Moralitas manusiapun tidak dijamin akan lebih baik sekalipun dalam lingkungan agamis.Â
Pada tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa kejahatan manusia tidak semakin berkurang.Bagaimana mengatasinya
Setiap agama menganjurkan dan mengajarkan umatnya agar memiliki moral yang baik. Minimal membawa sejahtera dan kedamaian bagi lingkungan terkecilnya mulai dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Menjadi individu atau warga dan keluarga yang membawa manfaat bagi dunia. Dan masing-masing agama meyakini bahwa pendidikan dan ajarannya dapat merubah karakter manusia. Ia dapat membentuk manusia berhati mulia dan bersih dari segala kejahatan.Â
Demikian pula institusi pemerintah dan lembaga lainnya membangun sistem dan pendidikan yang dapat menumbuhkan karakter baik bagi kehidupan yang damai dan sejahtera. Namun demikian ironisnya ada sejumlah penjara bertambah dan juga pusat rehabilitasi tidak pernah semakin berkurang. Tingkat kejahatan semakin tinggi dan canggih.
Disiplin moral, sistem pendidikan karakter, peraturan keras dan ketat agar berperilaku baik tidak dapat mensterilkan manusia dari benih perbuatan jahat. Ia berdimensi supra natural atau melampaui wilayah manusiawi seseorang. Hanya agama atau keyakinan pada kuasa ilahi yang dapat menyediakan jalan keluar dan cara mengatasinya.
Persoalan hati yang kotor dan jahat tidak dapat diatasi oleh kekuatan manusia dan ilmu pengetahuan. Tidak ada keahlian orang mendiagnosa kerusakan hati atau moral secara akurat serta memberikan terapi dan obat yang tepat menyembuhkannya. Institusi didunia dan lembaga kemasyarakatan hanya mampu memberi petunjuk dan efek jera kepada pelaku kejahatan atau imoralitas. Mereka terbatas dan hanya dapat melihat indikasi perbaikan moral yang kasat mata tetapi tidak dapat menjangkau kedalaman hati atau motif manusia.
Membersihkan diri dari hati yang tidak tulus, penuh kemunafikan, dan jahat adalah karya yang bersifat rohani walaupun dalam keagamaan prosesnya bisa berwujud ritual yang kasat mata. Dan masing-masing agama memiliki petunjuk penerapannya. Hal ini biasa disebut sebagai pertobatan yaitu berbalik dari perbuatan jahat. Sebuah transformasi diri dari nilai-nilai bejat ke nilai mulia. Proses perjalanan hidup baru dengan sebuah orientasi suci, tulus, dan benar yang terus bertumbuh mempengaruhi lingkungannya dan berdampak luas bagi kedamaian dunia. Perubahan karakter tersebut berkelanjutan hingga akhir hayat hidupnya.Â
Pendidikan karakter yang tidak mengantarkan manusia pada tahap perubahan yang berkesinambungan adalah proses yang tidak tuntas. Selain itu titik awalnya dimulai dari kehidupan keluarga. Disanalah pusat sekolah karakter berproses sejak seorang anak terlahir dalam lingkungan terdekatnya. Inilah tantangan jaman bagi keluarga yaitu membangun karakter baik bagi generasi berikutnya karena begitu miskinnya contoh dan keteladanan dalam lingkungan mereka di masyarakat.
Namun berita baiknya keluarga masih berpotensi besar melahirkan generasi berkarakter baik bila kesadaran serta komitmen mereka tetap kuat ditengah arus deras demoralitas jaman ini.
Jadilah penganjur serta pelaku kebaikan dan kedamaian dimanapun kita berada untuk memperkuat lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan karakter generasi muda bangsa kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H