Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

Karakter. Dari Awal Hingga Akhir.

26 Januari 2012   00:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:27 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ditambah praktek langsung di bisnis MLM tersebut, seperti prospecting, presentasi, jualan, menjadi leader dan lain-lain, Saya yang tadinya seorang yang pemalu dan introvert, mulai berkembang karakter kepribadiannya.

Sekitar 8 tahun Kami menjalankan bisnis MLM ini. Karena kepindahan ke Depok, dan beberapa hal, saya terpaksa tidak aktif lagi di bisnis tersebut.

Salah satu yang sangat berharga juga yang saya pelajari di bisnis MLM adalah kita harus punya dream. Impian-impian yang kita inginkan dalam hidup kita. Menuliskannya dalam sebuah dream list dan memvisualisasikannya di dalam dream book. Jadi setiap pagi, kita akan bangun dengan semangat karena selalu ingat dengan impian-impian kita.

Nah, setelah berhenti dari bisnis tersebut, jadi seperti ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan saya. Yaitu perasaan semangat mengejar goal, impian dan masa depan. Sekitar dua tahun hidup saya seperti itu. Hampa. Tanpa impian. Tanpa goal. Saya hidup seperti zombie. Hidup raganya tapi sebenarnya mati hatinya.

Sampai suatu saat di Januari 2009, saya dan isteri berkesempatan pergi berlibur ke Bali selama empat hari. Kebetulan dapat promo tiket pesawat gratis :)

Saya pribadi sangat suka sekali dengan suasana di Bali. Setiap hari terasa seperti hari libur. Dimana-mana saya lihat orang-orang berpakaian kasual, bercelana pendek dan berkaos oblong. Santai dan ceria. Tidak ada orang-orang yang berpakaian resmi, berjalan terburu-buru sambil menelpon dengan wajah serius dan dahi berkerut. Di situ lah timbul suatu perasaan yang menggelitik hati saya. Sungguh nikmat jika setiap hari terasa hari libur seperti di Bali ini. Dan terlintas dalam hati untuk punya impian, satu saat nanti kami akan tinggal di Bali. Tiba-tiba hati saya jadi gundah. Gelisah. Sudah lama saya tidak merasakan perasaan seperti ini. Perasaan mempunyai impian.

Sepulang dari Bali saya dan isteri langsung buat janji bertemu dengan beberapa guru spiritual kami, untuk mengobati kegundahan hati kami. Secara terpisah, masing-masing guru kami punya satu saran yang sama yaitu agar kami melakukan istiqomah ibadah malam (shalat, wirid, doa, dan lain-lain) selama 40 hari berturut-turut. Pasti Allah akan memberikan jalan, kata mereka. Walau berat dan butuh kesabaran dan perjuangan, saya lakukan saran tersebut.

Belum ada 40 hari, di suatu Jumat pagi Februari 2009, entah bagaimana mata tertumbuk pada sepotong kecil iklan di Kompas, ‘Seminar Cara Gila Jadi Pengusaha oleh Purdi Chandra diselenggarakan Entrepreneur University’. Hati saya berbisik, “mungkin ini jawabanNya.”

Sabtu keesokan harinya saya dan istri, ikut seminar tersebut. Dilanjutkan dengan training 8 kali pertemuan seminggu sekali. Di sinilah kami pertama kali mengenal istilah ‘otak kanan’. EU atau Entrepreneur University ini adalah salah satu pelatihan bisnis yang ‘nganan’ banget.

Singkat cerita, baru empat minggu pelatihan EU, kami langsung action. Kami menyewa ruko, mengambil dua franchise besar, bidang laundry dan bidang kuliner bakso Malang, serta membuka salon.

Pasti anda pikir saya punya tabungan banyak sekali ya? Tidak. Saat itu kami tidak punya tabungan sepeserpun. Kami memulainya dengan uang orang lain, yaitu pinjaman bank. Buat saya ini sebuah lompatan besar. Seorang karyawan yang punya beberapa usaha, dengan pinjaman bank pula! Hehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun