Dalam percakapan para orangtua dan juga pengamatan sehari-hari terhadap sikap generasi muda jaman now  ada kegalauan besar menyaksikan mereka berinteraksi dan bersosialiasi. Â
Kata-kata kasar, kotor, tidak sopan, suka memberontak, dan liar nampak jelas dalam keseharian mereka. Â Bapak dan ibu guru disekolah juga berusaha keras mempelajari istilah dan ekspresi baru yang dilontarkan dikelas berupa ekspresi kasar dan tidak pantas ditengah budaya Indonesia yang santun. Â
Namun disisi lain banyak pula orangtua dan orang dewasa dilingkungan keluarga kurang peduli dengan sikap dan karakter anak yang semakin kebablasan. Mereka menganggapnya sebagai hal biasa saja tanpa ada feedback maupun komentar terhadap sikap yang jauh dari tata krama sebagai masyarakat beragama dan berbudaya.
Fenomena ini adalah antara lain akibat dari pengaruh negatif kemajuan teknologi komunikasi di jaman digital. Anak dan remaja sangat mudah terpapar dan mengakses berbagai jenis info dan materi apapun melalui media sosial dan kegiatan berselancar di internet. Banjir besar informasi ada disekitar kehidupan anak dan remaja. Â
Info baik yang akurat maupun menyesatkan (Hoax), materi dewasa, kekerasan, ketidaksopanan, penghujatan kepada sesama/pemerintah bahkan ke Tuhan Yang Maha Esa, kesadisan dslb. mereka dapat dengan cepat dan mudah serap melalui gadget digenggamannya.
Sudah banyak laporan korban anak dan remaja akibat pengaruh negatif kegiatan mereka dimedsos dan berselancar ria di internet baik dirumah maupun dilokasi lain. Korban cyberbullying, pelecehan seksual, korban kekerasan, pelaku kekerasan, penipuan dan manipulasi, dan juga adiksi gadget. (https://media.neliti.com/)
Peningkatan kapasitas pengasuhan orangtua dan orang dewasa dilingkungan keluarganya dalam konteks jaman now amat urgent dan penting. Namun permasalahan yang lebih mendasar lagi adalah kesadaran para orangtua  atau dewasa sangat perlu ditingkatkan yaitu memahami pengaruh hebat dunia digital. Selain manfaatnya yang besar adapula risiko tinggi yang dapat merusak karakter anak dan remaja. Jangan sampai ada 'orangtua' baru yaitu game atau youtuber yang mempesona, merayu, dan menganjurkan anak berperilaku tak sesuai dengan harapan orangtua sejati.Â
Pendekatan dengan disiplin negatif yaitu memarahi anak, memukul, menakuti, mengelabuinya akan menimbulkan permasalahan besar bagi perkembangan dan pertumbuhan anak dalam jangka panjang. Â
Cara-cara pengasuhan tradisional atau turun temurun tidak akan menyelesaikan masalah tetapi sebaliknya akan menimbulkan risiko kesehatan fisik dan mental anak. (www.alodokter.com) Pengasuhan dengan disiplin positif melalui dialog, dukungan konstruktif, dan rasional akan jauh lebih efektif.Â
Secara makro pihak Pemerintah sudah membangun Kebijakan Perlindungan Anak dan juga menyediakan fasilitas untuk mengurangi risiko anak terhadap unsur kekerasan melalui sistem sensor terhadap informasi sesat (Hoax), materi dewasa, kekerasan, dan materi  lainnya yang tak layak dikonsumsi anak. Â