Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penelitian Kualitatif #006: Di Aras Mikro Menantang Teori Makro

16 Februari 2015   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mari kembali sejenak ke artikel #002 dan #003. Di situ sudah saya sampaikan bahwa dalam penelitian kualitatif subyek peneliti dan subyek tineliti berinteraksi secara simetris, informal, dan akrab. Melalui proses interaksi antar-subyek itulah peneliti mencoba memahami tineliti dari sisi pandang tineliti sendiri.

Adanya keharusan interaksi sosial antar-subyek peneliti dan tineliti, jelas mengandaikan penelitian kualitatif sebagai penelitian aras mikro.Saya akan jelaskan di bawah ini.

Mengapa Aras Mikro?

Bagaimanapun, interaksi antar-subyek peneliti dan tineliti hanya mungkin terjadi secara intensif pada ajang sosial terbatas.Inilah alasan metodik yang menyebabkan penelitian kualitatif harus mengambil unit-unit sosial aras mikro sebagai ajangnya. Misalnya unit sosial kelas, sekolah, kantor, pabrik, kelompok tani, dusun, desa, dan paling besar “kota kecil” (kota kecamatan).

Alasannya sangat sederhana.Hanya dalam unit sosial mikro (kecil, terbatas) seperti itulah proses interaksi sosial antar-subyek tineliti dan peneliti dapat berlangsung intensif.Mustahil proses semacam itu dapat terjadi dalam unit sosial makro, misalnya sebuah negara.

Karena terbatas aras mikro, maka penelitan kualitatif hanya meliput sejumlah kecil orangatau kasus (peristiwa dan gejala) lokal. Hal ini tentu saja membatasi peluang generalisasi nomotetik.

Namun demikian, sebagaimana ditegaskan Patton (1990), data mikro itu sangatlah mendalam, terperinci, kaya, dan relatif bebas dari teori atau pandangan seseorang.Ini memungkinkan peneliti kualitatif memperoleh pemahaman mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial yang dipelajari, untuk kemudian dirumuskan sebagai generalisasi idiografis.

Ini berkebalikan dengan penelitian kuantitatif yang lazimnya merupakan penelitian aras makro. Ia dapat mengukur secara luas sejumlah kecil peubah dalam masyarakat. Hal ini memungkinkan peneliti membuat generalisasi nomotetikyang diklaim berlaku sebagai hukum dalam masyarakat.

Generalisasi Bahwa Tiada Generalisasi

Memang, menurutGuba dan Lincoln (1994),suatu generalisasi, sekalipun secara statistik sangat bermakna, tidak dengan sendirinya berlaku bagi kasus individual.Karena itu,menurut mereka dalam penelitian kualitatif “satu-satunya generalisasi adalah tidak ada generalisasi”.

Dengan kata lain, hendak dikatakan, penelitian kualitatif tidak berorientasi pada suatu generalisasi, kalau yang dimaksud adalah generalisasi nomotetik.

Justru dalam posisnyai sebagai penelitian aras mikro, seperti telah disinggung di muka, penelitian kualitatif merupakan upaya falsifikasi atas teori-teori formal atau taori-teori makro nomotetik. Dengan falsifikasi dimaksudkan di sini adalah “upaya untuk menunjukkan kepalsuan suatu perumuman teoritis secara induktif”.

Kebalikan dari falsifikasi adalahverifikasi, yaitu “upaya untuk membuktikan kebenaran suatu generalisasiteoritis secara deduktif”.Ini adalah tugas penelitian kuantitatif.

Dove: Falsifikasi Teori Makro Modernisasi

Dalam rangka falsifikasi itu, penelitian kualitatif akan berujung pada kesimpulan-kesimpulan teoritis khususnya pada tataran substantif.Sebagai contoh, di sini dapat disebutkan kesimpulan teoritis antropolog Michael R. Dove (1985) tentang peranan kebudayaan tradisonil Indonesia dalam modernisasi. Perlu diketahui, Dove sendiri adalah seorang ilmuwan modernis.

Dove menganalisis sejumlah hasil studi kasus antropologi di berbagai daerah dan kelompok suku di Indonesia. Ia menyoroti kesamaan-kesamaan pola interaksi antara “tradisionalisme” dan “modernisme” pada semua kasus mikro tersebut.

Hasilnya sungguh “mencengangkan”. Analisis Dove menghasilkan suatu tesis (teori) bahwa kebudayaantradisional ternyata tidak bertentangan melainkan sejalan dengan proses modernisasi di Indonesia. Jelas, ini memfalsifikasi teori makro modernisasi yang menyatakan nilai-nilai (kebudayaan) tradisional merupakan rintangan bagi proses pembangunan atau modernisasi.

Implikasi praktis dari falsifikasi oleh Dove tersebut antara lain adalah pengakuan terhadap peranan pengetahuan/kearifan lokal (local knowledges) dalam proses pembangunan (modernisasi) di pedesaan.

Dove dengan sangat baik telah mendemostrasikan bagaimana penelitian kualitatif mikro telah menantang dan memfalsifikasi teori makro. Jadi, tampaknya, tak ada yang bisa dikatakan tentang kemampuan penelitian kualitatif itu kecuali satu kata ini, “Keren!”.

Dengan berakhirnya penjelasantentang aras penelitian ini, kita telah selesai mendiskusikan landasan filsafat penelitian kualitatif. Sejak awal, saya sengaja tidak menyebut bahwa kita sedang masuk pada diskusi filsafat penelitian.Sebab kata guru saya dulu, “Kalau kamu mau membicarakan filsafat, jangan sebutkan kata ‘filsafat’ pada kesempatan pertama, supaya lawan bicaramu tidak melarikan diri.”

Untuk selanjutnya, dalam artikel-artikel mendatang, kita sudah bisa masuk pada diskusi tentang segi-segi terapan dari metode penelitian kualitatif tersebut. (*)

Tolong baca artikel sebelumnya:

penelitian-kualitatif-005-orientasinya-menunjukkan-kepalsuan-teori-besar

penelitian-kualitatif-004-subyektivitas-sebagai-pumpunan

penelitian-kualitatif-003-beginilah-sifat-sifatnya

penelitian-kualitatif-002-inilah-asumsi-asumsi-dasarnya

penelitian-kualitatif-001-apa-batasannya

Anjuran Bacaan

1.M.R. Dove, 1985, Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

2.E.G.Guba, & Y.S.Lincoln, 1994. Competing paradigms in qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds.), 2000, Handbook of Qualitative Research (Second Edition), Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications.

3.M.Q. Patton, 1990, Qualitative Evaluation and Research Methods (Second Edition), Newbury Park, London, New Delhi: Sage Publications.

Kompedusiana.com

Learning by Sharing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun