Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Katolik, Saya Berzakat

28 Juni 2016   13:49 Diperbarui: 29 Juni 2016   14:09 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keikhlasan adalah Bunda Kegembiraan.  Dan kegembiraan membuat kita kuat menahan beban apapun.  Saya tidak mengarang kata-kata mutiara.  Hanya sekadar mencoba menyarikan makna sebuah peristiwa kecil dalam hidup.  

Kejadiannya tiga tahun lalu, tepatnya 2013.  Waktu itu saya diminta satu perusahaan untuk memimpin satu unit riset dan pengembangan tanaman pangan di Subang, Jawa Barat.  Keseluruhan stafnya berjumlah 20 orang, termasuk saya sebagai pimpinan.

Semua staf unit kerja saya adalah  penganut Islam yang taat.  Kecuali saya, tentu saja. Saya seorang Katolik, seorang diri.

Menjelang bulan Ramadhan 2013, setiap kantor lazimnya menyelenggarakan acara silaturahmi.  Acara saling-memaafkan sebelum masuk bukan Ramadhan. 

Saya pikir, unit kerja saya yang jauh dari kantor pusat di Jakarta, juga harus menjalankan ritual itu.  Tapi ada masalah.  Karena kendala finansil, Kantor Pusat tidak bisa menganggarkan dana untuk biayanya. Maka, setelah berupaya sendiri dengan rekan-rekan staf, berhasil juga terkumpul dana halal secukupnya.  Maka acara silaturahmi akhirnya terlaksana juga.

Secara khusus, saya minta tolong staf untuk mengundang ustad setempat untuk membacakan doa dan memberikan tausiah.

Secara khusus pula saya minta izin kepada Pak Ustad untuk boleh ikut duduk mendengarkan taushiah dan doanya.  Diizinkan dengan baik. 

Entah karena Pak Ustad tahu ada seorang Katolik di antara hadirin, atau karena gayanya memang begitu, tausiahnya tidak banyak mengutip ayat Al-Quran dalam bahasa Arab.  Jadi saya dapat memahami isinya dengan baik. 

Intinya adalah perlunya keikhlasan hati dalam menghadapi segala kesulitan dalam hidup, agar kelak berbuah kegembiraan.   Cocok dengan kondisi perusahaan tempat unit kerja saya berada. Sedang mengalami kesulitan finansil.  Mungkin staf saya sebelumnya sudah membisiki Pak Ustad tentang masalah itu. 

Maka staf saya memasuki bulan puasa dengan hati yang ringan.  Sudah saling memaaafkan.  Dan berjanji saling-menguatkan.  Termasuk saya, harus menguatkan.  Dengan tekad tidak makan di dalam kantor selama bulan Ramadhan.

Sepuluh hari menjelang tibanya Hari Raya Idul Fitri, Lebaran, unit kerja saya diramaikan oleh masalah Tunjangan Hari Raya (THR). Karena perusahaan sedang mengalami kesulitan finansil, maka THR hanya dapat diberikan 50% di depan, dan 50% lagi nanti setelah lebaran.  Masalah yang lebih serius lagi, yang mendapatkan THR hanya staf tetap.  Sedangkan tenaga kontrak tidak mendapatkan THR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun