Mohon tunggu...
Muammar Qadafi Mustari
Muammar Qadafi Mustari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dosen

always the best

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

18 Juli 2023   07:16 Diperbarui: 28 Juli 2023   12:52 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera buat kita semua, salam dan Bahagia. Sahabat guru dimanapun berada, dan juga siapa saja yang menjumpai artikel ini, saya sangat bangga dan bahagia bisa menulis artikel ini didalam website kompasiana, ada rasa kebanggaan tersendiri bisa menuangkan dan mengekspresikan terkait apa yang saya pelajari dalam mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak.

Sedikit kilas balik apa yang sudah saya pelajari pada modul 1. Didalam modul 1, saya dipelajari tentang Paradigma dan Visi Guru Penggerak, dimana didalam modul 1 ini terdapat 4 (empat) sub modul yang terdiri dari modul 1.1 materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.2 dengan materi Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 dengan materi Visi Guru Penggerak dan terakhir adalah Modul 1.4 dengan materi Budaya Positi. Dalam rangkaian modul tersebut merupakan rangkaian tentang paradigma dan visi guru penggerak, dimana guru penggerak merupakan guru yang dijadikan sebagai pemimpin pembelajaran yang nantinya bisa mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan tentunya proaktif.

Didalam modul 1.1 dengan materi Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional -- Ki Hadjar Dewantara, diberikan pemahaman yang sangat luar biasa bagi saya pribadi, sehingga di modul 1.1 ini terjadi perubahan mindset yang ada didalam diri saya, bahwa setiap murid mempunyai kodratnya masing-masing, dan tugas guru hanya menuntun kodrat murid sehingga nantinya murid bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai pribadi dan juga sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang bisa saya pahami dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam materi modul 1.1 adalah

1. Pendidikan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat

2. Murid diibaratkan sebagai tanaman, tidak akan tumbuh jagung murid yang mempunyai kodrat padi, dan sebaliknya tidak akan tumbuh padi murid yang mempunya kodrat jagung, guru hanya merawat saja sesuai dengan cara menanam sesuai dengan kodratnya. "tanamlah jagung seperti menanam jagung, dan tanamlah padi seperti menanam padi"

3. Pendidikan hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya

4. Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan

5. Mendidik dengan sistem among (Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, tut wuri handayani)

6. Pendidikan yang menghamba pada anak

7. Asimilasi budaya menganut konsep trikon

Berangkat dari bekal yang sudah saya pahami di modul 1.1 dan berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, selanjutnya saya sebagai guru mulai membangun dan menegakkan nilai-nilai dan peran guru penggerak sesuai dengan materi yang ada di modul 1.2. Didalam materi modul 1.2 ini saya dipelajari tentang nilai dan peran guru penggerak, sehingga materi modul 1.2 ini merupakan penguat untuk menjalankan filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan menegakkan nilai guru penggerak dan siap memerangkan peran guru penggrak. Nilai dan peran guru penggerak diantaranya:

1. Nilai Guru Penggerak

a. Berpihak pada murid

b. Mandiri

c. Kolaboratif

d. Reflektif

e. Inovatif

2. Peran Guru Penggerak

a. Menjadi Pemimpin Pembelajaran

b. Menjadi coach bagi rekan kerja/guru lain

c. Mendorong kolaborasi

d. Mewujudkan kepemimpinan murid

e. Menggerakkan komunitas praktis

A. KESIMPULAN

Setelah mempelajari Modul 1 mulai dari Modul 1.1 tentang Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita diharapkan nantinya akan bisa menjadi seorang pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah masing-masing dengan mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi untuk menciptakan pendidikan yang berpihak kepada anak dengan langkah awal adalah dengan menciptakan visi yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk murid-murid.

Di sekolah saya berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas praktisi di sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah serta rekan sejawat yang ada di sekolah.

Membuat keyakinan kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang saya miliki adalah berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan diskusi dengan rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai kebajikan, harapan saya mereka juga bisa menerapkannya dalam pembelajaran.

Menerapkan disiplin positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.

Posisi kontrol saya pada setiap masalah murid adalah manager, saya berusaha berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru adalah untuk memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.

Bila terjadi permasalahan murid yang berlanjut saya akan mengadakan segitiga restitusi, yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan kesalahan, validasi tindakan yang salah, supaya murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan dan dapat mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya, kemudian tahap yang ketiga adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar, kemudian sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak pada murid, dan refleksi, serta sesuai dengan peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan tentunya mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka belajar.

B. Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

*Disiplin Positif

Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun kodrat anak agar berdaya dalam mengontrol diri dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif menjadi komponen utama dalam mewujudkan budaya positif.

