Mohon tunggu...
Abid Muaffan
Abid Muaffan Mohon Tunggu... -

Menulis apa yang terlintas di atas pikiran

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sehari Bersama Dahlan Iskan

22 Mei 2014   03:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 3073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Dahlan Iskan/kompasiana (Estu Suryowati)"][/caption] Alhamdulillah betapa indahnya hari ini :) Setelah bertamu untuk kedua kalinya ke kediaman Prof. Imam Suprayogo kupacu motor tuk kembali ke kampus dan menyiapkan diri dan bergabung dalam Seminar Indonesia Fisher Summit 2014 yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan bersama Dr. Suherman, Direktur Utama Perusahaan Perikanan Indonesia (PERINDO) dan Menteri BUMN Dahlan Iskan di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya. Karena diriku khawatir terlambat karena jam telah menujukkan pukul 08.00, maka segera kukayuh sepeda pancal yang mulai berkarat ini menuju kampus terbaik ke-6 menurut survei Webometric ini dan segera mencari lokasi. Sesampai disana berjumpa dengan Yadwilgas Lawalape, mahasiswa UNISMA dari NTT yang juga datang dengan naik angkot dari Dinoyo kemudian kami  jalan bareng menuju Gedung Widyaloka.

1400677641903050688
1400677641903050688
Sesampai disana alhamdulillah kami bertemu dengan mas Doni Rochmadika, Zony PSetya Surplus Agus Zaenal Arifin dan sobat Dahlanis Malang laennya. Hati bersyukur karena tak sampai ketinggalan, karena di saat yang sama pesawat yang ditumpangi Abah (Dahlan Iskan-Red) mengalami delay dikarenakan terdapat permasalahan di mesin pesawat di kawasan Semarang dan akhirnya harus balik lagi Ke Jakarta. Dengan segera beliau mencari penerbangan lain menuju Bandara Abdurrahman Saleh, Pakis Kabupaten Malang yang disana telah menunggu semenjak pagi Pak Indra Pimred Malang Post, Mbak Yuni Widyawati Rasyad, Pak Achmad Sodiq dan akhirnya rombongan Abah tiba juga di pelataran Widyaloka sekitar pukul 10.30 Dalam seminar yang bertajuk "Optimalisasi Sektor Perikanan Budidiaya dalam mengukuhkan ketahanan pangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi" yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya ini, beliau sangat mengapresiasi panitia yang sedimikan gighnya mengundang beliau dengan beragama cara baik surat, telepon, bahkan sampai sms seperti minum obat 3 kali sehari dan penggalangan 1500 tanda tangan yang akhirnya meluluhkan hati Abah tuk kembali berkunjung ke Malang kembali setelah sepekan lalu menghadiri Majlis Maulid Wat Ta'lim RIYADLUL JANNAH dalam rangka selamatan Giling Pabrik Gula Krebet, Bululawang Kota Malang dan Senam Pagi di Lapangan Rampal Kota Malang. Dalam kesempatan ini beliau memaparkan tentang BUMN Perikanan negeri ini yang dulu jika meminjam istilah pesantren "la yahyaa wala yamut" seperti PERINDO dan PT Pelabuhan Perikanan, dan akhirnya bisa kembali bangkit dengan membenahi sistem manajemen perusahan bukan dengan gerojokan modal. Seminar ini berjalan begitu menarik karena lebih banyak bergelut di sesi dialog interaktif. Banyak guyonan ilmiah Abah munculkan yang membuat peserta semakin bersemangat mengikuti seminar ini hingga usai. Bahkan salah satu dari peserta mendapat uang tunai 500 ribu ketika berhasil mengutarakan gagasan cemerlang dalam mengatasi problem perikanan di nusantara ini. Dilanjutkan dengan jalan kaki menuju Gedung Fakultas Teknologi Hasil Pertanian (FTP) melihat pameran kewirausahaan. Disini banyak hal cukup menarik karena banyak penemuan dan inovasi mahasiswa UB dalam berbagai bidang. Selanjutnya rehat sejenak dengan menikmati makan siang di lantai 8 gedung ini. Meski hanya sebagai pengiring, tetapi kami dilayani bak orang penting dengan menikmati sajian prasmanan. Kemudian seminar kembali dilanjutkan di Lantai 2 gedung yang sama dengan tema SGM "Scientific Great Moment" yang diselenggarakan oleh FTP. Acara ini sekaligus penggabungan dengan seminar Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) yang harus dijadikan satu dikarenakan waktu Abah yang cukup mepet. Meski begitu antusiasme peserta begitu bersemangat dan Abah sendiri begitu lugas mengkolaborasikan antara 2 seminar ini. Pria yang lupa tanggal lahirnya ini mengungkapkan tentang permasalahan kedelai di negeri ini yang begitu kompleks. Seminar ini tak bikin ngantuk karena banyaknya porsi diskusi sampai ada peserta menangis terharu ketika menceritakan impian besarnya dalam mengembangakan pertanian di kampung halamannya. Selian itu  juga ada yang girang ketika Abah memberinya uang 1 juta tunai ketika dia bisa menjawab pertanyaan tentang akan menghasilkan berapa juta kedelai yang ditanam per-hektarnya. Pukul 14.00, Acara ditutup dan beliau harus segera meninggalkan kampus ini karena diburu jadwal kereta Api yang akan membawa beliau ke Surabaya. Dengan iringan patwal kami bergerak menuju Stasiun Kota Baru. Sempat kikuk ketika harus bersama dalam rombongan beliau menumpang Mitsubishi Pajero karena baru pengalaman perdana. hehe.. Sesampai di stasiun, KA Bima Malang-Jakarta telah menanti kami. Dalam perjalanan menuju kereta banyak menyapa sambil sesekali bersamalan dengan mereka,  juga petugas loket kereta api yang sedang bertugas. Tak ada kesan egaliter dalam diri beliau meski telah menjadi menteri yang mengurus ratusan perusahaan besar di tanah air. Setelah masuk di kereta pun masih banyak masyarakat yang ingin berfoto dengan Abah yang dengan senang hati beliau layani. Sejenak kemudian kereta berangkat menuju Surabaya dan disaat itu Kami dari Dahlanis Malang berdiskusi dengan beliau seputar Konvensi Partai Demokrat yang menetapkan beliau sebagai pemenangnya. kami merasa Abah telah terdzolimi, meski sebagai pemenang tapi tak dicalonkan tetapi tak dicapreskan. Sungguh ironis melihat elektabilitasnya yang begitu baik dan memenangi mutlak Konvensi yang berlangsung selama 8 bulan ini. Keikhlasan beliau jika ditilik dalam dunia tasawwuf begitu tinggi dan menyerahkan sepenuhnya atas keputusan pahit ini kepada illahi. Beliau juga tak marah ataupaun menyesal karena baginya bagaimana hidup ini bisa bermanfaat bagi orang lain, sebagaimana motivasinya "Kaya Bermanfaat Miskin Bermartabat". Mendengar penuturan tak kuasa kami membendungkan air mata dan begitu haru ketika mengecup tangan dengan merangkul pundaknya. Ketika kereta berhenti sampai di Stasiun Porong, Pak Warijan Satria Hadi bermaksud untuk pamit untuk turun dan pulang menuju kediamannya di Mojokerto yang cukup dekat jika ditempuh darisana. Tak dinyana beliau menolak izinnya dan mengajak tuk mengiringi sampai di rumahnya di Surabaya. Akhirnya kita semua mau tak mau harus manut tuk bersama bertamu ke kediaman Chairman Jawa Pos ini. Sesampai di Gubeng, kami turun dan segera menuju halaman parkir. Selama perjalanan itu beliau tak segan menyapa bersalaman bahkan berfoto ria bersama penumpang lain. Dan mobil Hyundai tipe MPV sudah menanti kami di halaman luar stasiun. Tapi masalah muncul ketika yang tersedia hanya 1 mobil saja, sedangkan rombongan berjumlah 10-an. Akhirnya Abah mengajak 3 orang dari kami (saya, Ilham Sang Juara dan sesorang yang belum kukenal) untuk duduk di bangku belakang. Surpise banget... !!! Tak terbayang bisa satu mobil dengan seorang berkaliber menteri. Sedangkan teman-teman lain harus rela menyewa taksi. Maaf ya ... ! :) Di mobil mewah ini aku duduk pas dibelakang Abah. Dalam perjalanan hampir sejam ini kami ngobrol panjang lebar tentang hasil konvensi. Sosok yang pernah menjalani transplantasi hati pada tahun 2007 di Tianjin, Tiongkok ini begitu ikhlas menerima kenyataan ini. Beliau bahkan bersyukur karena dengan konvensi beliau semakin dikenal dan bisa mempertemukan kita seperti saat ini. Menurutnya saat ini kita terjebak pada budaya plotik transaksional dimana siapa yang berduit itulah yang berkuasa. Disela diskusi yang penuh kekeluargaan ini kuselipin juga dengan aktivitas beliau sebagai ketua Umum SYEKHER MANIA CLUB, komunitas jama'ah Habib Abdul Qodir yang lebih dikenal dengan Habib Syekh ini. Beliau juga bercerita tentang pengalaman mengikuti majleis Ta'lim Riyadlul Jannah sepekan silam yang alhamdulilllah juga kuikuti. Beliau berpesan bahwa kita perlu untuk mengikuti majelis semacam ini sebagai refleksi batin. Selain itu kujuga sempat menyinggung seputar Pesantren Sabilil Muttaqin yang beliau bina yang cukup berkembang pesat dan sekolah internasional Kota Magetan dan Kediri. Tepat adzan maghrib berkumandang sampailah kami di kediaman beliau di perumahan Sakura Regency, Ketintang, Kota Surabaya dan kemudian masuk rumah beliau yang tidak begitu besar dibandingkan rumah elite lain di sekitarnya. Disana sudah menanti Pak Baharmi, mas Muafi Terima Kasih dan teman Dahlanis Surabaya. Sempat juga melihat foto kenangan dan berbagai penghargaan yang beliau raih selama ini. Kedatangan beliau langsung disambut cucu-cucunya yang lucu yang juga anak dari putri semata wayang beliau Isna Fitriana Dinata. Selepas sholat maghrib berjamaah di serambi belakang kami menyantap sajian makan sore yang telah dipersiapkan oleh Mamak (Nafsiah Dahlan-Red). Sungguh suasana hangat akan kekeluargaan yang begitu menggoda lidah di keheningan sore menjelang malam di tengah gemericik ikan koi di kolam. Sungguh tak salah bahwa Abah sampai rela mem-bontot masakan ke kantor kementrian BUMN di Jakarta. Pukul 18.30 kami harus segera undur diri karena harus segera kembali ke stasiun karena menurut tiket yang kami pegang kereta akan datang pukul 19.00. Diakhiri dengan bersalaman dengan kawan-kawan khususnya Abah dan Mamak. Kami berjalan tuk mencari taksi yang mengantarkan menuju Stasiun Wonokromo. Meski di stasiun harus terlantar hampir 3 jam, tetapi pengalaman ini sungguh takkan terlupakan. Meski cita-cita kami mengusung abah sebagai presiden harus terhempas. Tapi persaudaraan akan terus terjalin dalam kebersamaan membangun negeri bersama Dahlan Iskan yang kami cintai. Dan pukul 23.45 kami akhirnya kami tiba di Stasiun Malang Kota Baru. Salam Dahlanis ! MasTar, 20/05/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun