Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

Kodak Mati Karena Tidak Adaptif?

11 Maret 2014   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fauzi Rachmanto di Workshop TDA Depok

Kenapa perusahaan raksasa dan sudah berumur lebih dari 100 tahun seperti Kodak bisa bangkrut dan tutup? Begitu pertanyaan Pak Fauzi Rachmanto, Presiden Komunitas TDA (Tangan Di Atas), dalam event Workshop KMB (Kelompok Mentoring Bisnis) TDA Depok. Siapa bilang mereka tidak adaptif terhadap perubahan? Lisensi kamera digital mereka yang pegang. Dan infonya, saat terakhir mereka masih punya budget R&D lebih besar dibanding Sony. Lalu kenapa? Menurut Pak Fauzi, Kodak mengetahui dan adaptif dengan perubahan yang terjadi tapi sangat lambat dalam berubah dan mengantisipasi perubahan tersebut. Ini dikarenakan struktur perusahaannya yang seperti gerbong kereta lawas, yang penggeraknya hanya berada di bagian depan, pada lokomotif. Beda dengan kereta modern, yang penggeraknya berada di semua gerbong. Sehingga bisa berlari sangat kencang di atas 300 km/jam seperti Shinkansen di Jepang. Bagaimana bisa punya organisasi yang berpenggerak di tiap lininya? Tentu ini jadi pertanyaan setiap kita yang punya usaha sendiri. [caption id="attachment_1212" align="aligncenter" width="470" caption="Fauzi Rachmanto di Workshop TDA Depok"] [/caption] Satu hal penting yang dilontarkan Pak Fauzi adalah value atau nilai, hal yang sering dilupakan oleh seorang pengusaha dalam membangun bisnis. Juga dalam hal merekrut karyawan. Kadang kita hanya berpatokan apakah calon karyawan kita mampu atau bisa melakukan suatu pekerjaan. Hanya berpatokan pada kompetensinya. Faktor value inilah yang membuat banyak karyawan yang kompeten dan cocok dengan bidang kerjanya, tidak betah di dalam satu perusahaan. Karena value-nya berbeda dengan value perusahaan. Begitu juga dengan partner bisnis, walaupun kompetensi mereka saling mendukung dan melengkapi, mereka bisa bubar jalan jika value yang dianut masing-masing berbeda. Padahal value ini jauh lebih penting dibanding kompetensi. Orang yang bekerja atau hidup dalam value-nya, akan kuat dan berpengaruh. Dan sebagai pemilik usaha UKM, sadar atau tidak, value yang kita anut akan menjadi value perusahaan kita. Dan sayangnya, atau untungnya ya, value ini tidak bisa direkayasa atau dibuat pencitraan. Dan value ini sudah berada dalam diri kita. Tidak berasal dari luar. Tinggal kita menggalinya ke dalam diri kita. Bagaimana cara menggali value dalam diri kita? Nah, itu yang kemarin Coach Fauzi lakukan kepada kami para peserta workshop. Jadi untuk Anda member TDA, tunggu saja jadwal Pak Pres di wilayah masing-masing ya… . Depok, 11 Maret 2014 . Muadzin F Jihad Founder Ranah Kopi Twitter @muadzin dan @ranahkopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun