Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

Become a Global Player

5 September 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:54 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu pesan utama yang disampaikan Mas Handry Satriago [Twitter @HandryGE] sebagai pembicara ketiga di Anniversary ke-2 @AkademiBerbagi Sabtu kemarin. Siapa Handry Satriago? Saya juga baru sekali ini mendengar dan bertemu beliau. Sama sekali bukan nama populer dibanding dua pembicara lain, Anies Baswedan dan Didi Petet. Tapi begitu beliau bicara, seluruh ruangan seperti terhipnotis oleh kata-katanya. Kharismatik, berwibawa dan semangat optimisme memancar dari dirinya. Jika kita hanya mendengar suaranya saja, misalnya dari radio, tentu kita tidak akan menyangka jika beliau berbicara sambil duduk di kursi roda! Ya beliau tidak bisa berjalan sejak umur 17 tahun karena kanker limfoma. Beliau adalah CEO GE (General Electric) Indonesia. Dan merupakan CEO pertama pribumi di GE Indonesia. [caption id="attachment_702" align="aligncenter" width="470" caption="Handry Satriago dan moderator Ndorokakung"] [/caption] Bagaimana caranya agar kita menjadi global player? Tidak berarti kita harus ke luar negeri. Tapi yang utama adalah kita punya global mindset. Apa pun profesi kita, karyawan, profesional, atau entrepreneur, jika kita punya global mindset, kita akan bisa berkompetisi dengan SDM luar. Kuncinya adalah terus belajar. Keep learning. Kembangkan wawasan, knowledge dan skill. Beliau anjurkan untuk banyak melakukan travelling. Karena travelling akan memperkaya kita. Secara berkelakar, Mas Handry katakan, tips untuk sukses saat ini adalah: bisa bahasa Inggris sebaik mungkin, punya paspor, dan belajar geografi. Tips lain adalah berani bilang “tidak”. Beliau pernah tanya kepada CEO GE Pusat waktu datang ke Jakarta, kenapa baru sekarang diangkat CEO orang pribumi. Jawabnya, “Indonesian people is hard to say NO”. Orang kita katanya tidak berani bilang “tidak”. Ya mungkin karena budaya sungkan dan tepo-seliro :) Satu lagi tips dari pria berusia 43 tahun ini untuk menjadi global player adalah, selalu straight to the point. Saat bicara, saat presentasi, dan lain-lain, tidak perlu muter-muter, bicara langsung ke intinya. Langsung ke why-what-how-nya. Untuk para entrepreneur, menjadi global player tidak berarti produk kita harus diekspor ke luar negeri. Yang lebih penting adalah kita, pengusahanya, harus menjadi global player tadi. Punya global mindset. Maka produk kita akan punya daya saing yang lebih. Salah satu kuncinya adalah dengan selalu berinovasi. Produk yang awalnya unik, akan segera punya follower bahkan plagiator. Jika kita tidak terus berinovasi, produk kita akan menjadi komoditi. If your product lost your uniqueness, your product is just become commodity. Sama seperti kita. If you lost your uniqueness, you are just become commodity. Strateginya adalah dengan mengedepankan kekayaan lokal yang kita miliki. Saat pasar dunia semakin mengglobal, saat itulah local-content semakin dituntut. Di situlah sejatinya uniqueness produk kita.

Tips terakhir dari CEO termuda dari seluruh GE global ini adalah, selalu tanyakan WHY dan WHY NOT. Kedua pertanyaan sakti ini akan membuat kita selalu terlatih untuk thinking out of the box. Beliau cerita, salah satu produk andalan GE adalah USG, alat pendeteksi janin. Produk mereka sudah menguasai banyak rumah sakit besar di Indonesia. Revenuenya sangat bagus. Sampai suatu saat ada satu engineer di tim mereka yang menanyakan, kenapa USG tidak dijual ke puskesmas dan bidan-bidan, karena potensinya amat sangat besar. Ide itu awalnya ditertawakan. Karena USG itu sangat mahal, ukurannya besar dan sangat berat. Nah itu tantangan kita, kata si engineer. Akhirnya sekarang GE berhasil men-develope produk USG seukuran handphone, ya handphone, yang menyasar para bidan dan puskesmas. Dan revenue dari sales USG ini jadi berlipat. Hanya karena dari satu orang yang bertanya WHY NOT. . Depok 3 September 2012 Muadzin F Jihad Owner + CEO Semerbak Coffee Twitter @muadzin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun