Film ke-4 dari sequel Step Up ini alur ceritanya sih sederhana. Sekelompok anak muda penggila dance, mengikuti kontes dance di YouTube, yang pemenangnya ditentukan berdasar jumlah hit terbanyak. Dengan tari-tarian modern yang dikemas luar biasa entertaining, film ringan ini memang dibuat untuk menghibur. Koreografi tarian yang disuguhkan sungguh luarbiasa kreatif dan atraktif. Kalau saya yang disuruh nari, baru sebentar pasti langsung masuk rumah sakit, gara-gara keseleo dan patah tulang.. hehe. Unik dan otentik. Setiap The Mob, demikian mereka menamakan dirinya, akan memposting video baru ke kontes YouTube, mereka selalu melakukan brainstorming ide untuk melakukan sesuatu yang baru. Diantaranya dengan melakukan tarian di tempat umum, dengan tanpa diduga, dan tanpa ijin keramaian dari RT/RW :) Misal di tengah jalan raya, di dalam restoran mahal, di galeri lukisan, dan lain-lain. Ide yang unik akan selalu mengundang curiosity, keingintahuan orang. Selain itu mereka juga melakukan perencanaan yang matang. Dari segala segi, dari koreografi tariannya sendiri, juga musik, kostum, lighting, dan lain-lain. Dengan ide-ide yang unik dan otentik, perencanaan yang matang dan eksekusi yang akurat, The Mob akhirnya bisa mencapai hit terbanyak di kontes dance tersebut. Genuine dan sincere. Digambarkan di film ini bahwa lokasi tempat tinggal para anak muda ini akan digusur untuk pembangunan hotel dan pusat bisnis. The Mob sempat melakukan protes keras terhadap rencana pembangunan ini dengan mengacak-acak acara penandatanganan kerjasama developer dan walikota. Hingga berakibat fatal. Mereka didiskualifikasi dari kontes di Youtube. Tapi di akhir cerita, saat hari-H penggusuran akan dilakukan, The Mob kembali beraksi. Tapi kali ini mereka bukan melakukan protes, tapi hanya mencoba menyampaikan pesan. Pesan mereka sederhana, jika lokasi tersebut digusur, akan banyak hal berharga yang akan hilang. Budaya dan kehidupan yang sudah terbangun puluhan tahun turun-temurun akan lenyap. Karena sudah didiskualifikasi dari kontes dance Youtube, mereka menyampaikan pesan dalam tarian tersebut dengan perasaan nothing-to-lose dan passion yang tinggi. Hanya berdasar kecintaan pada tempat lahir dan tempat tinggal mereka. Pesan mereka tulus, dari hati terdalam. Tidak menyalahkan siapa-siapa. Tidak mengharapkan apa-apa. Tidak untuk mendapat banyak hit di Youtube. Bahkan tidak untuk menggagalkan rencana penggusuran itu sendiri. Tapi dampak yang terjadi malah luarbiasa. Tarian protes mereka menjadi berita dimana-mana. Creating news. Banyak pakar marketing komunikasi bilang bahwa creating news itu jauh lebih powerful, efektif serta efisien dibanding advertising. The Mob mendapat support dan dukungan dari banyak pihak. Hingga akhirnya pihak developer sepakat untuk membatalkan rencana pembangunan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H