Lalu matanya terhenti pada sebuah pohon asam yang rindang di pinggir jalan, dia memutuskan untuk berhenti, Â lalu duduk sebentar, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Seandainya kaki ini bukan ciptaan Tuhan, mungkin sudah copot dari tadi siang," ia sambil memijat-mijat kakinya yang mulai kecapekan.
Cerita di atas adalah sebuah reprentasi dari sekian banyak cerita, bagaimana seseorang yang tersesat karena tidak punya tujuan, bingung hendak kemana, sekali ada, tidak bisa dijadikan sebagai tujuan utama, karena yang tujuan sebenarnya bukanlah itu.
Protasius mengatakan dalam buku itu bahwa seseorang harus menentukan tujuan terlebih dahulu sebelum menemukan jati diri, karena tujuan dapat menentukan langkah selanjutnya.
Dari perjalanan tujuan itu, seseorang akan banyak berjumpa dengan hal-hal yang mungkin saja baru, atau memang pengalaman yang berulang dalam bentuk dan waktu yang berbeda.
Pengalaman tersebut bisa berupa belajar hal-hal yang baru, seperti halnya bagaimana kita mulai membentuk kebiasaan kita setiap hari untuk mencapai tujuan yang kita miliki.
Bagaimana cara kita menyusun rencana-rencana skala prioritas dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana kita bersabar untuk konsisten pada apa yang sudah kita mulai, dan masih banyak hal lain yang mungkin akan kita lalui.
Berbicara jati diri, maka  Protasius mengatakan adalah berbicara masa 'sekarang' bukan masa lampau, apalagi masa depan, karena pada dasarnya, jati diri itu adalah hasil bentukan melalui pengalaman diri kita, lingkungan kita, orang-orang sekitar kita, dan pada intinya adalah pengalaman panca indra kita sendiri.
Maka dari itu, sebaiknya kita memanfaatkan hari sekarang dengan sebaik-baiknya, karena hal tersebut yang menentukan kita di masa depan.
Wishingful Thingking (angan-angan) hanyalah bagian yang bisa mengganggu pikiran kita, dan akhirnya berdampak pada mental, dan tubuh kita.
Khayalan yang terlalu khawatir akan masa depan, membuat kita terkadang enggan untuk berjuang, menyesal dengan setiap kegagalan, takut mengecewakan, dan lain sebagainya.
Masa lalu kelam yang selalu disesalkan tidak akan membawa diri seseorang berbahagia saat ini, karena hal tersebut akan menjadi momok baginya. Jadi, maksimalkan hari ini karena akan menentukan diri kita esok hari.