Mohon tunggu...
Tedi Lesmana
Tedi Lesmana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Peminat bidang filsafat ilmu komputer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menggugah Formasi Kejujuran Akademik di Era ChatGPT

21 Maret 2023   11:02 Diperbarui: 21 Maret 2023   11:07 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manipulasi kejujuran, tugas yang tidak dikerjakan sendiri adalah kasus klasik yang berulang, bukan hal baru. Sudah sering ditemukan (disadari atau mungkin mengalami sendiri) bahwa tugas atau pekerjaan rumah sering dikerjakan oleh pihak ketiga. Selalu ada yang tugasnya dikerjakan oleh orang lain, nebeng dalam tugas kelompok, atau bahkan sampai 'makelarisasi' tugas. Objeknya mulai dari PR, penelitian, jurnal, skripsi, tesis, atau bahkan sampai disertasi.

Asumsi bahwa portofolio sebagai hasil kerja pembuktian yang lebih valid; ironisnya dengan praktik-praktik 'pemain pengganti' di atas tidak melulu menunjukkan kualifikasi subjeknya langsung. Sistem pendidikan, penerimaan SDM di dunia industri dan status sosial masyarakat yang senang dengan bukti-bukti eksistensialis kertas ijasah daripada realitas kemampuan, membuat praktik-praktik manipulatif menjadi jalan ke luar yang tidak otentik dan jujur. Meskipun ada pengujian langsung model ujian lisan, wawancara atau pemahaman, oleh karena sebab-sebab kepraktisan cara-cara ini tidak selalu dipilih untuk digunakan.

Persoalannya sebetulnya sederhana yaitu kejujuran. Teknologi tidak berkata apa-apa tentang kejujuran, semua dikembalikan kepada manusianya. Dunia persaingan dan kompetisi ketat kapitalisme bukan perlombaan yang setara bagi seluruh peserta lomba. Kreativitas manusia meniscayakan praktik-praktik manipulatif di atas sebagai upaya bagi mereka yang tertinggal untuk mendapatkan kesempatan dalam kompetisi dan pengakuan sosial dengan cara menyiasati sistem.

Jika masyarakat bukan hanya menuntut kejujuran pada orang lain namun juga menerapkan pada dirinya sendiri tidak perlu banyak sistem dibuat untuk memaksa setiap orang bertindak jujur. Persoalannya bukan tentang apa yang dapat dilakukan oleh mesin-mesin cerdas seperti AI, melainkan bagaimana manusia bersikap terhadap mesin-mesin tadi. Manusia tetaplah subjek atas mesin-mesin cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun