Cara Batak Mewariskan Cinta Keluarga Ditengah Gelombang Modernisasi

Mereka selalu mengulang-ulang cerita sejarah nenek moyang keluarga kepada anggota keluarganya. Cerita tentang kehormatan dan kemuliaan nenek moyangnya  yang berasal dari keturunan raja-raja wilayah, kampung atau kelompok masyarakat terus menerus diperdengarkannya. Hal ini juga menumbuhkan kebangggaan pada keluarga. Ada kalanya muncul rasa percaya diri berlebihan dan cenderung 'agak angkuh' akibat dari penyampaian pesan yang tidak proporsional di keluarga tertentu. Sesungguhnya istilah keturunan raja disini tidaklah berkaitan dengan kaum berdarah biru atau ningrat seperti Kerajaan Inggris atau Thailand.    

Dokpri - isteri para kerabat juga berperan dalam peristiwa adat.

Orangtua Batak 'wajib' memberitahukan posisi atau kedudukan runut anak lelakinya. Hal ini terus berlanjut dari generasi ke generasi. Selain itu, sebagian besar keluarga juga menyimpan dokumen atau bagan silsilah keluarga mulai dari nenek moyang pertama marganya. Bahkan ada pula yang memajangnya pada bingkai hiasan di ruangan keluarga.   

Ambil saja contoh silsilah keluarga Situmeang.  Nenek moyang Situmeang (Jamita Mangaraja Situmeang) memiliki 4 anak. Berdasarkan urutan dari anak tertua hingga termuda sbb: Op. Raja Lalo, Op. Binanga Julu, Op. Raja Naunang, Op. Juara Tua).  Masing-masing mereka juga mempunyai keturunan.  Lalu berlanjut kepada keturunan berikutnya dan seterusnya. 

Dibawah adalah silsilah dari salah seorang keluarga Situmeang yang merunut hingga generasi ke 15. 

Jeremy Mataniari Situmeang Family Tree

Rasa sayang dan kecintaan kebersamaan pada keluarga dan persaudaraan juga dipupuk melalui ribuan lagu-lagu Batak yang berlirik penghormatan spesifik kepada ibu, bapa, anak-anak, leluarga, kerabat, dan juga kampung halaman.  Dalam setiap peristiwa adat, lagu-lagu ini disenandungkan oleh penyanyi dan musisi profesional serta dinyanyikan secara bersama-sama.  

Tradisi kecintaan pada keluarga dan persaudaraan antar keluarga ini tak lapuk oleh hujan modernisasi.