*Teori kontrol

Di dalam teori kontrol dijelaskan bahwa yang bisa mengontrol seseorang adalah dirinya sendiri. Seseorang akan melakukan sesuatu atau tidak tergantung dari dalam diri orang tersebut sesuai dengan motivasi pemenuhan dasar yang dimilikinya.

*Teori Motivasi

Perilaku yang ditunjukkan manusia pasti memiliki motivasi dan tujuan. Motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang diinginkan oleh seseorang dalam rangka menghargai diri dnegan nilai yang diyakininya. Sementara itu, motivasi eksternal di antaranya adalah keinginan yang dilakukan dalam rangka menghindari ketidaknyamanan/hukuman atau ingin mendapatkan imbalan/penghargaan.

*Hukuman dan Penghargaan

Hukuman dan penghargaan adalah salah satu cara mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung menghambat potensinya. Dalam jangka waktu tertentu, baik hukuman dan penghargaan akan sama0sama memberikan dampak yang sama, yakni ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan tentunya mematikan motivasi internal seseorang.

*Posisi Kontrol Guru

Ada 5 posisi kontrol seorang guru, yaitu: sebagai penghukum, sebagai pembuat rasa bersalah, sebagai teman, sebagai pemantau, dan sebagai manajer. Posisi kontrol guru yang baik dan ideal berada pada posisi kontrol manajer.

*Kebutuhan Dasar Manusia

Ada 5 jenis kebutuhan dasar manusia, yaitu: kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan kesenangan, dan kebutuhan akan penguasaan.

*Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh warga kelas untuk menumbuhkan motivasi internal dan budaya positif di kelas.

*Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Segitiga Restitusi adalah alur untuk menegakkan keyakinan bersama di dalam kelas atau sekolah. Ada tiga unsur segitiga restitusi, yakni:

1)Menstabilkan identitas

2)Validasi tindakan yang salah

3)Menanyakan keyakinan

*Hal menarik di luar dugaan:

1.Ternyata disiplin positif yang selama ini saya pahami sangat berbeda dengan disiplin positif yang telah saya pelajari dari modul 1 ini. Saya dulu memahami disiplin itu ialah perilaku anak yang mengikuti aturan dan selalu konsisten dengan aturan tersebut, ternyaa disiplin positif merupakan keyakinan akan nilai-nilai kebajikan universal.

2.Hukuman dan penghargaan ternyata bukan cara yang baik dalam menumbuhkan motivasi anak dalam berperilaku.

3.Ternyata ada posisi kontrol guru yang paling ideal, yaitu posisi kontrol manajer. Selama ini saya menerapkan posisi pemantau yang saya kira sebagai posisi terbaik bagi seorang guru.

4.Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, kita bisa memetakan motivasi yang dilakukan seorang siswa saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan/keyakinan sekolah.

5.Keyakinan kelas/sekolah ternyata sangat berbeda dengan aturan kelas. Serta cara merumuskan keyakinan kelas juga menggunakan Langkah-langkah yang berbeda.

6.Sebagai guru dengan posisi pemantau, saya sering menanyakan kesalahan apa yang telah dilakukan murid (Memvalidasi tindakan salah) dalam salah satu langkah restitusi. Setalah mempelajari modul budaya positif saya baru tahu ternyata terdapat langkah lainnya.

C. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, tentunya ada perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif, antara lain:

1.Membuka sudut pandang saya dalam melihat permasalahan yang dilakukan seseorang, terutama murid di sekolah. Sebab segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki motivasi dan tujuan. Maka dari itu, saya lebih bijak dalam melihat kebutuhan murid saat murid tersebut melakukan kesalahan.

2.Hukuman dan penghargaan merupakan motivasi eksternal, sekarang saya berusaha untuk mengubahnya agar siswa memiliki motivasi internal.

3.Saya menempatkan posisi kontrol pada tingkat manajer, sebagai posisi kontrol yang paling ideal.

4.Melaksanakan segitiga restitusi sebagai langkah menangani masalah agar murid  bisa kembali pada kondisi yang baik, menguatkan budaya positif, dan berpihak kepada murid.

5.Mampu mengelola emosi ketika melihat suatu kesalahan yang dilakukan murid

D. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam moduk budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah menggunakan segitia restitusi dengan posisi kontrol sebagai manajer. Dan hambatan dan tantangan saya masih berbenturan pada beberapa guru yang masih berparadigma bahwa kontrol penghukum adalah Tindakan yang paling efektif untuk mendisiplikan murid. Sehingga saya butuh pendekatan khusus secara persuasif untuk berdiskusi dalam membangun pemahaman tentang disiplin positif dan budaya positif.

E. Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?

Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut, saya merasa mempunyai kewajiban untuk menyebarkan pemahaman tentang budaya positif baik di kelas maupun di sekolah. Terutama pada hal paradigima kontrol penghukum dan penggunaan segitiga restitusi dalam setiap pemecahan penyimpangan yang terjadi pada murid. Saya merasa mempunyai kewajiban kepada setiap warga sekolah untuk menyebarkan pemahaman bahwa setiap murid mempunyai kebutuhan dasar, dan jika kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka tidak aka nada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Maka dari tersebut untuk memenuhi segalam kebutuhan murid dalam hal penyimpangan tentunya dibutuhkan segitiga restitusi yang bisa menstabilkan identitas sampai pada keyakinan diri murid.

F. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Hal baik yang sudah saya lakukan yaitu adanya peraturan yang sudah mengikat, tinggal bagaimana saya mengubah peraturan tersebut menjadi sebuah keyakinan, baik keyakinan kelas maupun keyakinan sekolah.

Adapaun hal yang perlu saya perbaiki yaitu mengubah mindset diri saya sendiri agar saya bisa menjadi posisi kontrol sebagai penghukum dan pemberi penghargaan menjadi sebuah guru yang bisa mengambil peran sebagai manajer.

G. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajarai modul ini, ketika berinteraksi kadang-kadang saya memakai posisi kontrol sebagai penghukum, dan lebih sering menggunakan posisi kontrol sebagai pemantau. Perasaan saya saat itu ialah saya merasa mampu mengendalikan murid dan mendisiplinkan mereka seperti yang saya inginkan. Tetapi saya merasa, sikap disiplin tersebut hanya muncul jika ada saya. Setelah mempelajari modul ini, posisi yang saya pakai adalah posisi kontrol sebagai manajer. Perbedaannya saya lebih bisa menguasai emosi, permasalahan menemukan solusi dari murid sendiri, dan murid terlihat lebih senang.

H. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga resitusi, namun beda instilah saja dan Langkah-langkah tidak teratur serta tidak ada tujuan dan indikator yang jelas. Sehingga apa yang saya lakukan tanpa arah dan tujuan. Dan outpun dari apa yang saya lakukan tidak berdasarkan pada keyakinan kelas dan tidak termotivasi pada dalam murid, motivasi saya hanya bagaimana murid bisa disiplin dan tidak melanggar peraturan dan mengabaikan motivasi intrinsiknya.

I. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Hal penting lainnya yang perlu dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah kolaborasi antar semua warga sekolah, termasuk juga orangtua murid. Dengan adanya kolaborasi yang kuat maka budaya positif dapat terwujud dengan baik. Selain itu juga perlu adanya konsistensi dalam penerapan budaya positif tersebut.

Link PPT materi Rancangan Aksi Nyata

https://drive.google.com/file/d/1KptJVQa94rDYqhWIFo8TpiR4tPDfaQw9/view?usp=sharing

Rancangan Tindakan Aksi Nyata
a. Latar Belakang

Sekolah adalah tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan harus berusaha untuk menciptakan kondisi yang mampu membuat setiap warganya, baik itu pendidik maupun peserta didik dapat melakukan pembiasaan budaya positif di sekolah. Suatu kebiasaan positif yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan secara sadar akan mengakar kuat dalam kepribadian siswa sehingga profil karakter pelajar pancasila akan tertanam pada kepribadian siswa sesuai dengan visi sekolah.
Untuk itu lingkungan belajar dalam kelas yang kondusif, bersih, rapi , aman dan nyaman adalah salah satu hal yang sangat penting agar terwujudnya visi sekolah dan kegiatan pembelajaran yang efektif, menyenangkan yang berpusat pada peserta didik sehingga minat belajar siswa akan meningkat , hasil belajar siswa akan maksimal dan tentunya visi sekolah akan tercapai.
Karakter anak-anak kita saat ini baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar benar-benar jauh dari nilai-nilai kebajikan yang diharapkan, padahal sekolah sudah menerapkan budaya positif namun belum maksimal dan masih perlu dibenahi karena tidak sesuai dengan kebutuhan murid pada umumnya. Pada abad 21 ini pengaruh budaya luar dan lingkungan sangat berpengaruh merusak karakter generasi masa depan anak-anak kita.
Oleh karena itu, guru memiliki peranan penting dalam merancang sebuah strategi yang efektif dan berpihak pada murid untuk menentukan arah dan tujuan pendidikan agar murid tidak salah arah. Menurut saya, penerapan disiplin positif merupakan unsur utama dalam pencapaian tujuan pendidikan merdeka belajar karena penerapan disiplin positif dapat mendorong tumbuhnya karakter yang lebih kuat pada murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

b. Tujuan
1.Menumbuhkan budaya positif di sekolah dengan keyakinan kelas.
2.Mewujudkan suasana belajar di kelas yang kondusif, bersih, rapi, aman dan nyaman untuk kegiatan proses belajar mengajar.
3.Mendidik murid untuk menjadi pribadi yang memiliki karakter nilai-nilai profil pelajar pancasila dalam kegiatan pembelajaran.
4.Menyebarluaskan dan menumbuhkan penerapan budaya positif di sekolah.

