Ternyata perjanjian yang diadakan oleh UNFCCC sebuah organisasi elit yang bertugas untuk menilai kemajuan dalam menangani perubahan iklim juga pernah mengalami yang namanya "salah target".Â
waittt whattt?! organisasi elit salah target? kok bisa?
 Let's find out.
Kyoto Protocol to the UNFCCCÂ (Protokol Kyoto) adalah sebuah "traktat internasional" yang memperpanjang Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Ia berdasarkan konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh emisi CO2 pada atmosfer Bumi.
Hanya 39 negara + Uni Eropa, UE yang dianggap bertanggung jawab atas penyebab perubahan iklim. Tapi AS dan Australia menolak ikut. Jadi tersisa 37 negara yang ikut berpartisipasi dalam Protokol Kyoto.
Menurut Protokol itu, negara maju harus menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) mereka, 5% dari kondisi tahun 1990.
Setelah bersusah payah, mereka berhasil. Bukan lagi 5%, bahkan turun 12%. Hasil yang sangat memuaskan namun nyatanya hal ini belum bisa dibilang sukses karena secara global, CO2 malah naik 30%. Kenapa bisa?
Karena pencemar besar CO2 tidak ikut. Tiongkok, India, Brazil, Indonesia, Nigeria. Alasannya adalah karena negara-negara tersebut masih berkembang. Sedangkan yang diwajibkan hanyalah negara maju. Dengan kata lain, Protokol itu berhasil tapi gagal. Berhasil bagi yang terkena kewajiban. Gagal menyelesaikan masalah iklim global.Â
Seperti menyapu di halaman pas cuaca lagi berangin, balik-balik udah kotor lagi.
Itulah yang mendorong pihak-pihak yang yang terlibat dalam Protokol Kyoto mundur. AS, sejak awal memang tidak mau ikut. Tidak lama Kanada mundur. Australia menyusul. Jepang ikut-ikutan mundur. Alasan mereka kurang lebih sama.
http://10 Negara Penyumbang Emisi Karbon TerbesarÂ