Pria kelahiran tegal, 4 mei 1973 ini menganggap bahwa prestasi adalah ketika beritanya dimuat dan di jadikan sebagai tolak ukur, sedangkan pengakuan perusahaan adalah hal yang berbeda “ kalo prestasi biasa biasa aja, waktu itu saya bekerjasebagai wartawan,editor , edaktur untuk perusahaan , artinya selama 14 tahun dengan semua kekurangan saya kemudian saya di angkat menjadi direktur yah menurut saya itu sebuah prestasi”.
Abdi yang kala itu baru saja pulang dari surabaya membagi tips untuk menjadi wartawan yang baik, wartawan adalah profesi yang intinya adalah menulis,jadi untuk menjadi wartawan yang baik kita disarankan untuk memperbanyak membaca, membaca pun lebih baik karya karya sastra seperti novel ataupun cerpen, hal ini bertujuan untuk menambah kosa kata dan penguasaan bahasa sehingga kalimat kalimat yang kita tulis memiliki seni dalam penyampaian ke publik , selain itu belajarpun perlu. Namun yang paling dipentingkan adalah kesenangan, ketika seseorang memiliki kesenangan dalam suatu hal, maka pengerjaanyapun akan dilakukan dari hati. Sulit memang, ditambah tidak semua orang memilikinya maka dari itu perlu adanya pemebelajaran dan pelatihan.
Bagi abdi semua profesi memiliki kendalan dan hambatan, untuk profesi wartawan itu sendiri kendalanya adalah ketika tidak ada berita yang memenuhi nilai berita, dan solusi terbaik menurut abdi adalah menciptakan isu yang kiranya menarik seperti membuat feature berita berita menarik sebelumnya, atau ke orang orang yang berprestasi yang diangkat profile tentang mereka, dan melokalisasi isu dengan narasumber narasumber yang berkompeten, contonya tentang melokalisassi isu BBM yang kita mencari tanggapan warga lokal Jogja.
Oleh karena itu, seorang wartawan butuh bebrapakarakter yang kuat, seperti seorang wartawan harus kreatif. Karena tidak setiap hari ada berita menarik, maka karakter kreatif mendorong berita berita berkualitas. Karakter lainnya adalah mendalami. Yaitu wartawan harus tahu semua hal dengan apa yang ditulisnya, sehingga tidak ada kesalahan dalam penulisannya, dan yang paling penting dan utama adalah independen, agar tidak menjadi wartawan yang bisa disuap. “ wartawan itu harus tidak mau di suap, karena saat wartawan bisa disuap, harga diri wartawan dan perusahaan menjadi rendah, dan seorah bisa dibeli” jelas abdi. Sedangkan cara utama untuk menciptakan karkteristik itu semua adalah dengan belajar dan berlatih, juga pengawasan dalam rapat rapat yang dilakukan oleh perusahaan yang dipimpinnya.
Wartawan yang juga ada di setiap negara memungkinkan adanya persaingan dalam profesi ini, mengacu pada perkembangan dewasa ini, indonesia 2 tahun lagi akan terggabung dalam isu perdagangan bebas dunia, meskipun hanya ruang lingkup asean, namun tetap saja banyak sektor yang akan dipengaruhi, tak terkecuali dalam sektor komunikasi, profesi profesi komunikasipun akan bersaing dengan negara negara asean. ” Untuk surat kabar sebenarnya tidak terlalu mengkhawatrikan, setiap negara mempunyai khalayaknya masing masing, sehingga peredaran setiap negara memiliki peredarannya masing masing “ tuturnya. Oleh karena itu Prospek pelaku komunikasi seperti wartawan dalam mengahadapi AFTA, akan sedikit berubah, sistem online akan lebih mendominasi ” sebenarnya di indonesia karena koneksi internet kita masih tergolong lambat, bisnis surat kabar online masih sedikit peminatnya, terutama masalah iklan, makanya menurut saya koran tetep menjadi primadona ke dua setelah Tv in di Indonesia 5 sampai 10 tahun ke depan.
wartawan ataupun jurnalis yang berkembang di masyarakat memang terkesan hanya yang ada di lapangan, namun sebenarnya semua jajaran yang bekerja di jajaran suatu perusahaan surat kabar adalah termasuk jurnalis, karena dalam pelaksanaaanyapun berita yang ditulis oleh wartawan ditanggungjawabi oleh seorang pemimpim redaksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H