Di tengah sandiwara untuk pencitraan politik dan beredarnya tabloid yang benar-benar membongkar dan menyudutkan kubu capres 01 dan 02, ternyata passion dari paslon capres-cawapres fiktif dengan nomor urut 10 tidaklah terganggu sama sekali. Hiburan dan solusi yang "nge-gas" senantiasa selalu dipromosikan oleh timses mereka di berbagai media sosial. Imbasnya, Nurhadi yang juga berprofesi sebagai tukang pijit ini mendadak terkenal di dunia pertelevisian mendapat banyak undangan dan menandakan bahwa kemunculan Paslon Nomor 10 memberi pengaruh dalam pusaran kekisruhan polaritas pilihan politik di negeri ini.
      Banyak orang yang kagum dengan promosi dan kreativitas para "timses" ini dalam mempromosikan berbagai postingan, twit dan foto yang membahas progresi imajinatif Nurhadi-Aldo dalam membangun citranya. Bahkan ada juga template khusus yang memberikan kesempatan pada simpatisan Nurhadi-Aldo (Paslon nomor 10) untuk menjadi Caleg (Calon Anggota Legislatif) Partai Untuk Kebutuhan Iman yang menjadi partai tunggal dan imajinatif yang secara masif memberi dukungan pada Nurhadi-Aldo secara aktif.
      Saya pun sudah jenuh dengan intrik-intrik yang tak habis setiap hari dan selalu digerogoti rasa lelah akibat begitu ricuhnya suasana politik ini membuat saya mengalihkan dukungan pada paslon nomor 10 dan percaya diri untuk "menjadi" Caleg Partai UKI dengan nomor urut 54 per 3 pangkat 2. Meskipun gambar ini berpeluang "dipermainkan" oleh para penuai "meme segar" di dunia per-shitposting-an sana, namun saya tetaplah merasakan rasa lega. Kelegaan itu tidak lepas dari minat saya terhadap politik, humor dan selera desain grafis yang terinci dalam keuntungan-keuntungan menjadi Caleg Partai UKI yang terdiri dari :
1. Melampiaskan ide politik dan kritik dalam balutan humor
      Jika kalian lihat gambar promosi tersebut, di sana disediakan ruang untuk mencantumkan nama, foto, program kerja dan ruang tambahan entah untuk promosi atau apapun itu. Maka itulah saatnya saya mengeluarkan berbagai ide politik serius namun disajikan dalam balutan humor sehingga kepala saya tetap terhindar dari sakit kepala akibat terlalu serius. Ide-ide seperti men-swagdaya-kan mahasiswa, membatasi kegiatan alay hingga memfasilitasi kegiatan kelahi dalam diskusi dan debat menjadi kritik dan saran secara bersamaan diungkapkan sebagai refleksi akan keresahan perilaku mahasiswa yang muda namun haus akan eksistensi dan apresiasi.
      Ide-ide politik ini juga menjadi blueprint dalam menyusun aspirasi jika saya terpilih menjadi anggota legislatif di organisasi kemahasiswaan di kampus saya dan ini relevan dengan kondisi mahasiswa di tempat saya. Maka disini sesungguhnya program saya memiliki substansi yang serius jika dijelaskan secara langsung dan rinci.
2. (Sementara) lepas dari tuduhan sebagai cebong dan kampret
       Ini justru menjadi alasan utama karena setiap kegiatan baik di dunia maya maupun dunia nyata seakan tidak lepas dari tuduhan memihak Jokowi ataupun Prabowo. Ne(e)tizen dan common citizen memang pedas dalam mengkritik, namun mereka tidak memikirkan betapa rapuhnya beberapa orang yang mereka kritik sehingga menjadi beban pikiran dalam menjalani hidup. Saya merupakan salah satu dari tuduhan ini dan saya merasakannya, dan menjadi Caleg Partai UKI membuat saya kembali bersahabat dengan dunia politik sekali lagi dalam kondisi tanpa tuduhan.
3. Mendapat preferensi desain grafis
      Di Twitter, saya sangat tertarik dengan desain-desain grafis dari setiap foto dan gambar yang selalu di posting. Sederhana namun berciri khas menjadikannya sebagai preferensi bagi saya untuk menciptakan desain grafis dengan karakter yang serupa dan dirasa cocok dengan gaya desain yang saat ini sedang hits. Jadi, setidaknya para "timses" ini bisa unjuk gigi dengan caranya masing-masing, bahkan dengan desain grafis yang menawan pun mampu menarik perhatian warganet.
      Meskipun imajinatif, tapi setidaknya ini mendinginkan hati, pikiran dan perbuatan yang telah panas. Mengingat "timses" yang mempromosikan paslon ini tidak fokus atau mengarah pada paslon 01 atau 02, maka disini sesungguhnya salah satu sarang para swing voters dan undicided voters yang hidup dalam keresahan akibat kericuhan politik. Jika Nurhadi-Aldo "benar-benar" nyata maka bersiap-siaplah bagi KPU untuk menyiapkan pilpres lebih dari satu putaran karena mereka benar-benar 'mencuri' hati tipe-tipe pemilih tersebut.
       Tetapi perlu disadari, bahwa Paslon nomor 10 Nuhadi-Aldo yang diusung oleh Partai UKI tetaplah fiktif bersama dengan Caleg-Calegnya. Mau tidak mau para swing voters dan undicided voters itu harus memilih antara Jokowi atau Prabowo sebagai pemimpin NKRI selanjutnya. Pilihan ada di tangan mereka yang punya hak suara, suara untuk menyuarakan arah politiknya dalam keinginan untuk bebas berhumor dalam naungan Nurhadi-Aldo.