Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kawal Pangan #007: "Si Pembasmi Tikus" Itu Menjadi Menteri Pertanian

28 Oktober 2014   15:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 2397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414473684465337173

[caption id="attachment_369947" align="aligncenter" width="600" caption="Andi Amran/Kompas.com"][/caption]

Siapakah sebenarnya Andi Amran Sulaeman, Menteri Pertanian dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK yang baru saja dilantik? (Senin, 27/10).

Ini pertanyaan yang sangat wajar, mengingat nama putra Bone kelahiran 1968, cucu Raja Bone ke-23La Tenri Tappu, ini sebelumnya nyaris tak terdengar.Tiba-tiba saja, pada saat-saat terakhir menjelang pengumuman susunan menteri-menteri Kabinet Kerja, nama Amran menyeruak ke permukaan. Namanya langsung menutup nama-nama “kandidat”kondang yang sudah digadang-gadang berbagai pihak, misalnya M. Prakosa (Mantan Mentan/Menhut), Bayu Krisnamurti (Mantan Wamen Mentan/Mendag), Soleh Solahudin (Mantan Mentan), Bustanul Arifin (Dosen Unila, Ekonom Senior INDEF),Dwi Andreas Santoso (Dosen IPB, Kolumnis), dan bahkan Indroyono Soesilo (Direktur FAO).

“Si Pembasmi Tikus”

Memang benar, Amran belum dikenal luas secara nasional.Walaupun dia sempat menjadi anggota DPR dari PAN untuk periode 2009-2014, tapi rupanya tidak terlalu vokal, sehingga tidak banyak muncul di media massa. Agaknya, ia bukan tipe “polibritas” (politisi-selebritas), sehingga tidak terkenal.

Tapi, di tingkat lokal Sulawesi Selatan atau bahkan Indonesia Bagian Tengah/Timur, namanya sudah dikenal luas.Mantan karyawan PTPN XIV ini adalahPendiri/Direktur Utama PT Grup Tiran, sebuah grup usaha yang terdiri dari 10 perusahaan, yang bergerak di berbagai bidang yaitu PT Tiran Indonesia (tambang emas), PT Tiran Sulawesi (perkebunan tebu dan sawit), PT Tiran Makassar (distributor Unilever), PT Tiran Bombana (emas, timah hitam), PT Tiran Mineral (tambang nikel), PT Amrul Nadin (SPBU percontohan Maros), CV Empos Tiran (produsen rodentisida), CV Profita Lestari (distributor pestisida), CV Empos (distributor Semen Tonasa), dan PT Bahteramas (pabrik gula di Konawe Selatan).

Produk usaha Amran yang paling dikenal dan digunakan petani di Indonesia adalah racun tikus Tiran (mati diracun amran) dan emposan Alpostran (alat emposan tikusnya amran). Karena itu, tepat jika Amran  dijuluki sebagai “Si Pembasmi Tikus”.Bertahun-tahun ia memang mendedikasikan diri untuk meneliti racun tikus dan alat empos yang efisien dan efektif.Hasilnya, Tiran dan Alpostran.

Bisa dikatakan, sejauh ini, racun tikus Tiran dan emposan Alpostran adalahsumbangan inovasi terpenting Amran kepada petani dan dunia pertanian Indonesia, khususnya pertanian pangan padi.Berkat inovasi tersebut, petani sangat terbantu untuk memerangi salah satu hama utama yang menjadi musuh besar petani, yaitu “bala tentara” tikus.(Saya, petani mardijker, termasuk salah seorang pengguna Tiran dan Alpostran.Hasilnya?Menurut saya …, maaf, ini bukan artikel sponsor.)

Tapi lebih dari sekadar pengusaha, Amran sebenarnya adalah seorang politisi.Selain menjadi anggota DPR-RI (2009-2014), tokoh yang dekat dengan Wapres Jusuf Kalla dan kemudian Jokowi, ini adalah Ketua Tim Sahabat Rakyat Jokowi Kawasan Indonesia Timur, relawan pendukung pasangan Capres/Cawapres Jokowi-JK pada masa kampanye Pilpres 2014 yang lalu.Namanya bahkan tercatat sebagai penyumbang dana terbesar (Rp 500 juta) se-Indonesia Bagian Tengah/Timur untuk mendukung kampanye Jokowi-JK.Dialah yang mendampingi Jokowi pada kesempatan pertama berkampanye di wilayah Papua.

Menyelesaikan jenjang pendidikan S1, S2(cum laude) sampai S3 (cum laude) di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, boleh dibilang Amran adalah sosok yang lengkap.Ia adalah seorang praktisi bisnis, sekaligus politisi dan akademisi.Sebagai akademisi ia pernah mengajar di almamaternya dan, yang terpenting, tekun melakukan penelitian sehingga menemukan racun tikus Tiran 58 PS(1997/98) dan emposan Alpostran (1995), yang mengantarkannya mendapat anugerah Tanda kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI, tahun 2007.Belakangan juga ia menemukan racun tikus Ammikus (2011), Ranmikus (2012), dan Timikus (2012).

Tantangan Terberat

Mentan Amran kini dihadapkan pada tantangan maha berat, yaitu pencapaian kedaulatan pangan tahun 2018, sebagaimana dijanjikan Presiden Jokowi.Itu artinya Deptan yang dipimpin Amran harus memapu memacu produktivitas pangan nasional, khususnya beras, jagung, kedelai, gula, dan daging, sehingga pada tahun 2018 seluruh kebutuhan konsumsi nasional sudah terpenuhi dari produksi domestik.Itulah harapan yang diletakkan Presiden Jokowi di pundak Amran, dan eksplisit dinyatakan pada saat acara pengenalan menteri (Minggu, 26/10).

Untuk mencapai swasembada pangan pokok 2018, tidak cukup hanya dengan membasmi tikus, karena faktor kendala jauh lebih besar dari sekadar serbuan pasukan tikus.Kelangkaan air, kelangkaan tanah, kelangkaan sumberdaya tak-terbarukan, dan perubahan iklim global, adalah kendala-kendala besar yang harus dihadapi.

Intinya, Amran harus mampu memimpin revolusi mental di bidang pertanian pangan, untuk mewujudkan agribisnis kerakyatan di bidang pangan, sebagai basis kedaulatan pangan nasional.Jelasnya, ia arus mampu mewujudkan “Janji Tanjungrasa” yang telah disampaikan Jokowi kepada petani dan rakyat Indonesia di Desa Tanjungrasa, Bogor (27/4/2014) berikut ini.

Pertama, pengamanan lahan baku pertanian, dengan menekan laju konversi lahan sawah produktifsampaiangka nol, dan mencetak sawah baru seluas 1.0 juta ha.

Kedua, pemandirian petani pangan melalui pemberdayan teknologi mandiri antara lain penggunaan benih, pupuk dan pestisida (organik/hayati) produksi sendiri.

Ketiga, pembenahan irigasi pertanian yaitu membangun 25 unit bendungan baru, membenahi saluran irigasi untuk 3.0 juta ha sawah, dan meningkatkan mutu air irigasi melalui pengendalian pencemaran.

Keempat, perbaikan tataniaga pertanian dengan mendorong petani memasuki industri pengolahan hasil pertanian, untuk meningkatkan perolehan nilai tambah. Selama ini nilai tambah produk pertanian terutama dinikmati pedagang dan pengusaha agroindustri.Kelima, peningkatan akses permodalan dengan mendirikan bank khusus pertanian, sebagai solusi keterbatasan modal petani.

Pemenuhan “Janji Tanjungrasa” tersebut secara optimal akan membentuk sosok komunitas petani pangan yang kuat. Itulah sosok petani yang menguasai tanah dengan luas memadai, menerapkan teknologi dan manajemen usahatani terbaik, menguasai pengolahan hasil,dan memiliki akses permodalan.

Saya, seorang petani mardijker, akan selalu mendukung Amran  dalam menjalankan amanah rakyat sebagai Mentan, dengan cara bertani lebih tekun lagi (Kerja, kerja, kerja!), dan setia mengeritik kebijakan dan program pembangunan pertanian Deptan jika tidak pro-petani/rakyat Indonesia.

Selamat kerja, kerja, kerja Pak Amran.Ingatlah, swasembada pangan 2018 adalah harga mati, yang akan menentukan kelanggengan pemerintahan Jokowi-JK. Swasembada pangan berarti langgeng, rawan pangan berarti goyah.Tapi, saya yakin, Pak Amran adalah penganut fanatik nilai-nilai siri na pacce, budaya malu dalam masyarakat Bugis-Makassar. Artinya, dalam kalimat Soekarno, “Never retreat, ever onward!” Salam tani mardijker!(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun