan lawan bicara atau bahkan sekedar curhat. Tujuan-tujuan ini sah-sah saja selama yang terlibat dalam berselisih ini sanggup menanggung efek setelah berselisih, agar perselisihan ini memberi makna. Disanalah cahaya indah dari perselisihan itu muncul.

Sebagai manusia sosial, beretika atau religius, berselisih juga acapkali disertai dengan kode etik dan tingkat kerendahan hati. Melibatkan itu adalah hal yang pasti agar setidaknya sebuah perselisihan yang terjadi memunculkan kebermaknaan. Mendebatkan hal yang tidak bisa dan tidak boleh didebatkan serta pola debat yang kacau balau menjadi contoh perselisihan yang seharusnya tidak dilaksanakan oleh manusia, karena mereka punya kode etik dan tingkat kerendahan hati dalam berselisih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun