Saya memang suka travelling. Tapi mungkin saya bukan seorang traveller sejati seperti kebanyakan traveller. Bisa dihitung kapan saya benar-benar explore atau menyiapkan segalanya sendiri dari tiket pesawat hingga penginapan dan transportasi di negara tujuan. Tapi saya boleh mengaku, bahwa disitulah letak menariknya travelling. Kali ini saya akan menceritakan dengan sederhana yaitu perjalanan saya yang juga sangat sederhana ke Singapura, seorang diri, pada tahun 2019 tepatnya sebelum pandemi. Ya, tanpa seorang teman pun. Ternyata cukup menyenangkan.
Dua tahun yang lalu, tepatnya bulan Februari 2019, saya tidak ada rencana untuk ke mana pun, apalagi ke Singapura. Singapura bukan negara tujuan utama para traveller, apalagi yang mecari suasana alam yang indah atau suasana yang baru. Tapi bagi saya, saat saya ingin menelusuri sebuah kota di negara kecil dengan sistem keamanan yang tinggi dan sistem transportasi yang mudah, serta ingin menemukan sausana berbeda dari lingkungan Indonesia entah itu bahasa mereka atau budaya kebiasaannya, dan tentu saja jika juga ingin belanja—tapi saya tidak suka belanja—Singapura adalah negara yang tepat. Selain itu, lama penerbangan antara Jakarta dan Singapura terbilang singkat, hanya satu setengah jam. Tapi tujuan saya waktu itu memang bukan untuk travelling saja, melainkan untuk menonton sebuah konser band indie asal Korea Selatan bernama Hyukoh. Karena tidak banyak yang tahu mengenai band tersebut  dan saya juga bukan anggota fan base nya, maka saya memutuskan untuk ke Singapura sendiri demi menonton konser. Namun jika hanya untuk menonton konser, rasanya kurang lengkap bagi saya. Itu adalah kesempatan bagi saya untuk menikmati kesendirian sambil menelusuri beberapa tempat di negara kecil tersebut.
Flash forward, saya sudah mendarat di Bandara Changi Singapura. Seperti biasa, dari bandara Changi saya naik MRT ke Chinatown, Hotel backpacker tempat saya menginap. Waktu itu saya menginap hotel kapsul. Tapi sayangnya saya mendapat tempat tidur di atas yang saya sendiri sebenarnya kurang nyaman. Tapi begitulah Singapura, orang-orangnya tidak mudah diajak bernegosiasi yang pada akhirnya di malam kedua saya pindah hotel di mana saya bisa mendapat tempat tidur bawah. Kenapa saya suka tempat tidur bawah? Karena saya bebas untuk bolak balik ke toilet. Saya suka sekali dengan hotel kedua ini. Tidak jauh dengan hotel pertama, ini juga merupakan hotel kapsul dan juga terletak satu block dari hotel sebelumnya. Namun hotel kapsul ini cukup baik fasilitasnya. Dalam kamar kapsul tersebut terdapat sebuah TV menempel di hadapan saya beserta headset nya. Jadi sebelum tidur, saya bisa cukup nyaman menonton TV dan mendnegarkan lagu.
Berbicara soal ke mana saja saya di Singapura, siang menuju sore di hari saya hanya mengunjungi Clarke quay untuk makan sore atau makan malam di Burger King. Clarke Quay tidak jauh dari Chinatown, hanya selang satu pemberhentian saja. Untuk saya yang hanya sendiri, tempat sedekat itu, dan juga makan semurah di Burger King yang hanya berkisar 3 dollar Singapura, sangat menyenangkan. Setelah makan, saya pun hanya duduk-duduk saja di tepi Singapore river menyambut lampu yang mulai menyala dan lalu lalang orang di sana.
Hari kedua, pada pagi hari sekali saya sudah bangun dan makan pagi. Lalu saya naik MRT menuju Singapore Botanical Garden. Di situ saya jalan pagi bersama orang-orang yang sedang joging. Singapore Botanical  Garden hanyalah layaknya taman biasa, namun dengan luas yang seperti kebun raya. Walaupun jauh tidak seluas Kebun Raya Bogor dan juga tidak senatural Kebun Raya Bogor. Tapi untuk  jalan-jalan sendiri di sana hanya sekedar untuk tahu, lumayan untuk menghabiskan waktu pagi.Â
Setelah dari Singapore Botanical Garden, saya menuju Sentosa Island. Saya memang sejak di Jakarta berencana ingin duduk-duduk saja di depan Universal Studio sambil memakan es krim yang saya beli di sana. Ya, saya memang suka es krimnya. Setelah membeli es krim saya duduk dengan tenang di kursi panjang di area depan Universal Studio, lagi, seperti di Clarke Quay, memerhatikan orang yang lalu lalang. Es krim saya habis, selanjutnya saya berkeliling menelusuri daerah waterfront. Sepuasnya saya di sana, saya mampir ke Candy Empire di Vivo City. Setiap saya ke Singapura saya tidak pernah lupa mampir ke toko coklat ini dan selalu belanja beberapa pack coklat, salah satu makanan favorit saya, selain memang untuk oleh-oleh buat teman dan keponakan.