Tidak ada Matahari diperuntukkan bagi orang atau kelompok tertentu. Ia hadir dan bermanfaat bagi orang jahat dan orang baik. Semua manusia menikmati sinarnya demi kesehatan mereka. Â Â
Tidak ada kelompok istimewa yang diperlakukan Matahari. Â Tuhan menciptakannya untuk kebaikan semua orang. Â Bangsa atau masyarakat yang anti Tuhan bahkan benci Tuhanpun tetap menerima sinar Matahari dan tidak ada pengurangan sinarnya kepada mereka. Â
Apa saja yang berguna bagi manusia tersedia dibumi ciptaanNya. Â Tak ada pembedaan fasilitas hidup kepada manusia. Entah mereka berbuat jahat maupun baik. Semua menikmati ciptaanNya. Â Semua diciptakan dan disediakan demi kebaikan manusia.Â
Kebaikan diberikan atas dasar cinta Sang Pencipta. Suatu cinta yang amat berbeda dari cinta manusia ciptaanNya yang terbatas dan fana. Cinta Pencipta tak terbatas dan tanpa syarat.Â
Dia memberi bukan karena menerima perbuatan baik manusia. Â Dia tetap memberi meskipun manusia jahat dan tidak mengakuiNya. Matahari tetap bersinar. Bulan Bintang bercahaya. Pohon berbuah dan bunga bermekaran.
Namun manusia tetap berbuat jahat. Mereka tidak mampu berbuat baik. Setiap keinginan baik muncul justru yang jahat diperbuatnya. Bukan kejahatan yang nampak saja tetapi juga yang lebih spiritual. Penampilan malaikat berhati ular.
Walau ajaran agama hadir menuntun moralitas manusia. Tetapi hati manusia tetap keras membatu. Kebaikan muncul sebatas permukaan tanpa ketulusan hati. Hanya perilaku normatif manusiawi. Perilaku baik sekedar membalas kebaikan (balas budi). Kebaikan yang pamrih. Â Kebaikan yang tidak murni. Kebaikan yang segera hilang jika disenggol ketidakbaikan.Â
Moralitas hadir tetapi bertumbuh legalistik. Perilaku baik akibat aturan dan disiplin ketat. Bukan buah dari sebuah kecintaan pada Pencipta. Tetapi hasil dari sebuah ketakutan. Bak anak kecil yang tunduk dan taat oleh sanksi keras keluarga. Ketaatan kekanak-kanakan yaitu taat karena takut ancaman hukuman dan api neraka. Â Mengubah gambaran Pencipta yang baik tanpa syarat menjadi Pencipta yang angker penuh kengerian dan sangat menuntut manusia.Â
Juga perilaku baik yang ada maunya. Pamrih mendapat reward Seolah kebaikan Tuhan bagai sebuah transaksi. Berbuat baik untuk mendapat untung. Ketulusan tergerus karena semua dilakukan dalam kerangka take and give. Tak melihat bahwa perbuatan baik adalah sebuah ungkapan rasa syukur.  Dan itu bukanlah prestasi spiritualnya. Melainkan buah dari kecintaan padaNya.