[caption id="attachment_417150" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi, Prostitusi (Shutterstock)"][/caption]
Apa bedanya prostitusi dan korupsi ? Kata sementara orang, tak ada bedanya, sama-sama bejat moral.
Tapi keduanya sebenarnya adalah tindakan sosial menyimpang yang berbeda secara diametral.
Prostitusi, di satu pihak, berarti menjadikan milik pribadi menjadi milik umum (publik).Tentu melalui mekanisme transaksi di "pasar", untuk sebagian besar "pasar gelap", dalam arti serba tertutup. Walaupun ada juga transaksi di pasar "terbuka", di tepi jalan, entah di rusa-ruas jalan kota atau di luar kota. Kalau punya uang, boleh beli untuk dinikmati.
Sedangkan korupsi, di lain pihak, berarti menjadikan milik umum menjadi milik pribadi. Ini dilakukan melalui mekanisme transaksi "gelap" juga. Walaupun pengertian "gelap" di sini menjadi relatif, karena dalam banyak kasus tindakan korupsi itu sungguh kasat mata.
Tapi implisit dalam pengertian prostitusi dan korupsi itu sebenarnya ada persamaan, yaitu transformasi dari life chances ke lifestyle. Begini penjelasannya.
Life Chances
Pengertian life chances (Lebenschancen) itu, jika merujuk Max Weber, adalah kesempatan-kesempatan yang dimiliki setiap individu untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Untuk sebagian besar, kesempatan yang dimaksud di situ adalah kesempatan-kesempatan ekonomi. Tentu untuk menungkatkan kualitas kehidupan ekonomi. Ukurannya adalah penghasilan, tingkat konsumsi, dan pemilikan harta-benda.
Secara dikotomis, tipe "kesempatan ekonomi" itu dapat dibedakan antara "jalan terabas" dan "jalan normal". "Jalan terabas" berarti cara "cepat", tapi melanggar norma sosial, baik norma susila maupun hukum.
Sedangkan "jalan normal" adalah cara "lambat", tapi sesuai norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.