c. Tolak Ukur kegiatan aksi nyata
1.Peserta didik mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif, bersih, rapi, aman dan nyaman.
2.Peserta didik mampu membuat keyakinan kelas untuk dipasang di dinding kelas dan ditaati.
3.Peserta didik dapat menerapkan dan terlibat aktif dalam kegiatan di sekolah dengan mengamalkan nilai-nilai profil pelajar pancasila.
4.Guru yang ada disekolah dapat saling mendukung dan berkolaborasi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah.

d. Linimasa Tindakan
1.Berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang pentingnya penanaman budaya positif di sekolah serta meminta izin untuk melakukan diseminasi pada rekan sejawat.
2.Membuat keyakinan kelas bersama warga kelas.
3.Melakukan kegiatan diseminasi pada teman sejawat.
4.Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat membuat keyakinan-keyakinan kelas melalui kesepakatan di kelasnya masing-masing.
5.Memantau, merefleksi, dan mengevaluasi kesepakatan kelas yang telah dibuat.

e. Deskripsi Aksi Nyata
Kegiatan aksi nyata diawali dengan membuat keyakinan kelas bersama murid khusus murid kelas 5 yang saya ampu. Kegiatan ini diikuti oleh murid dengan sangat antusias dalam menuliskan dan menyakini nilai-nilai kebajikan untuk menciptakan disiplin positif terutama di kelas 5. Kegiatan selanjutnya yaitu diseminasi Budaya Positif yang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 Juli 2023 di SDN Lanto Dg Pasewang Makassar.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh kepala sekolah dan rekan guru, kegiatan diseminasi budaya positif ini yaitu menginformasikan pemahaman tentang materi modul 1.4 budaya positif yang konsep utamanya tentang perubahan paradigma belajar, disiplin positif, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Peserta diseminasi sangat antusias dalam menyimak pemaparan materi yang saya sampaikan.
Kegiatan aksi nyata selanjutnya, yaitu saya akan mengajakan warga sekolah khususnya guru kelas agar dapat menerapkan  dalam membuat kesepakatan atau keyakinan kelas di kelasnya masing-masing. Selain itu juga mengajak untuk  mempraktikan posisi kontrol guru sebagai manajer dan menerapkan segitiga restitusi jika ada muridnya yang menemui masalah demi mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah.

f. Hasil aksi nyata
Dari aksi nyata yang telah dilakukan, dapat dilihat hasilnya kepada seluruh warga disekolah mulai dapat memahami materi budaya positif dari perubahan paradigma pembelajaran, makna disiplin positif, Teori motivasi, hukuman, pengharaan, posisi control, kebutuhan dasar manusia, segitiga restitusi dan keyakinan kelas dan selanjutnya secara kolaborasi dapat melakukan pembiasaan-pembiasaan disiplin positif sehingga visi sekolah dapat terlaksana sehingga pembelajaran dapat berpihak pada murid dan menghasilkan karakter kebajikan sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan dengan kegiatan keyakinan kelas siswa sudah mulai terlihat memahami keyakinan yang telah disepakati. Siswa juga lebih menghargai guru dan teman sehingga kegiatan pembelajaran dalam kelas menjadi lebih kondusif, efektif dan menyenangkan.

g. Pembelajaran  yang Di dapat dari Aksi Nyata
Kegiatan aksi nyata modul 1.4 budaya positif ini, banyak pembelajaran yang saya dapatkan sebagai Calon Guru Penggerak yaitu salah satunya nilai kebersamaan. Karena kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan sendirian tanpa adanya dukungan dari pihak lain yaitu rekan sejawat. Dalam penerapan budaya positif di sekolah juga perlu adanya koloborasi dengan warga sekolah agar dapat tercipta budaya positif dengan baik.

h. Rencana Perbaikan dan Pengembangan di Masa Mendatang
1.Mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat secara berkala.
2.Menempatkan diri pada posisi kontrol manager secara konsisten dan berkelanjutan.
3.Menerapkan segitiga restitusi  pada masalah yang muncul.
4.Berkolaborasi dengan semua pihak terkait demi terciptanya budaya positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun