Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tiga Artikel yang Bunuh Diri dari Tiga Kompasioner

16 Januari 2015   15:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Artikel melakukan bunuh diri?Mengapa tidak?Ini terjadi, menurut penafsiran saya, pada tiga artikel Kompasioner yang mengulas penetapan tarif bawah pesawat 40 persen dari tarif tertinggi oleh Menhub Ign. Jonan baru-baru ini.

Inilah tiga artikel yang saya maksud: “Logika Jonan” oleh Musri Nauli (Kompasiana, TA, 10/01/2015); “Pak Jonan Ga Bodoh! LCC Tetap Bisa Eksis” oleh Alan Budiman (Kompasiana, HL, 11/01/2015); “Menhub Jonan Melarang LCC Hanya Berdasarkan Asumsi?” oleh Daniel Ht. (Kompasiana, HL, 12/01/2015).

Apakah gejala bunuh diri hanya terjadi pada tiga artikel itu?Terus terang, saya tidak tahu.Soalnya, dari banyak artikel polemik kebijakan Jonan itu, secara purposif hanya tiga artikel itu yang saya baca tuntas, lantaran tertarik pada judulnya.

Lantas, mengapa saya simpulkan tiga artikel itu bunuh diri?Berikut penjelasannya, satu per satu. (Sebelumnya saya minta ijin sekaligus mohon maaf di depan kepada ketiga rekan Kompasioner tersebut, karena telah “sok pintar” lancang mengutak-atik artikel mereka).

Musri Nauli: Logika Jonan

Ada dua kalimat dalam artikel ini yang mengantar saya pada kesimpulan bahwa ia telah membunuh dirinya sendiri.

Kalimat pertama, saya kutip selengkapnya:“Jonan berpendapat maskapai yang menjual tiket terlalu murah berpotensi mengabaikan aspek keselamatan penerbangan.”

Kalimat kedua:“Jonan telah menyampaikan argumentasinya “kecelakaan disebabkan karena penerbangan berbiaya rendah”.

Sekarang perhatikan baik-baik:apakah kalimat kedua (kesimpulan hipotetis Musri Nauli) konsisten dengan kalimat pertama (pernyataan Ign. Jonan)?

Menurut saya, tidak konsisten.Karena Jonan hanya mengatakan tiket terlalu murah “berpotensi” mengabaikan aspek keselamatan.Artinya, karena menyebutkan “berpotensi”, berarti ada fakta lain yang tak terungkap ke publik terkait kinerja pemeliharan pesawat, yang berhubungan sebab-akibat langsung dengan kejadian kecelakaan.Artinya, hubungan tariff dan kecelakaan itu bersifat tidak langssung. Tapi Musri menyusun kesimpulan sebab-akibat sendiri dengan mengatakan penerbangan biaya rendah “menyebabkan” kecelakaaan, seolah kedua variabel ini berhubungan langsung.

Karena itu dalam sisa artikelnya Musri mati-matian mengajukan argumentasi bahwa Jonan telah “sesat pikir”, dan bahwa “tarif murah” tak ada korelasinya dengan “kecelakaan”.Argumentasi yang, menurut saya, sebenarnya tidak relevan lagi karena kesimpulan hipotetis Musri (sebagai dasar tulisannya) sudah menyimpang dari pernyataan Jonan.Dengan kata lain, sebenarnya artikel ini telah melakukan “bunuh diri”, sehingga seluruh argumentasi pada tulisan itu sudah di kirim sendiri ke dalam “liang kubur”.

Alan Budiman: Pak Jonan Ga Bodoh! LCC Tetap Bisa Eksis

Artikel ini menurut saya membunuh diri sendiri dengan dua tikaman.Tikaman pertama di kepala, yaitu judulnya.Tidak ada hubungan antara “Pak Jonan Ga Bodoh” dan “LCC Tetap Bisa Eksis”, sebab kebijakan Jonan tidak dimaksudkan menghapus LCC, tapi hanya menaikkan tarif LCC.

Tikaman kedua adalah pada tesis “Pak Jonan Ga Bodoh!” itu sendiri.Alan mengawali ulasannya dengan pernyataan pemagaran sebagai berikut:“Hal pertama yang harus kita sepakati adalah menteri kita yang satu ini bukan orang bodoh … (Kalau sampai di sini anda tidak sepakat, lebih baik tidak perlu meneruskan membaca tulisan ini).”

Mengapa saya katakan tikaman kedua?Karena dengan kalimat itu, Alan mau menegakkan hukum (1) Orang pintar tidak salah dan (2) Jonan orang pintar, sehingga (3) Jonan tidak salah.Kalau pembaca tidak setuju logika ini, jangan teruskan membaca.Tapi kalau setuju, teruskan membaca.

Saya tidak setuju, maka saya teruskan membacanya.Kalau saya setuju, maka tak perlu saya teruskan membaca, karena apapun argumentasi yang disampaikan Alan sudah pasti saya setuju, tanpa perlu membacanya.Dengan kata lain, seluruh argumentasi dalam sisa tulisan Alan sebenarnya sudah masuk kubur pula, sebab artikel itu sudah bunuh diri sejah Alan  meminta pembaca untuk setuju dulu bahwa Jonan pintar.

Masalahnya adalah (1) Orang pintar bisa salah, dan (2) Jonan orang pintar, sehingga (3) Jonan bisa salah.Jika Alan berangkat dari logika ini, lalu berjuang memfalsifikasinya, mungkin artikelnya tidak perlu bunuh diri.

Daniel Ht.: Menhub Jonan Melarang LCC Hanya Berdasarkan Asumsi?

Artikel ini menurut saya bunuh diri dengan cara paling tragis.Percobaan bunuh diri sudah terjadi sejak judulnya, karena Jonan tak pernah melarang LCC.

Tapi bunuh diri telak terjadi dengan sebuah pernyataan singkat Daniel berikut: “Saya sama sekali bukan orang yang menguasai permasalahan mengenai seluk-beluk dunia penerbangan …”. Dengan pernyataan ini Daniel mengakui bahwa ia tidak memiliki kompetensi sama sekali di bidang iptek penerbangan.Karena itu, seluruh argumentasi yang dibangun dalam artikel itu sesungguhnya tidak kredibel, sehingga sebenarnya tidak perlu dibaca.Ini bunuh diri yang cepat, tepat, dan mematikan.

Posisi Saya

Saat membahas tiga artikel di atas, saya tidak sedang memposisikan diri sebagai kritikus, sebab kemampuan saya menulis jelas-jelas di bawah ketiga rekan Kompasioner itu.Saya hanya sedang memposisikan diri sebagai pembaca yang mencoba kritis pada artikel yang saya baca.

Bahwa kemudian saya mengomentari ketiga artikel itu, semata-mata karena judul ketiganya memang benar-benar mengundang saya untuk membaca.

Jika kemudian saya simpulkan ketiga artikel itu sebenarnya telah “bunuh diri”, itu penafsiran saya sendiri, yang sangat terbuka untuk dibantah baik oleh penulisnya sendiri maupun oleh rekan-rekan Kompasiner lain.Salam tani. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun