Dalam wujud apakah data kualitatif itu terakumpul di tangan peneliti? Ini mungkin pertanyaan yang menyeruak setelah diskusi-diskusi metode pengumpulan data terdahulu (#023 s/d #025).
Jawabannya: “Dalam bentuk catatan lapangan!”.Ya, catatan lapangan dalam penelitian kualitatif memiliki arti serupa dengan kuesioner dalam penelitian kuantitatif.Tidak ada peneliti kualitatif yang kembali dari lapangan tanpa catatan lapangan di tangannya.
Lofland dengan tegas mengatakan catatan lapangan adalah penentu terpenting untuk pelaksanaananalisis kualitatif.Ia memberikan raison d’etre bagi seorang peneliti kualitatif (Patton, 1990).Apabila seorang peneliti tidak membuat catatan lapangan,hal itu sama saja artinya ia tidak pernah ke lapangan.
Karena itu Taylor dan Bogdan (1984) memberi nasihat yang sungguh tajam: “Janganlah tinggal di lapangan jika Anda akan melupakan sebagian besar data atau tidak memiliki waktu menuliskan catatan lapangan.”
Lantas seperti apakah catatan lapangan itu dan bagaimana cara membuatnya?Saya akan jelaskan secara singkat berikut ini.
Begini Struktur Isinya
Catatan lapangan merupakan basis data (data base) untuk penelitian kualitatif.Isinya adalah data kualitatif berupa deskripsi atau paparan realitas yang ditangkap oleh peneliti di lapangan melalui penerapan berbagai metode pengumpulan data, antara lain pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, dan juga penelusuran dokumen.
Pada garis besarnya, isi catatan lapangan dapat dipilah ke dalam tiga bagian yang berbeda yaitu deskripsi, reaksi, dan interpretasi (Patton, 1990).Ketiga bagian ini terkait satu sama lain dalam pola triangular, dalam arti bagian yang satu ditentukan oleh dua bagian lainnya.
Ketiga bagian tersebut menyatu dalam suatu berkas catatan.Tapi harus diberi penanda untuk membedakan bagian reaksi dan interpretasi dari bagian deskripsi.Misalnya dengan menempatkan dua bagian tersebut pertama di dalam tanda kurung atau di sisi (margin) kertas catatan.
Saya akan jelaskan satu per satu bagian-bagian isi catatan lapangan tersebut di bawah ini.
Bagian deskripsi
Bagian deskripsimerupakan bagian utama dalam catatan lapangan.Ia berisikan semua perolehan informasi yang diperlukan peneliti untuk memahami konteks, ajang, dan kejadian/gejala yang sedang berlangsung di lapangan.
Secara garis besar, isi bagian deskripsiini dapat dibedakan menjadi dua sub-bagian sebagai berikut.
Pertama, deskripsi hasil pengamatan peneliti, yaitu berupa informasi lengkap tentangtempat atau lokasipengamatan, orang-orang yang terlibat (identitas, sosok, karakter, status dan peranan), latar fisik pengamatan (berupa uraian atau peta/sketsa/skema), pola interaksi sosial yang terjadi (asosiatif/integrative atau disosiatif/ disintegratif), dan jenis kegiatan (sosial, budaya, ekonomi, politik) yang berlangsung saat pengamatan tersebut.
Kedua, deskripsihasil pembicaraan yaituberupa “kutipan langsung” dari perkataan atau pernyataan para subyek tineliti, yang mereka ungkapkan dalam konteks baik pengamatan berpartisipasi maupun wawancara mendalam. Kutipan-kutipan perkataan subyek ini sangat penting untuk menangkap perspektif emik – pandangan “orang dalam” tentang realitas.
Bagian reaksi
Bagian reaksi memuat reaksi atau tanggapan peneliti atas pengalaman pribadinya di lapangan, berikut perasaan dan perenungannyatentangmakna dan relevansi personalkejadian di lapang bagi peneliti itu sendiri.
Dalam penelitian kualitatif, pengalaman pribadi peneliti di lapangan merupakan bagian penting dari data.Bagaimanapun juga, tujuan peneliti mendekatkan diri pada tineliti adalah untuk mendapatkan pengalaman tentang “bagaimana menjadi bagian dari ajang sosial tineliti”.Jadi, jika informasi tentang reaksi, perasaan, dan perenungan peneliti mengenai pengalaman tersebut tidak direkam dalam catatan lapangan, maka kegunaan pengalaman tersebut menjadi sia-sia.
Bagian interpretasi
Bagian interpretasi memuat interpretasi, meliputi analisis dan pemahaman awal mengenai hal yangsedang berlangsung di ajang penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, proses interpretasi data memang berlangsung simultan dengan pengumpulan data.Sudah pasti interpretasi tersebut tidak bersifat final.Perubahan atau perkembangan akan terjadi selama proses pengumpulan data.Seperti halnya catatan tentang reaksi peneliti, catatan interpretatif ini juga harus dilihat sebagai bagian dari data.
1x24 Jam Harap Tulis
Penulisan catatan lapangan memerlukan disiplin ketat.Ia harus ditulis secara harian, 1 x 24 jam, sebagai rekaman hasil pengamatan atau wawancara pada hari yang bersangkutan, sehingga disebut juga sebagai “catatan harian”.
Jika dalam tempo 24 jam tidak ditulis, maka lupakan saja. Kembalilah lagi ke lapangan untuk mengumpulkan data yang sama.Sebab setelah 24 jam berlalu, umumnya sudah banyak detil informasi yang hilang dari ingatan.Kalau dipaksakan juga menulis catatan lapangan, maka hasilnya kemungkinan besar menjadi semi-fiksi alias ngarang.
Berikut adalah beberapa petunjuk teknis yang berlaku umum dalam membuat catatan harian atau catatan lapangan.
Buat catatan sementara
Untuk membantu ingatan, pada waktu pengamatan atau wawancara peneliti perlu membuat catatan sementara yang berisi pokok-pokok informasi. Catatan sementara itu kemudian ditransfer menjadi catatan lapangan lengkap setelah pegamatan atau wawancara pada hari yang bersangkutan selesai, biasanya pada malam hari atau pagi hari berikutnya.
Satu catatan satu topik
Untuk alasan praktis, satu berkas catatan sebaiknya hanya memuat satu topik informasi saja.Jika berbagai topik campur-aduk dalam satu berkas catatan, maka peneliti akan mengalami kesulitan kelak dalam proses analisa data.
Buat identitas catatan
Catatan tanpa identitas akan menyulitkan peneliti dalam proses analisis data.Karena itu, harus dibuat identitas catatan yang ditempatkan sebagai kepala catatan lapangan.Identitas atau kepala ini mencakup topik informasi, sumber informasi (identitas responden/informan/dokumen), tempat dan tanggal informasi diperoleh, dan identitas pengamat/ pewawancara.
Jangan hanya mengandalkan perekam suara
Dengan ketersedian teknologi perekaman suara (tape recorder), para peneliti pemula sering berpikir bahwa catatan lapangan tidak perlu ditulis setiap hari di lapangan.Mereka menganggap transkripsi rekaman wawancara dapat dibuat kelak setelah kembali dari lapangan.Lalu, selama berada di lapangan, mereka hanya sibuk merekam pembicaraan dengan tineliti di sana-sini.
Anggapan dan tindakan seperti di atas sangat keliru karena dua alasan.Pertama, perekam suara hanya merekam suara atau pembicaraan.Suasana pembicaraan dan hal-hal penting lainnya yang hanya mungkin ditangkap dengan pengamatan tidak akan terekam.Akibatnya, jika hanya mengandalkan alat perekam suara, peneliti akan kehilangan banyak data.
Kedua, jika peneliti hanya mengandalkan pita rekaman suara, maka ia hanya mendapatkan bagian deskripsi dari suatu pembicaraan, sedangkan bagian reaksi dan interpretasi terlupakan.Harus diingat, reaksi dan interpretasi muncul ketika seorang peneliti menuliskan deskripsi, dan hal ini merupakan ciri pokok penelitian kualitatif.Jadi, jika peneliti kualitatif hanya mengandalkan rekaman, berarti ia tidak membangun relasi triangular antara deskripsi, reaksi dan interpretasi, sehingga proses penelitian yang dilakukan tidak konsisten lagi dengan karakter penelitian kualitatif.
Dengan penjelasan singkat ini, mudah-mudahan sudah bisa ditangkap struktur isi dan cara membuat catatan lapangan dalam penelitian kualitatif.
Selanjutnya, dalam diskusi mendatang, kita akan membahas secara lebih rinci tiga metode utama pengumpulan data kualitatif yang telah beberapa kali saya sampaikan yaitu pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen.(*)
Tolong baca artikel sebelumnya:
penelitian-kualitatif-025-peneliti-adalah-instrumen-utama
penelitian-kualitatif-024-empat-tipe-triangulasi-dalam-pengumpulan-data
penelitian-kualitatif-023-tiga-metode-utama-pengumpulan-data-kualitatif
penelitian-kualitatif-022-dwi-tunggal-yin-yang-data-kualitatif-dan-kuantitatif
penelitian-kualitatif-021-apa-itu-data-kualitatif
penelitian-kualitatif-020-triangulasi-metode-pengumpulan-data-mutlak-dalam-studi-kasus
penelitian-kualitatif-019-begini-cara-memilih-unit-kasus
penelitian-kualitatif-018-empat-tahapan-dalam-studi-kasus
penelitian-kualitatif-017-mengapa-memilih-studi-kasus
penelitian-kualitatif-016-apa-itu-studi-kasus
penelitian-kualitatif-015-cara-memilih-subyek-tineliti
penelitian-kualitatif-014-begini-cara-menetapkan-satuan-penelitian
penelitian-kualitatif-013-begini-cara-memilih-strateginya
penelitian-kualitatif-012-lima-strategi-paling-populer
penelitian-kualitatif-011-strategi-tukang-batu
penelitian-kualitatif-010-dimana-tempat-teori-dan-tinjauan-literatur
penelitian-kualitatif-009-begini-format-rancangannya
penelitian-kualitatif-008-rancangannya-selesai-belakangan
penelitian-kualitatif-007-ini-lima-sifat-khas-rancangannya
penelitian-kualitatif-006-di-aras-mikro-menantang-teori-makro
penelitian-kualitatif-005-orientasinya-menunjukkan-kepalsuan-teori-besar
penelitian-kualitatif-004-subyektivitas-sebagai-pumpunan
penelitian-kualitatif-003-beginilah-sifat-sifatnya
penelitian-kualitatif-002-inilah-asumsi-asumsi-dasarnya
penelitian-kualitatif-001-apa-batasannya
Anjuran bacaan
M.Q. Patton, 1990, Qualitative Evaluation and Research Methods, London: Sage Publications.
Kompedusiana.com
Learning by Sharing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H