Salah satu pejuang keluarga adalah tukang bubur ayam atau pedagang bubur ayam di jalan. Â Setelah liburan panjang lebaran kini mereka mulai kembali melakukan kegiatan dagangnya. Â Seperti pada foto diatas antrian pelanggan bubur ayam sudah mulai ramai kembali. Â
Konsumen bubur ayam di kota Jakarta cukup besar di pagi hari. Â Dari pengamatan di 5 lokasi pedagang bubur ayam di kota metropolitan ini nampak antrian pembeli jenis sarapan pagi ini. Â Mulai dari pekerja kantor, ibu rumah tangga, tukang ojek, para lansia dan juga anak sekolah seringkali kehabisan mendapatkan makanan hangat ini.
Setiap jam 6.00 pagi gerobak bubur ini sudah didorong ke lokasi tetap yang biasa di lalui oleh pelanggannya. Rata-rata jam 9-10 pagi dagangannya sudah ludes. Â Pendapatan kotornya per hari berkisar satu juta rupiah (100 x Rp. 10.000). Â Kadangkala penulis tergiur juga dengan pendapatan Tukang Bubur Ayam Gerobakan.Â
Dari kelima Tukang Bubur serupa mereka juga mendapatkan penghasilan yang kurang lebih sama tetapi sebagian jauh lebih banyak. Merekapun juga hanya memerlukan waktu 4-5 jam untuk menjual habis dagangannya.
Libur panjang lebaran adalah juga kesempatan mereka menikmati jerih payah mereka bersama keluarga. Â Perjuangan mereka untuk menghidupi keluarga dan khususnya pendidikan anak patut diacungkan jempol. Â Mereka adalah pejuang tangguh yang tidak mudah menyerah pada penderitaan kehidupan.Â
Hampir semua pengalaman Tukang Bubur Ayam adalah sebuah proses panjang. Â Penghasilan kotor yang mereka dapatkan saat ini (1 juta per hari) adalah hasil sebuah perjalanan terjal menuju pedagang bubur ayam yang menetap.
Perjalanan hidup berlanjut terus tetapi mereka sekarang merasa sedang memasuki jalan Tol karena mulai menikmati kenyamanan dari hasil penjualannya. Â Perjuangan menghidupi keluarga tidak pernah selesai apalagi dengan pendidikan anak dan juga masa depan mereka. Â Selamat Berjuang.