Mohon tunggu...
M Muti Udin
M Muti Udin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Newbie

Hanyalah manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyuluhan Terkait Bullying oleh Bhabinkamtibmas di SDN 2 Wringinsongo

24 Januari 2024   23:46 Diperbarui: 25 Januari 2024   01:34 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi 22 Januari 2024

Pelaksanaan upacara bendera di SDN 2 Wringinsongo tetap dilaksanakan meskipun langit mendung pada Senin (22/01/2024) minggu ini. Para petugas yang merupakan murid dari SDN 2 Wringinsongo nampak dengan tertib merapikan barisan. Murid-murid yang berada dalam barisan mengenakan seragam rapih beserta topi. Guru-guru turut berbaris dengan rapi di sisi lapangan, mengikuti upacara bendera bersama para murid.

Terlihat ada yang berbeda pada upacara 22 Januari kemarin. Upacara yang biasa diikuti oleh murid, guru, dan staff SDN 2 Wringinsongo, Senin kemarin diikuti oleh Bhabinkamtibmas Latifa. Sebagai pembina upacara, Bhabinkamtibmas Latifa mengawasi dan membina jalannya upacara bendera SDN 2 Wringinsongo.

Upacara bendera SDN 2 Wringinsongo berjalan dengan lancar. Mulai dari awal menyiapkan barisan, penghormatan kepada pemimpin dan pembina upacara, pengibaran bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, mengheningkan cipta, penyampaian amanat oleh pembina upacara, hingga selesai pembubaran upacara bendera. Ketika menyampaikan amanat, Bhabinkamtibmas melakukan penyuluhan terkait bullying (perundungan).

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Bhabinkamtibmas, bullying memiliki 2 bentuk: verbal (secara lisan) dan non-verbal (secara non lisan). Tanpa sadar, perlakuan bullying telah dilakukan oleh kita semua. Maka dari itu, Bhabinkamtibmas memberikan beberapa contoh bullying verbal dan non-verbal kepada murid-murid SDN 2 Wringinsongo.

Menurut Bhabinkamtibmas, bentuk bullying verbal di antaranya adalah memanggil teman dengan nama ayah. Memanggil nama teman menggunakan nama ayah dengan intensitas mengejek dan mencemooh sangat sering terjadi di antara anak sekolahan, bahkan mahasiswa. Perbuatan ini sama dengan merundung teman dan tidak mencerminkan sikap menghormati orang tua. Selain itu memanggil teman dengan julukan buruk seperti gemuk dan ireng (bahasa jawa, arti: hitam). Segala bentuk ejekan dan cemoohan melalui lisan dapat dikategorikan sebagai bullying verbal.

Bullying non-verbal merupakan bentuk perundungan non-lisan atau secara fisik. Bhabinkamtibmas menyampaikan, salah satu contoh bullying non-verbal adalah dengan sengaja memukul teman secara terus menerus dikarenakan kebencian. Segala bentuk perundungan dan gangguan yang menggunakan fisik dan mengenai fisik dapat dikategorikan sebagai bullying non-verbal.

Bhabinkamtibmas juga menyebutkan bullying dapat memberikan dampak buruk terhadap korban. Korban bullying akan mengalami trauma untuk ke sekolah. Korban bullying takut akan bertemu dengan pelaku bully. Korban bully akan berpotensi untuk putus sekolah hanya demi menghindari pelaku bully, bahkan dampak terparahnya bullying dapat mengarahkan korban untuk melakukan bunuh diri. Bhabinkamtibmas dengan sangat tegas mengimbau murid-murid untuk melawan perilaku bullying dengan tidak melakukannya dan melaporkan apabila melihatnya.

KKM Kelompok 136 UIN Malang

DPL:

Ulfi Andrian sari, M.Pd.

Anggota:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun