Tadi pagi saat keluar rumah, dari radio di dalam mobil terlantun Mariah Carey dengan hits lawasnya “When You Believe” There can be miracles, when you believe Though hope is frail, it's hard to kill Who knows what miracles you can achieve When you believe, somehow you will You will when you believe . Anda percaya keajaiban? Saya percaya. Salah satu yang baru saja kejadian adalah keajaiban ekspor perdana Semerbak CoffeePremium Kopi Luwak ke Singapura dan Amerika Serikat. Memang tidak banyak secara kuantitas, tapi kenapa Saya bilang ajaib? Karena prosesnya yang aneh bin ajaib. Saya dan partner saya di Semerbak Coffee Iwan Agustian memang sedang mempersiapkan peluncuran produk kopi premium ini. Tapi target kami baru sekitar pertengahan Oktober akan di-launch. Ceritanya kemarin salah satu kawan di Komunitas TDA (Tangan Di Atas) mampir ke kantor kami. Dia butuh kopi luwak hari itu untuk dikirim ke negara-negara tersebut. Kami bilang belum ada barangnya. Kopi luwaknya belum ada. Supplier baru ketemu hari kemarin. Harga jual dan margin belum kami tentukan. Kemasan masih dalam tahap revisi desain. Mesin roasting baru akan datang dua minggu lagi. Pokoknya perhitungan kami paling cepat awal Oktober deh kami launching produk premium itu. Kawan kami ini menyayangkan sekali kami belum bisa memenuhi order ekspornya. Ya kami juga menyayangkan, walau kecil ini kan bisa jadi pembuka untuk order berikutnya. Penglaris kata orang :) Tapi dari ngobrol-ngobrol sebentar tentang ekspor kopinya, saya menangkap bahwa calon buyer kawan kami ini tidak mempermasalahkan bentuk kemasan. Yang penting adalah isinya sesuai dengan permintaan. Kalau kemasan tidak masalah, berarti tinggal kopi luwaknya, saya membatin. Insting saya langsung jalan. Saya punya prinsip, kesempatan yang sama tidak akan datang dua kali. Saya sudah membuktikannya berulang kali. Intinya, now or never. Setelah memastikan order itu bisa ditunda sehari, Saya langsung BBM supplier kopi luwak kami, bisa tidak dia kirim kopi sore itu juga sejumlah yang diminta beserta harganya. Dia minta waktu untuk menjawab, karena sedang menyetir mobil. Sembari menunggu jawaban, kami siapkan karyawan yang akan mengambil kopi ke tempat supplier tersebut. Karena berjarak cukup jauh dari kantor kami di Depok. Setengah jam kemudian supplier kami menjawab via BBM kesanggupannya untuk mengirim kopi sore itu beserta harganya. Langsung kami minta karyawan kami berangkat untuk ambil kopi luwak tersebut. Akhirnya jam 1 siang itu terjadilah deal order perdana kopi luwak kami. Sudah beres? Belum. Justru tantangan baru dimulai. Setelah nanti kopi luwak di tangan, tantangannya adalah mengemas kopi luwak tersebut dengan kemasan darurat. Karena jumlah gramatur dan teksturnya yang beda dengan takaran mesin Semerbak Coffee varian, maka pengemasan harus dilakukan secara manual. Belum lagi saya harus desain dan cetak kilat stiker untuk kemasan tersebut. Pokoknya sore itu seru banget. Adrenalin terpacu. Karena kalau order ini gagal kami penuhi, tentu akan mencoreng kapabilitas kami di mata kawan kami dan buyer-nya. Dan pasti order-order berikutnya tidak bisa kami dapatkan. Untungnya kami punya tim yang seirama dengan kami, yang ritmenya kadang loncat-loncat.. hehe. Thanks to our team! Percaya tidak, pesanan order ekspor tersebut siap jam 10 pagi esok harinya. Dua jam lebih cepat dari janji kami ke kawan kami tersebut. Jadilah hari itu hari bersejarah untuk Semerbak Coffee. Ekspor perdana produk premium kopi luwak. [caption id="attachment_271" align="aligncenter" width="419" caption="Semerbak Coffee Premium Kopi Luwak"][/caption] Ajaib kan? Anda percaya keajaiban? Saya percaya. Anda mungkin akan semakin percaya kalau itu suatu keajaiban, jika Saya ceritakan lahirnya keputusan kami meluncurkan Semerbak Coffee Premium luwak ini. Saya lanjutkan ke Bagian-2 ya…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H